Sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari sejarah peradaban Islam,terutama peradaban Kerajaan Samudra Pasai,saya merasa perlu mengangkat permasalahan krisis kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia,yang dipengaruhi oleh lemahnya moralitas dan keimanan. Dalam sejarah Islam,keimanan telah membuktikan diri sebagai pondasi utama untuk membangun karakter masyarakat yang unggul.
Contohnya dapat dilihat pada masa kejayaan Kesultanan Samudra Pasai di bawah kepemimpinan Malikussaleh.Ia memimpin dengan menempatkan keimanan sebagai landasan pemerintahan dan pendidikan, menghasilkan masyarakat yang tangguh secara spiritual dan kompeten secara intelektual.
Keimanan yang kokoh menciptakan individu yang jujur,bertanggung jawab,dan berorientasi pada keberkahan. Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup masyarakat.Pelajaran ini relevan dalam mengatasi tantangan SDM Indonesia saat ini,dimana moralitas dan integritas kerap terkikis oleh pengaruh globalisasi dan budaya konsumerisme.
Kualitas SDM Indonesia saat ini berada pada titik yang memprihatinkan.Selain rendahnya keterampilan teknis, lemahnya nilai keimanan dan moralitas juga menjadi penyebab.Data World Talent Ranking (WTR) 2024 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-46 dari 67 negara, jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura (peringkat ke-2) dan Malaysia (peringkat ke-33).
Krisis ini semakin diperburuk oleh degradasi moral,yang terlihat dari maraknya kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang.Salah satu contoh yang mencolok adalah kasus korupsi proyek replika Monumen Samudra Pasai di Lhokseumawe. Proyek ini,yang seharusnya menghormati sejarah Islam,justru menjadi cerminan lemahnya integritas di kalangan pejabat.Hal ini membuktikan bahwa tanpa keimanan yang kokoh,SDM Indonesia sulit berkembang menjadi kompeten dan bermoral.
Selain data global,realitas di lapangan menunjukkan hal serupa.Pada kasus replika Monumen Samudra Pasai,dana publik yang dialokasikan untuk melestarikan warisan sejarah justru dikorupsi,sehingga proyek tersebut tidak selesai sesuai target.Kasus ini menunjukkan bahwa lemahnya nilai keimanan berdampak langsung pada rendahnya kualitas SDM,yang tidak hanya memengaruhi produktivitas tetapi juga kredibilitas bangsa di mata dunia
Perbandingan SDM Masa Kini dan Masa Sultan Malikussaleh
Pada masa Kesultanan Samudra Pasai,Malikussaleh berhasil membangun masyarakat yang unggul dengan menjadikan keimanan sebagai dasar kehidupan.Pendidikan berbasis agama menjadi prioritas,di mana masjid dan madrasah digunakan untuk mengintegrasikan pengajaran agama dengan keterampilan hidup seperti perdagangan,pemerintahan,dan diplomasi.
Hal ini menciptakan masyarakat yang tidak hanya religius tetapi juga kompeten secara teknis,menjadikan Samudra Pasai pusat perdagangan Islam yang dihormati.
Bandingkan dengan masa kini, dimana sistem pendidikan sering kali memisahkan nilai-nilai moral dari pelajaran teknis. Akibatnya, muncul SDM yang unggul secara intelektual tetapi lemah dalam etika dan keimanan.Pendekatan menyeluruh Sultan Malikussaleh memberikan pelajaran bahwa keimanan adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan SDM.
Solusi untuk Masa Kini
Untuk mengatasi krisis ini,kita bisa belajar dari strategi Malikussaleh yang berhasil memadukan keimanan dan pengembangan SDM.Beberapa langkah yang cocok untuk masa kini meliputi:
1.Mengintegrasikan Pendidikan Agama dan Profesionalisme
Sultan Malikussaleh menjadikan pendidikan agama sebagai landasan untuk membentuk karakter sekaligus mendukung keahlian teknis masyarakat.Pemerintah Indonesia dapat mengadopsi model ini dengan memperkuat pendidikan karakter berbasis agama dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan kerja.
2.Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Keimanan
Sultan Malikussaleh membangun lingkungan sosial yang religius, di mana masjid menjadi pusat kegiatan spiritual, sosial, dan pendidikan.Di era modern,hal ini dapat diterapkan dengan memperkuat peran masjid,komunitas agama,dan organisasi masyarakat dalam mendukung pembangunan karakter dan penguatan keimanan generasi muda.
3.Pemimpin sebagai Teladan Moral
Sultan Malikussaleh memimpin dengan memberi contoh dalam integritas dan keimanan.Pemimpin masa kini harus meneladani prinsip ini,terutama dalam memberantas korupsi dan membangun kepercayaan masyarakat.
4. Penanaman Nilai Etos Kerja Islami
Dalam masyarakat Samudra Pasai,nilai seperti kejujuran,tanggung jawab,dan keberkahan menjadi dasar etos kerja.Nilai-nilai ini relevan untuk diterapkan dalam pelatihan SDM masa kini untuk menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan bermoral.
Krisis SDM dan moralitas yang kita hadapi saat ini menuntut solusi yang berakar pada nilai-nilai keimanan dan sejarah.Kepemimpinan Sultan Malikussaleh di Samudra Pasai memberikan pelajaran bahwa keimanan yang kokoh mampu melahirkan masyarakat yang unggul, berintegritas, dan kompeten.
Sebagai mahasiswa, saya merasa bahwa generasi muda memiliki tanggung jawab besar untuk membawa perubahan ini.Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas perlu berkolaborasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai moral dan religius dalam pembangunan karakter bangsa.Dengan meneladani nilai-nilai dari sejarah, kita dapat menciptakan SDM yang tidak hanya siap bersaing di tingkat global tetapi juga mampu menjaga moralitas di tengah arus modernisasi.
Sudahkah kita siap untuk melanjutkan warisan Sultan Malikussaleh dalam membangun masyarakat yang unggul?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H