Mohon tunggu...
Muhammad Agung Syahrullah
Muhammad Agung Syahrullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Padang

إِنَّ مَعِىَ رَبِّى

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Riang Gembira, Gimmick Politik ala Para Elite

18 Januari 2024   12:27 Diperbarui: 18 Januari 2024   14:06 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: VideoKompas.SherlyPuspita

Tensi politik Indonesia akhir-akhir ini sedang mengalami eskalasi besar-besaran, hal ini biasa terjadi menjelang perayaan hajat demokrasi 5 tahunan dan akan terus mengalami peningkatan dan turut diwarnai dengan konflik, ketegangan, dan polarisasi di tengah-tengah masyarakat.

Dalam situasi ini para elite politik Republik mulai menggembar-gemborkan sebuah konsep politik yang disebut dengan "Politik Riang Gembira". Konsep ini menekankan pentingnya kebersamaan, kerjasama, dan kesenangan dalam menjalankan urusan politik. Dalam konsep ini, fokus utama adalah menghindari konfrontasi keras yang sering menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Dialog menjadi inti dari segalanya, memungkinkan adanya pertukaran ide dan sudut pandang yang berbeda dengan penuh toleransi. 

Namun realita yang kita temui dewasa ini terutama menjelang Pilpres Februari mendatang malah berbanding terbalik dengan esensi dari politik riang gembira itu sendiri. Peristiwa politik yang terjadi akhir-akhir ini semakin membuka cakrawala berpikir masyarakat mengenai politik riang gembira yang hanya sekedar tulisan dan gimmick semata.

Bagaimana para Elite apalagi kontestan pilpres mempertontonkan secara vulgar sikap tempramen dan emosional ditengah panggung debat Pilpres lalu yang sangat kontradiktif dengan tagline "gemoy" nya yang gencar di sosialisasikan melalui sosial media seolah membuka aib tersendiri perihal karakter sesungguhnya para kontestan tersebut. Apalagi kalimat-kalimat umpatan yang dilontarkan di luar forum debat dan didengar tanpa filter oleh telinga masyarakat barang tentu menjadi preferensi bagi calon pemilih untuk segera merubah calon pemimpin pilihan mereka dengan mengesampingkan branding gemoy dan mencari kontestan yang membawa gagasan dan menerapkan secara komprehensif konsep "Politik Riang Gembira".

Jangan sampai gimmick politik yang dibungkus dengan narasi "Politik Riang Gembira" yang mengaburkan substansi dengan cara membangun branding yang tidak mendidik yang hanya bertujuan untuk menggaet pemilih muda melalui kampanye udara yang begitu masif yang juga melibatkan para artis mampu menghilangkan jejak kelam masa lalu para kontestan Pilpres.

Pilpres kali ini harus benar-benar mencari sosok yang bisa "meritoktasi" sistem kekuasaan di tanah air bukan sosok yang lahir secara instan dan pandai berjoget saja, dan yang perlu penulis tekankan kepada pemilih muda terutama Gen Z yang mendominasi pengguna sosial media di tanah air yang kebanyakan termakan gimmick di sosial media serta kebiasaan "fomo" ikut-ikutan pilihan teman yang barang tentu tanpa mereka sadari bisa merubah kondisi Indonesia di masa yang akan datang.

Gen Z dengan segala sikap problematiknya harus bisa realistis terhadap kondisi bangsa saat ini, mereka tak bisa hanya duduk diam menonton kampanye pilpres dengan gimmick berjoget di Tiktok atau lari marathon puluhan kilometer saja melainkan harus mencari substansi dari kontestan yang membawa branding joget dan branding marathon tersebut. Permasalahan bangsa hari ini tak bisa diselesaikan hanya dengan berjoget, marathonan atau mempertontonkan sikap tempramen atau bahkan duduk ngopi 5 jam saja, melainkan seorang pemimpin dengan kepala dingin dan gagasan epik nya yang Republik ini butuhkan.

Mari para generasi muda yang baru pertama kali memilih, pilihlah berdasarkan aspirasi serta gagasan yang paling tepat atau setidaknya mendekati aspirasi kalian, karena kalian lah yang nantinya akan menjadi penentu masa depan bangsa 10 20 tahun kedepan. Mari kita normalisasikan "Politik Riang Gembira" yang sesungguhnya, politik yang mengedepankan kedewasaan dan kenegarawanan dalam bersikap, politik yang mampu saling lempar argumen secara pelan-pelan dan menggunakan kalimat halus tanpa menyimpan dendam kesumat di luar forum seperti istilah orang jawa "Alon-alon Waton  Kelaton" pelan-pelan yang penting terlaksana.

Di penghujung tulisan, penulis berharap tulisan ini bisa menjadi prefensi masyarakat dalam menentukan pilihan di pilpres yang tak lama lagi akan terlaksana, jangan sampai para calon pemilih lebih mementingkan branding dan tagline yang tidak mendidik dan tidak ada substansi nya sama sekali. Ingat! Republik ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, Republik ini butuh pemimpin yang membawa gagasan besar serta yang berani memperbaiki sistem yang telah dirusak oleh rezim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun