Al-Qur'an dan Religius Attitude
Oleh: A.R. Hamid
Hari ini kita menghadiri haflah---acara, untuk tidak mengatakan pesta---pengambilan syahadah tahfizil qur'an, atau dalam bahasa kita sertifikat yang menandakan siswa telah menghafal al-qur'an secara mutqin.
Sertifikat itu sebagai bukti bahwa siswa terkait telah diuji dalam satu majlis, serta uji publik yang disaksikan oleh seluruh santri, guru, orang tua, serta tokoh-tokoh masyarakat dan ormas sekitar. Tidak mudah, maka sangat diapresiasi sangat tinggi oleh sekolah, dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Modern Daarul Arqom, Tulung, Klaten.
Al-Qur'an secara umum adalah wahyu tuhan yang diturunkan melalui perantara malaikat jibril a.s untuk Nabi Muhammad. Umat Islam wajib percaya (iman) kepada al-qur'an sebagai kitab suci, yang di dalamnya mengandung banyak sekali aksioma-aksioma (pernyataan yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya), serta tentu, al-qur'an adalah kabar yang melampaui kemampuan nalar-panca indra manusia.
Kita sebagai manusia kadangkala dilanda gelisah, sedih, putus asa saat musibah menimpa. Bagi penganut ateisme---paham yang tidak percaya ke-ada-an/eksistensi tuhan---akan sangat kesusahan, sebab mereka hanya mengandalkan akal mereka saja.
Saya sebut lebih spesifik, sains. Sains, sebagai hasil dari prejudice-prejudice---dugaan-dugaan---yang diuji selalu menemui anomali: pada satu konteks ia dapat digunakan untuk membaca realitas, kadang tidak bisa, sebab sains sendiri sifatnya terbuka; ia dapat difalsifikasi dan dikoreksi.
Lain dengan agama, agama memberikan harapan-harapan yang dapat menentramkan hati manusia, terutama penganut satu agama tertentu. Tuhan---Allah swt, dalam konsep ketuhanan umat islam--- diantaranya memberi isyarat dalam firman-Nya untuk menjalankan setiap norma yang telah ditentukan.Â
Seorang hamba harus memiliki sifat sabar, tawakal, disiplin, tangguh, jujur, dermawan, dll, dengan jaminan-jaminan kebahagiaan, baik di dunia dan akhirat, bagi setiap pemeluk agama tersebut.
Beda dengan sains, sains tidak cukup mampu menentramkan hati orang yang setres karena ia dipecat di tempat kerjanya.