Secara psikologis, anak-anak membutuhkan cinta dan perhatian. Anak-anak, remaja dan orang dewasa membutuhkan cinta dan kasih sayang. Sejalan dengan makna kontekstual hadis di atas, Carl Rogers, salah satu tokoh psikologi perilaku, berpandangan bahwa proses suasana (pendekatan emosional) dalam pendidikan individu bukanlah hasil belajar. Artinya, orang tua harus lebih peka terhadap kebutuhan akan kasih sayang dalam proses pengasuhan dan pendidikan anaknya. Yang diinginkan dalam proses pengasuhan anak adalah perasaan gembira, senang.
Memberikan Pujian atau Hadiah ketika Anak Berprestasi
Rasulullah memberikan Hadiah berupa materi ketika anak atau siswa telah melakukan perbuatan baik. Orang tua atau pendidik dapat memberikan hadiah berupa materi berupa benda atau makanan yang dapat diterima oleh anak. Pemberian hadiah dalam bentuk non-materi Rasulullah juga memberikan hadiah dalam bentuk non-materi. Ketika anak berhasil menyelesaikan tugas atau menunjukkan perilaku terpuji, orang tua atau pendidik dapat memberikan ungkapan verbal berupa kata-kata pujian atau kata-kata sanjungan seperti "masyaallah, pintar sekali anakmu". Selain itu, memberikan ekspresi non verbal seperti mengacungkan jempol atau memberikan senyuman juga bisa menjadi reward yang efektif.
Memberikan Hukuman ketika Anak berbuat Salah
Rasulullah juga memberikan hukuman ketika anak atau murid melakukan kesalahan. Namun, hukuman yang diberikan haruslah proporsional dan tidak berlebihan. Rasulullah memberikan hukuman dengan cara memberikan hukuman atau pukulan yang diberikan kepada anak-anak ketika mereka melakukan kesalahan.
Begitulah gambaran pendidikan Rasulullah ketika mendidik anak, semoga kita selalu meneladaninya dan diberikan keberkahan oleh Allah SWT dengan Mengikuti ajaran beliau Rasulullah, dalam mendidik anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H