Mohon tunggu...
Muhammad Aldy Fahriansyah
Muhammad Aldy Fahriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Oh, hai. Saya gasuka nulis, hanya sedang tersesat di internet.

Hai internet, perkenalkan saya Aldy, Orang yang tidak pernah puas terhadap jawaban-jawaban biasa. Selalu ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, terus bertanya-tanya, karena sesungguhnya semua yang ada dihadapan kita hanyalah bayangan saja, bias.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sebelum Sayang pada Orang Lain, Sayangi Dulu Diri Sendiri

14 Oktober 2022   05:45 Diperbarui: 30 Oktober 2022   00:15 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi self love, mencintai diri sendiri(SHUTTERSTOCK/Krakenimages.com)

Sejauh ini, Saya sebagai manusia biasa saja merasa hidup ini gini-gini aja, bosan. Ternyata setelah ditelaah dan melakukan sedikit introspeksi kepada diri sendiri.

Ada satu hal yang menjadi letak kesalahan yang menjadikan hidup ini menjadi terasa membosankan, yaitu karena Saya sering berekspektasi bisa selalu membahagiakan orang lain. 

Ekspektasi tersebut selalu muncul, seakan-akan menjadi sebuah kewajiban, dan jika hal tersebut tidak tercapai maka akan terbentuk kekecewaan tersendiri yang membuat kehidupan ini menjadi terasa flat, merasa tidak bisa menikmati hidup sepenuhnya.

Setelah dilihat lebih jauh lagi, rasa ingin membahagiakan orang lain ini merupakan sebuah bentuk dari rasa sayang Saya kepada orang lain. Ya, memang menyayangi orang lain itu adalah suatu kewajiban bagi setiap makhluk yang hidup di dunia ini. 

Sejak kecil kita sudah diajari oleh orang tua agar selalu senantiasa dapat saling menyayangi satu sama lain. Seperti yang dikatakan oleh Socrates, kita hidup di dunia ini bukan sebagai orang yang primordial saja, tetapi sejatinya adalah "Citizen Of The World" atau warga dunia.

Artinya, selama kita masih hidup di dunia yang sama yaitu di planet bumi, maka sudah seharusnya kita dapat menyayangi orang lain tanpa memandang suku, bangsa, agama dan sebagainya.

"Berlakulah seperti socrates. Tidak pernah membalas pertanyaan daerah asalnya dengan 'Saya orang Athena' atau 'Saya dari Korintus', tetapi selalu menjawab, 'Saya adalah warga dunia". -Epictetus (Enchiridion)

Tetapi menyayangi orang lain akhir-akhir ini esensinya terkesan berbeda. Seperti yang disampaikan di awal tulisan bahwasanya setiap orang saat ini suka berekspektasi untuk selalu membahagiakan orang lain.

Padahal membahagiakan orang lain sejatinya bukan merupakan suatu kewajiban. Bahkan banyak orang yang dimanfaatkan rasa sayangnya oleh orang lain. 

Ada yang dimanfaatkan effortnya/tenaganya, ada yang dimanfaatkan harta bendanya, bahkan ada juga yang dimanfaatkan nyawanya. 

Memang sudah tidak aneh ketika mendengar ada orang yang mengakhiri hidupnya gara-gara cinta, tanpa disadari bahwasanya hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari rasa sayang yang berlebihan kepada orang lain. 

Memang yang namanya menyayangi orang lain itu adalah hal yang indah, tetapi mengorbankan segalanya untuk orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri merupakan suatu hal yang fatal.

"Sering menghakimi diri sendiri merupakan salah satu bentuk kita tidak mencintai diri sendiri"

Sepertinya sudah saatnya kita memperdalam kembali apa yang namanya self love. Self love atau mencintai diri sendiri merupakan kondisi dimana kita bisa menghargai diri sendiri dengan mengapresiasi secara positif apapun yang diri sendiri lakukan.

Artinya orang yang memiliki self love adalah orang yang mampu untuk berdamai dengan dirinya sendiri dengan cara menerima dan memahami apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya. 

Ilustrasi/Sumber: divineconnexion.com via pinterest.com
Ilustrasi/Sumber: divineconnexion.com via pinterest.com

Orang yang tidak memiliki self love akan terus dihantui dengan cacian negatif terhadap dirinya sendiri, kalau bahasa kerennya itu ' Altruisme'. 

Salah satu contoh dari orang yang tidak memiliki self love adalah mereka yang selalu ingin menyenangkan orang lain tanpa memikirkan keadaannya sendiri.

"Self love bukan berarti egois"

Self love sepertinya terlihat egois, tetapi tidak seperti itu kok. Self love berbeda dengan apa yang namanya Narsisisme, yaitu mencintai diri sendiri secara berlebihan. Mencintai diri sendiri juga harus ada porsinya. 

Kita tetap harus memperhatikan dan care kepada sesama, self love bukan berarti kita menjadi acuh kepada orang lain dan hanya mementingkan keuntungan diri sendiri saja.

"Bagaimana kita bisa menyayangi orang lain, jika menyayangi diri sendiri saja tidak bisa"

Pada intinya ketika kita ingin memberikan yang terbaik kepada orang lain, kita harus menjadi baik dulu kepada diri sendiri. Menyayangi diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyayangi orang lain adalah suatu hal yang baik untuk dilakukan. 

Hidup akan lebih bisa dinikmati ketika terjadi suatu keseimbangan antara kebutuhan diri sendiri dan orang lain dapat terpenuhi. 

Poin yang bisa diambil adalah kalau kita belum bisa menyayangi diri sendiri, lantas bagaimana cara kita untuk menyayangi orang lain dan lingkungan sekitar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun