Freud membagi naluri dalam Id menjadi dua jenis utama adalah:
1. Naluri Hidup (Eros): Naluri ini bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup individu. Contoh naluri hidup ini meliputi kebutuhan dasar seperti makan, minum, dan kebutuhan seksual. Energi yang mendukung naluri ini disebut Libido. Libido tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga berperan dalam pengembangan hubungan sosial dan kreativitas.
2. Naluri Kematian (Thanatos): Naluri ini cenderung bersifat destruktif dan berujung pada kehancuran atau kematian. Contohnya adalah dorongan untuk merusak atau bertindak agresif, seperti berkelahi atau berperilaku dengan cara yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Naluri kematian ini mencerminkan dorongan yang lebih gelap dalam kepribadian manusia.
Naluri Campuran dalam Tindakan
Kedua naluri ini sering kali bercampur dalam suatu tindakan. Misalnya, tindakan makan dapat dianggap sebagai campuran dari kedua naluri ini. Dorongan untuk makan (Eros) mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan biologis dan bertahan hidup, sedangkan dorongan untuk menghancurkan dapat muncul melalui proses fisik seperti menggigit, mengunyah, dan menelan makanan. Dalam konteks ini, tindakan makan bukan hanya masalah pemenuhan kebutuhan, tetapi juga dapat mencerminkan konflik antara keinginan untuk hidup dan dorongan untuk menghancurkan.
Hubungan Struktur Kepribadian Freud dengan Fenomena Korupsi di Indonesia
Fenomena korupsi di Indonesia dapat dikaji melalui kacamata teori psikoanalisis Freud yang menjelaskan interaksi antara Id, Ego, dan Superego. Berikut ini adalah penjelasan tentang bagaimana ketiga unsur tersebut berkontribusi terhadap perilaku korup.
1. Dominasi Id dalam Perilaku Korup
Korupsi sering terjadi karena dorongan Id yang dominan. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, yang mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan tanpa mempertimbangkan norma, aturan, atau konsekuensi. Dalam konteks korupsi, dorongan ini dapat berupa keinginan untuk memperkaya diri sendiri dengan cepat, yang sering kali muncul sebagai keserakahan.
Individu yang dipengaruhi oleh Id mungkin merasa terdorong untuk memenuhi kebutuhan materialistis atau gaya hidup mewah, dan merasa puas karena telah berhasil mengendalikan kekayaan publik tanpa takut akan hukuman. Ketika Id mendominasi, individu menjadi impulsif dan tidak rasional, sehingga cenderung mengabaikan dampak negatif korupsi terhadap masyarakat luas. Dalam kasus ini, dorongan untuk mendapatkan keuntungan pribadi mengalahkan pertimbangan moral dan etika.
2. Ego Lemah dalam Mengendalikan Dorongan Id