Teknologi mobil listrik telah menjadi sorotan utama dalam upaya global untuk mengurangi
emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, meskipun telah ada banyak
kemajuan, tantangan jarak tempuh masih menjadi salah satu hambatan terbesar dalam adopsi
luas kendaraan listrik (EV). Baterai yang menjadi sumber tenaga utama mobil listrik seringkali
dianggap tidak cukup efisien untuk perjalanan jarak jauh, yang menghambat kepercayaan
konsumen dan penggunaan secara luas. Oleh karena itu, inovasi dalam teknologi baterai
menjadi fokus utama dalam menjawab tantangan ini. Masalah ini menjadi fokus utama bagi
para peneliti dan produsen untuk memastikan mobil listrik bisa menjadi alternatif yang lebih
praktis dan efisien dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil.Â
Baterai adalah peran utama dari setiap mobil listrik, dan peningkatan efisiensi serta kapasitas
baterai menjadi prioritas utama dalam riset dan pengembangan teknologi ini. Baterai lithiumion saat ini masih mendominasi pasar karena kepadatan energinya yang tinggi dan kemampuan
untuk diisi ulang berkali-kali. Namun, meskipun teknologi ini sudah cukup maju, ada
keterbatasan signifikan terkait jarak tempuh yang dapat dicapai. Pengguna sering kali merasa
khawatir tentang berapa jauh mereka bisa berkendara sebelum harus mencari stasiun pengisian
ulang, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "range anxiety."
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa pendekatan inovatif sedang dikembangkan. Salah
satunya adalah peningkatan densitas energi pada baterai itu sendiri. Dengan meningkatkan
jumlah energi yang bisa disimpan dalam setiap unit volume atau massa baterai, mobil listrik
bisa menempuh jarak yang lebih jauh. Penelitian terbaru menunjukkan kemajuan dalam
teknologi baterai solid-state, yang tidak hanya menawarkan kepadatan energi lebih tinggi tetapi
juga lebih aman dan memiliki siklus hidup lebih panjang dibandingkan baterai lithium-ion
konvensional.Â
Selain pengembangan teknologi baterai, peningkatan infrastruktur pengisian daya juga menjadi
kunci dalam mengatasi masalah jarak tempuh. Jaringan stasiun pengisian daya yang luas dan
mudah diakses dapat mengurangi kecemasan pengemudi tentang kehabisan daya di tengah
perjalanan.. Misalnya, di beberapa negara, stasiun pengisian daya cepat telah dipasang di
sepanjang jalan raya utama dan di lokasi-lokasi strategis lainnya, sehingga pengemudi dapat
dengan mudah mengisi ulang baterai mobil mereka dalam waktu singkat, hal ini juga sangat
diharapkan bahwa Indonesia juga bisa seperti ini. Dengan tersedianya stasiun pengisian di lebih
banyak lokasi, terutama di area pedesaan dan di sepanjang rute perjalanan jauh, pengguna
mobil listrik dapat lebih percaya diri dalam merencanakan perjalanan mereka tanpa khawatir
kehabisan daya
Namun, meskipun ada banyak kemajuan yang menjanjikan, tantangan masih tetap ada. Biaya
produksi baterai yang tinggi, misalnya, masih menjadi penghalang utama. Untuk mengatasi ini,
para peneliti berusaha menemukan bahan baku alternatif yang lebih murah dan proses
manufaktur yang lebih efisien. Selain itu, daur ulang baterai juga menjadi fokus penting untuk
memastikan bahwa peningkatan produksi baterai tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H