Mohon tunggu...
Muhammad Alif
Muhammad Alif Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

"NGAWULO" Sugih ora dumeh, Melarat ora Ngeresulo.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanggapi Gerakan Islam Transnasional: Kembali ke Islam Moderat

26 Juni 2023   15:16 Diperbarui: 26 Juni 2023   15:23 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perlu kita ketahui masalah bangsa-bangsa di dunia memiliki kesamaan dalam konteks umat beragama di semua negara. Secara garis besar, ada empat isu atau persepsi yang melemahkan toleransi. Konservatisme atau fanatisme, radikalisme, ekstrimisme dan terorisme.

Seperti sebelumnya, konservatisme dan fanatisme saling terkait, yaitu paham atau perilaku keagamaan yang secara ketat menjunjung tinggi dan menjunjung tinggi ajaran-ajaran yang murni sahih, tetapi kemudian juga mencoba mengamalkannya secara fanatik.

Radikalisme adalah paham atau perilaku keagamaan yang bertujuan untuk membawa perubahan sosial, politik, dan keagamaan sesuai dengan paham revolusionernya. Ekstrimisme adalah paham atau perilaku keagamaan yang menganggap bahwa hanya paham seseorang yang benar dan yang lain salah atau sesat, sehingga pengaruhnya harus dilawan dan ditentang. Para pendukung pemahaman ini mengungkapkannya dengan keras.

Ekstrimisme, jika sudah menjadi perilaku, disebut terorisme. Pemahaman ekstrem yang diwujudkan dalam perilaku beragama menjadikan kekerasan atau teror sebagai sarana untuk melakukan perubahan atau mencapai tujuan. Di Indonesia ada kelompok yang mendukung pandangan tersebut.

"Sikap berlebihan dalam beragama di dalam Al-Qur'an terdapat dalam sejumlah ayat yang menyatakan larangan terhadap sikap dan tindakan melampaui batas dalam beragama. Misalnya disebutkan dalam Q.S An-Nisa ayat 171,"

Hal ini juga disebutkan dalam sebuah Hadist yang artinya, "Waspadalah terhadap berlebihan (ghuluww) dalam agama, karena sesungguhnya sikap berlebihan ini telah menghancurkan orang orang sebelum kamu," (H.R Ahmad).

Bagaimana dengan Islam Moderat itu ?

            Maka kemudian muncullah Islam moderat (wasathiyah), seperti disebutkan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 143: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat islam) sebagai 'umat pertengahan' agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

"Secara bahasa kata 'ansath' berarti adil, pilihan dan pertengahan (moderat). Menurut Mu'jam al-Ma'ani al Jami', 'wasath' berarti posisi tengah di antara dua sisi, sehingga wasathiyyah berarti posisi tengah di antara dua hal atau sisi (pihak, kubu) yang berhadapan atau berlawanan (ma bain al-tharafain),"

Wasathiyah dalam akidah ahlussunnah wal jamaah menyangkut jalan tengah, antara pemahaman jabariyah dan qadariyah. Manusia memiliki kehendak dan pilihan untuk bertindak, namun pada hakekatnya, pelaku dan penentu adalah Allah SWT. Pemahaman Wasathiyyah dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain.

Dalam kondisi saat ini, dukungan para cendekiawan dan tokoh muslim terhadap negara kesatuan Republik Indonesia yang berideologi Pancasila adalah mufakat nasional (al-mitzaf al-wathani) merupakan salah satu bentuk menjalankan tugas wasathiyyah. Dengan demikian, menurut KH Ma'ruf Amin, Indonesia adalah Negara Harmonisasi (Darul Mitzaq). Islam Wasathiyah harus dipahami tidak hanya dalam konteks Indonesia, tetapi juga dalam konteks internasional.

Lebih lanjut, sebagaimana dipahami Islam Wasathiyah, moderasi beragama adalah sikap semi-religius yang tidak condong ke kanan atau ke kiri. Moderasi bukan hanya konsep doktrin Islam, tetapi juga memiliki landasan sejarah. Kami memiliki dasar yang kokoh sebagai identitas, yaitu moderasi beragama. "Bung Karno dan Gus Dur mengingatkan kita untuk menjadi Muslim dengan menyerap ajaran mereka dan bukan budaya asal agama mereka. Emil Durkheim menjelaskan agama sebagai sistem kesatuan, satu agama, kebajikan unik bagi pemeluknya. Agama ini adalah faktor utama yang mampu menginspirasi orang untuk belajar (santri, pesantren)".

Islam tidak melarang umat Islam untuk berhubungan baik dengan non-Muslim. Menurut Al-Qur'an Al Mumtahanah ayat 8, secara historis demonstrasi moderasi dicontohkan oleh Walisongo dan dilanjutkan oleh kiai. Namun, akhir-akhir ini, banyak tantangan muncul, terkait masalah terorisme dan radikalisme, sehingga perlu lagi adanya harmonisasi moderasi beragama.  Sunan Kalijaga menjelaskan sabdo pandito ratu, bahwa hubungan antara negara dan ulama mestinya menjadi satu kesatuan. Pemahaman kearifan lokal sesuai ajaran Islam.

Hubungan antara nilai-nilai Islam dan Aswaja 

Nilai-nilai Islam dalam surat Al Hujurat ayat 13, mengajarkan bahwa Islam memiliki nilai-nilai multikultural. Dijelaskan bahwa peristiwa manusia (pria, wanita) menunjukkan nilai memperlakukan keberadaan manusia secara adil. Etnis berarti keragaman budaya, saling mengenal berarti saling menghormati, dan orang terbaik adalah yang paling saleh.

jika Islam dan Aswaja memiliki dasar menjadi suatu hubungan yaitu nilai-nilai moderasi, toleransi, kerukunan, saling pengertian dan saling mendukung. Juga dibagi menjadi nilai-nilai individual dan universal. Keduanya menimbulkan pandangan yang berbeda karena terkait dengan Alquran dan hadis. Jadi, seperti yang dijelaskan, perbedaan pendapat ini mengarah pada konsep dan tindakan.

"Budaya kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipraktikkan Islam di Indonesia harus diperkuat untuk menghadapi pemikiran transnasional. Contoh ini sangat penting, seringkali sangat penting, seringkali di pesantren misalnya, kebiasaan terhadap tradisi tercermin dalam amalan islam nusantara. Bhineka Tunggal Ika dan Toleransi antar Kebhinekaan," jelas Rektor Universitas Islam Malang itu.

Selain itu, strategi penguatan budaya dengan nilai-nilai aswaja sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya. Kemudian pengorganisasian potensi sumber daya manusia yang ada dilakukan dengan rekonstruksi terstruktur, sehingga diapresiasi dalam organisasi sosial. Maka Anda harus menyelaraskannya dan menyelesaikannya dengan ukhuwah yang kuat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun