Saat ini Suriah sedang mengalami transisi pemerintahan. Bahkan, saat ini bendera Suriah tidak jelas. Sebelumnya bendera Suriah adalah bendera berwarna merah, putih, dan  hitam dengan dua bintang hijau di tengahnya. Namun, banyak warga saat ini mengibarkan bendera berwarna hijau, putih, dan hitam dengan tiga bintang di tengahnya. Saat ini presiden dan wakil presiden Suriah mengalami kekosongan, pemerintah Suriah saat ini hanya diisi seorang perdana menteri dari faksi  Hayat Tahrir al-Sham, faksi yang berhasil menguasai Ibukota Damaskus.
Namun, dari beberapa sumber tidak semua faksi oposisi pemerintahan Bashar Al-Assad  menyukai satu sama lain. Masing-masing faksi memiliki kepentingan yang berbeda dan didukung oleh negara sekutu yang berbeda. Apabila dengan seperti ini apakah akan terjadi konflik lagi di Suriah?Â
Siapa Negara yang Diuntungkan?
Pemerintah Bashar Al-Assad dan faksi-faksi lainnya memiliki sekutu dari sejumlah negara. Tentu dengan tumbangnya rezil Bashar Al-Assad, Rusia dan Iran kehilangan salah satu sekutunya. Rezim Al-Assad memiliki musuh seperti Turki, Amerika Serikat, dan Israel. Akibat jatuhnya pemerintahan di Suriah dan terjadi kekosongan, Israel secara cepat langsung mengirim pasukannya untuk merebut dataran tinggi Golan melewat garis buffer yang dibuat oleh PBB. Turki juga menjadi negara yang diuntungkan dari jatuhnya rezim Al-Assad, tetapi terdapat salah satu faksi yang menjadi musuh Turki yaitu faksi Kurdi karena di Turki sendiri banyak masyarakat etnis Kurdi, sehingga apabila kelompok tersebut dapat menguasai Suriah, hal tersebut dapat mengancam kedaulatan Turki.Â
Negara-negara barat umumnya menyambut positif kejatuhan rezim Al-Assad. Namun, faksi yang menjadi peme
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H