Mohon tunggu...
Muhammad Alfan
Muhammad Alfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasantri Ponpes Lirboyo, Kediri-Jawa Timur. Pembelajar otodidak pengetahuan sosial, psikologi, dan filsafat.

Part of my life. Agama, Kitab kuning, Buku, Novel, Film & Mindset.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Selama Ini, Benarkah Caraku Bersyukur?

13 Mei 2021   05:38 Diperbarui: 13 Mei 2021   09:45 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau ia senang, tetapi karena merasa majikan tersebut mendahulukan dan mengutamakan dirinya dibandingkan orang lain yang juga bekerja pada majikan tadi. 

Andaikata dia mendapat mobil dari orang lain, maka rasa senangnya tidak akan sama seperti ketika diberi majikan. Rasa senang ini bisa dikategorikan syukur karena berkaitan dengan majikan yang memberinya, meskipun sebatas merasa diutamakan.

Terakhir, ia merasa senang karena dengan mobil tersebut ia dapat meladeni majikannya dengan lebih baik. Ini merupakan kategori syukur yang paling tinggi. 

Adapun salah satu tandanya ialah merasa sedih ketika justru mobil yang diberikan kepadanya membuat ia terlena sehingga pekerjaannya menjadi berantakan.

Rukun terakhir adalah amal==buah dari hal==yang direalisasikan oleh hati, lisan dan anggota tubuh. Hatinya mantap untuk memanfaatkan nikmat dengan baik, lisannya lantang menyebutkan syukur kepada Allah swt dan seluruh anggota tubuh digunakan untuk melaksanakan ketaatan serta menjauhi larangan-Nya.

Jadi, syukur adalah rangkaian kegiatan dari mulai mengetahui bahwa Allah swt yang memberi nikmat, merasa senang karena dengan nikmat tersebut dapat mendekatkan diri kepada-Nya, dan merealisasikannya dengan niat yang baik, mengucap syukur dan beramal salih sekaligus menjauhi larangan-Nya.

Sedangkan mengkufuri nikmat adalah kebalikan dari syukur. Jika syukur adalah memanfaatkan nikmat di jalan kebaikan, kufur nikmat ialah menggunakan nikmat yang diberi Allah swt untuk bermaksiat kepada-Nya. 

Dari sini bisa kita pahami bahwa konsep syukur yang disyariatkan kepada Nabi Musa as sama dengan syukur yang dipahami oleh Imam Ghazali sebagai Ulama dari umat Nabi Muhammad saw. Karena kedua konsep sama-sama menekankan pada bagaimana kita harus mengingat Tuhan dari pemberian-Nya yang melimpah.

Bahkan, sebenarnya konsep syukur Nabi Musa as merupakan tingkatan syukur yang paling tinggi dalam syariat Islam. Selain harus mengingat Allah swt, ancaman yang ditujukan Allah swt kepada Nabi Musa as sangatlah tegas. 

Sedikit saja Nabi Musa as melalaikan nikmat yang Allah swt berikan---tidak mengingat-Nya, maka ia telah dikategorikan mengkufuri nikmat.

Wallahu a'lamu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun