Mohon tunggu...
Muhammad AgusSupriyanto
Muhammad AgusSupriyanto Mohon Tunggu... Ilustrator - Mahasiswa UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Berbagi pengetahuan dengan keikhlasan, semoga selalu bermanfaat ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Agama Kong Hu Chu Dan Hubungannya Dengan Persatuan NKRI

21 Maret 2020   12:00 Diperbarui: 25 Maret 2020   22:44 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kong hu chu merupakan salah satu agama yang resmi dan di akui oleh bangsa Indonesia, agama yang identek dengan warna merah menyala, dupa dan juga naga ini membuat saya tertarik untuk melaksanakan observasi ke sebuah tempat ibadah kong hu chu di di tengah kota Malang di sekitar pasar besar Malang, tempat ibadah ummat Kong hu chu ini disebut dengan Klenteng. Ditemani dengan rohaniawan dari klenteng tersebut kami mendapat banyak informasi yang baru kami ketahui mengenai agama Kong hu chu ini. Hal pertama yang kami dapat disini ialah mengetahui bahwasannya ummat beragama Kong hu chu melakukan ibadahnya pada hari ahad di ruang Kong hu chu dan yang ada di Klenteng, kegiatan ibadah mereka ini mereka sebut sebagai berkebhaktian dimana saat berkebhaktian semua ummat Kong hu chu datang ke klenteng untuk beribadah dengan menyalakan lilin lilin, dupa, dan mulai berdo'a kepada tuhan yang mereka yakini di dalam ruangan Kong hu chu. 

Bapak rohaniawan yang yang menemani kami observasi saat itu menjelaskan bahwa agama mereka yaitu agama Kong hu chu telah lama di kenal oleh dunia yang lebih tepatnya agama Kong hu chu mulai dikenal oleh dunia yakni 551 tahun lalu sebelum masehi. Pada masa ini pula nabi ummat Kong hu chu lahir, nama dari nabi agama Kong hu chu ini ialah Kong hu chu sesuai dengan agama yang ia bawa. Jika sekarang kita tengah di tahun 2020 Masehi maka agama kong hu chu ini mulai diketahui dan dikenal oleh dunia yaitu pada tahun 2571 Masehi dan agama Kong hu chu ini datang dan masuk kedalam negara Indonesia seiring dengan kedatangan bangsa Cina dan suku Tionghoa. Suku Tionghoa ini datang ke Indonesia dan pergi meninggalkan negara Cina tanpa membawa warga perempuan karena suku Tionghoa dan bangsa Cina yakin bahwasannya jika mereka pergi dan menyebrangi lautan dengan membawa warga perempuan maka bala (hal hal buruk) akan datang menimpa rombongan mereka. Dikarenakan hal tersebut maka para suku Tionghoa yang datang dari Cina tersebut harus menikah dengan masyarakat perempuan Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bahwa rumah ibadah Kong hu chu selalu identik dengan warna merah, wangi wangian kemenyan, dan juga dengan lambang naga. Yang pertama, warna merah yaitu sebagai lambang kesenangan, kemudian lambah hati yang menunjukkan kasih sayang. Kemudian yang kedua wangi wangian kemenyan sebagai lambang ketenangan bagi ummat Kong hu chu, yang terakhir yaitu lambang naga disini sebagai lambang yang menjembatani pintu depan antara kehidupan dunia dan kehidupan maya. Jadi setiap hal hal yang ada dalam rumah ibadah Klenteng itu memiliki makna dan artian bagi ummat agma Kong hu chu.

Sumpah pemuda yang lahir pada tahun 1928 Yang berbunyi "Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, kami putra ptri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia, kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Disini di garis bawahi pada bagian "bahasa persatuan, bahasa Indonesia" kata kata persatuan yang merujuk pada keesaan Tuhan yang menyatukan dan memerdekakan bangsa Indonesia pada tahun 1945 pada saat itu Tuhan mendengar sumpah dari para pemuda Indonesia yang bersumpah menggunakan bahasa persatuan, sebelum mendapatkan kemerdekaan Indonesia belum menunujukkan persatuannya pada Tuhan yang maha Esa oleh karena itu Indonesia baru mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1945 dan setelah adanya sumpah pemuda. 

Setiap golongan masyarakat memiliki kemampuan dan kelebihannya masing masing maka dari itu setiap golongan harus saling bersinergi dengan golongan yang stu dengan yang lain. Tidak boleh ada yang menganggap dirinya sebagai jempol dan menganggap golongan lain seperti kelingking yang kecil, karena setiap golongan memiliki kemampuan masing masing yang mestinya dapat bekerja sama dan bersinergi agar tercipta persatuan. Setidaknya seperti itu analogi dan pernyataan bapak rohaniawan dari Klenteng Kong hu chu di kota Malang.

img20200314120213-5e75afa3097f36767400aeb2.jpg
img20200314120213-5e75afa3097f36767400aeb2.jpg
Sekian mengenai ilmu yang saya dapatkan dan dapat saya bagikan mengenai bagaimana ummat Kong hu chu beribadah, sejarah datangnya agama Kong hu chu, makna dari segala hal yang identik dari agama Kong hu chu, dan hubungannya dengan kemerdekaan dan persatuan di Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun