Relasi konkret antara Allah dan makhluknya, antara metafisika tunggal dengan materil tidak ada akal manusia yang bisa menjangkaunya. Akal kita hanya mampu menjangkau hal-hal materil, itu sebabnya setinggi apapun kau teleti fisika hakikat dunia seperti Hawking dan Einstein, tetap tidak akan ada Tuhan yang kau temukan. Itu adalah bukti konkret bahwa teologi jumud, singkritisme monoteisme pada animisme, politeisme, panteisme, panenteisme dst sebagaimana tradisi filsafat sufistik falsafi itu. Dalam dialektika baru kita sudahlah korslet secara nalar, dan ditolak secara materil. Menunjukkan bahwa Tuhan monoteisme itu, benar-benar Tuhan sebab dia Tuhan yang berbicara dengan makhluknya dalam bahasa mahkluk, tapi dirinya tidak bisa dijangkau oleh makhluknya. Iman yang duduk pada tempatnya ini, iman yang bersanding dengan logika, dan meninggikan logika setinggi-tingginya akan melahirkan mental revolusi.
Selagi Allah Swt memihak kita, maka kemenangan pasti di tangan kita. Itulah ajaran Tauhid Muhammad Saw, dan Tauhid Musa yang datang dari Tuhan yang sama. Tauhid Yahudi masih dilevel ini, masih semurni ini. Namun, mereka dengan kejeniusan mindset teologis ini, memandangmu sebagai budak, mengendalikan bangsa-bangsamu dengan menundukan eksekutif-eksekutif dungu yang dipilih oleh mayoritas orang-orang bodoh fatalis di bangsa kita ini, yang hidup dalam ketakutan, si manut-manut, si yang mempertentangkan duniawi dan akhirat. Memandang bahwa hidup kebanyakan muslim yang kini adalah kaum-kaum marhaen, orang-orang lapar, orang-orang merana itu untuk pasrah saja atas hidup duniawinya dan memfokuskan diri pada akherat. Sekali lagi bila mindset Islam kita tetap dungu, maka kita akan mati dalam perbudakan Yahudi. Sebab triaspolitika yang kini berjalan di republik ini, hanya tunduk pada fulus. Siapa yang punya uang kini; Yahudi!. Apa yang bisa menumbangkan hegemoni uang?; Hanyalah pikiran-pikiran revolusioner.
Pahamilah manifesto ini, pahamilah cita-cita luhur ini. Janganlah lihat aspek-aspek laten, residu-residu yang lahir diluar manifest, diluar fitrah perjuangan. Karena orang jahat, kaum fitnah, mata-mata yang menghancurkan esensi perjuangan dari penyusup-penyusup yang menyebar stigma pada pergerakan-pergerakan mulia. Lihat betapa besar fitnah pada Karl Marx, lihat betapa besar fitnah pada Khomaini, lihat betapa hina stigma mereka dibuat orang-orang dungu itu yang memfitnah, menghina, merendahkan Muhammad Saw dan para Nabi lainnya. Selain dari memang adanya tubrukan-tubrukan keras yang ditakdirkan Allah ketika melahirkan orang-orang besarnya, tapi begitulah realitas hidup. Bahwa kemuliaan itu, musuh terbesarnya adalah fitnah, dari orang-orang yang takut kursi feudalnya terjungkal berkat lahirnya revolusi luhur. Nabi kita itu, Nabi yang megajarkan berpakaian setara antara raja dan budak ketika berhaji, Nabi yang mengajarkan berpuasa untuk raja merasakan kelaparan orang miskin, dan Nabi yang mengajarkan zakat harta untuk memberantas kemiskinan.  Nabi kita Muhammad Saw itu, adalah Nabi yang mengajarkan kembali ajaran Nabi-nabi sebelumnya tentang liberté, égalité, fraternité, yang menyingkirkan feudalisme Dunia dan imperialisme..
Saat mindset bangsa ini sudah berhasil merdeka 100%, maka aksi masa skala nasional dapat berjalan. Kenapa revolusi bukan diplomasi. Diplomasi adalah alat-alat dari para pemegang nuklir, pemegang senjata, pemegang kuasa yang bisa mengancam lawan diplomasinya sebagai nilai tawar hingga titik "kalau kau tidak berbuat ini maka aku bisa membunuhmu". Â Bila power kita tidak sekuat itu, persetan dengan diplomasi karena diplomasi hanya melahirkan kekalahan Diponegoro. Diplomasi adalah alat negosiosasi negara-negara, atau kelompok-kelompok super power, kelompok-kelompok cyclops pemilik modal yang mampu menjadikan uang sebagai tongkat sihir adikuasa. Kita ini, layaknya para Nabi. Kita tidak punya nuklir, kita tidak punya uang sebanyak Yahudi itu. Maka kita akan selalu kalah dalam deal. Aksi masa dan perang grilya adalah solusi melawan hegemoni superpower tanpa kompromi diplomasi, yang syarat mutlaknya adalah memerdekakan mindset rakyat untuk merdeka sebagai modal mutlak revolusi dapat dimulai. Kemauan yang satu untuk merdeka secara tauhid dan kemanusiaan ini, akan melahirkan gebrakan revolusi mental menjadi revolusi bergerak.
Reference
Al-Faruqi, Ismail Raji. Islam and the Problem of Israel. Montreal: McGill-Queen's University Press, 1980.
Arkoun, Mohammed. The Unthought in Contemporary Islamic Thought. London: Saqi Books, 2002.
Aslan, Reza. No God but God: The Origins, Evolution, and Future of Islam. New York: Random House, 2005.
Aydin, Cemil. The Idea of the Muslim World: A Global Intellectual History. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2017.
Corbin, Henry. History of Islamic Philosophy. London: Kegan Paul International, 1993.
Esposito, John L., ed. The Oxford Encyclopedia of the Islamic World. Oxford: Oxford University Press, 2009.