Mohon tunggu...
Dr. M. Agung Rahmadi
Dr. M. Agung Rahmadi Mohon Tunggu... Psikolog - Dr. M.Si. Kons

Psikolog

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dimensi Moral Ekonomi : Garis Tipis antara Kejahatan dan Sosial Budaya Kita (Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si.)

2 Mei 2022   09:20 Diperbarui: 3 Juni 2022   20:32 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa menjadi penjahat begitu menggiurkan saat ini, sebab individu zaman sekarang antara kualitas dan eksistensi gapnya bagaikan lereng dan puncak gunung ini dampak ikut-ikutan gaya hidup pegiat media sosial yang bergaya seperti menteri padahal kompetensinya setingkat "keterampilan" buruh kasar atau tidak ada sama sekali hanya untuk mencari popularitas .

Walau "wajah tetaplah berpenampilan orang bodoh" sebab hal ini yang tidak bisa ditipu dari wajah orang cerdas dan orang bodoh secara psikologis (baca: wajah individu jenius), dan dibalik layar gaya tinggi itu dibackup dengan dana prostitusi dan bentuk kejahatan lainnya. 

Lihatlah tukang jual kain, ikan cupang, pengangguran dan orang-orang tak terdidik yang saat ini sudah berlagak seperti Dirjen Kementrian, dengan kualitas rendah namun gaya hidup tinggi maka mau tidak mau bisnis haram seperti penipuan investasi bodong (ngaku mau bangun hotel, bandara, pelabuhan, jalan tol, pialang dst) dengan cukup keterampilan dari pelatihan komunikasi multi level marketing (MLM) / sales, narkoba dengan modal cuma pernah ikut pelatihan satpam atau organisasi kepemudaan biar bisa berlagak mafia-mafiaan, prostitusi dst harus dijalani.

 Pertanyaannya sampai kapan mereka bertahan?

"Pemerintah harus memberi sanksi keras dan mengejar para penipu ini sebelum menjadi suatu patologi psikologi dan sosial yang semakin parah, sebab perilaku-perilaku diatas sangat-sangat merugikan orang lain dan merusak tatanan ekonomi, moral masyarakat dan berpotensi besar merusak negara bila uang haram sudah menjadi suatu kultur yang dibiarkan sebab orang-orang menikmati uang itu walau ada orang yang menderita dan terzalimi". 

Tidak ada kemajuan bangsa tanpa "produksi barang" dan penipu mereka hanya "berhalusinasi memperoduksi" baik barang / jasa jauh lebih buruk dari riba yang menukar uang dengan uang, dan mereka membunuh modal produksi komoditi sesungguhnya (banyak pengusaha yang berkontribusi pada defisa negara bangkrut ketipu).

 _"Buanglah sampah di tong sampah, dan jangan biarkan keluar dari tong sampah".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun