Mohon tunggu...
Muhammad Aditya Firmansyah
Muhammad Aditya Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi: Badminton dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Bullying pada Masa Perkembangan Anak di Usia Remaja

15 Juni 2023   20:51 Diperbarui: 15 Juni 2023   21:00 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disusun oleh: Muhammad Aditya Firmansyah (34202200034), Uswatun Khasanah (34202200024), Griya Puspita (34202200033), Isnaini Nur Oktavia (34202200041), Erna Emiliana (34202200031), Diah Ayu Rahmawati (34202200002).

Dosen Pengampu: Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd.

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya fenomena bullying dikalangan anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak bullying pada masa perkembangan anak di usia remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak bullying terhadap perilaku korban mengakibatkan korban merasa takut dan menarik diri dari pergaulan sosial, mendiamkan saja, menggunakan bullying sebagai pendorong untuk memperbaiki diri. Selain itu, siswa yang menjadi korban akan membalas dengan membully balik siswa yang membullynya dampak bullying  bagi pelaku ialah mengalimi perasaan bersalah dan menyesal pada diri pelaku. Dengan memberikan nasihat dan sugesti kepada para bullying maupun korban, sekolah dapat mengurangi dampak negatif bullying  terhadap lingkungan belajar. Hasil penelitian ini memperlihatkan kurang dari 50% subjek penelitian yang kerap dan sering melakukan bullying. Bentuk perilaku bullying verbal yang paling kerap dilakukan. Perilaku bullying pada anak dipegaruhi oleh fakor keluarga, teman sebaya, dan Pendidikan.

Kata Kunci: Dampak, Bullying, Perkembangan Anak, Remaja.

PENDAHULUAN

Ada beberapa permasalahan di sejumlah bidang yang baru saja muncul di Indonesia. Termasuk salah satu yang menjadi masalah yang harus mulai dipikirkan pemerintah Indonesia adalah mengenai banyaknya peristiwa kekerasan. Hampir setiap hari, media selalu memberitakan tentang peristiwa kekerasan, bahkan yang melibatkan anak-anak. Masyarakat saat ini melihat peningkatan kekerasan, yang terbukti dari jumlah, variasi, dan kualitas kekerasan. Kekerasan memiliki pelaku dan korban yang berbeda baik ditinjau jenis kelamin, tingkatan usia, dan latar belakang.

 Ada banyak jenis kekerasan, salah satunya adalah bullying. Bullying adalah tindakan yang menyakiti orang atau kelompok orang baik dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, atau psikologi sering kali sulit dihindari dalam lingkungan sosial. Tindakan ini dapat dengan mudah dikenali, diantaranya adalah intimidasi, penghinaan, pengucilan, diskriminasi, ejakan, kekerasan fisik, dan mental yang dilakukan terhadap orang lain. Hal ini dilakukan untuk mencari perhatian banyak kalangan, mengingat bahwa bullying dapat berdampak buruk terhadap perkembangan psikologi anak.

  Bullying adalah suatu bentuk tindakan yang mengganggu orang lain secara fisik, emosi, dan verbal. Mulai dengan tindakan memukul, mengancam, mendorong, mengejek, dan memalak uang demi kepentingan pribadi. Bullying tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tetapi juga dapat mengirim email, chatting, internet yang berisi pesan-pesan yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Bullying adalah bentuk agresi dalam diri satu atau lebih anak secara berulang yang dengan sengaja mengintimidasi, melecehkan, atau mencelakai secara fisik korban yang dianggap membela diri sendiri. Ciri lain dari bullying adalah pengulangan dari waktu ke waktu dan ada yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Dimana korban mengagap diri mereka tidak mampu dan lebih lemah untuk membalas pengganggu mereka (pelaku).

  Menurut data dari komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI), ada 253 kasus bullying antara 2011 hingga 2016 dengan 122 anak yang menjadi korban dan 131 anak menjadi pelaku. Selain itu, informasi ini sangat sebanding dengan informasi yang dikumpulkan oleh kementrian pelayanan sosial. Menteri pelayanan sosial telah menerima 976 kasus pada juni 2017, 117 di antaranya adalah bullying. Menurut statistic dari UNICEF, sekitar 41 sampai 50 persen remaja di Indoneisa yang berusia antara 13 dan 15 tahun dilaporkan mengalami cryberbullying pada tahun 2016. (https://kumparan.com/kumparanstyle/kasus-bullying-meningkat-pelaku-didominasi-oleh-remaja)

Bullying tampaknya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini. Banyaknya aksi kekerasan dalam bentuk bullying yang dilakukan siswa di sekolah semakin banyak mempertontonkan deretan berita di halaman media cetak ataupun elektronik. Bullying terus merayap di sekolah dasar. Melekatnya perilaku bullying sehingga sulit disingkirkan. Sebenarnya karena suasana ketidaktahuan (atau penolakan), orang-orang  gagal melihat bahwa bullying tepat di depan mereka dan memiliki konsekuensi yang buruk.

Bullying terjadi di mana-mana, di lingkungan di mana terjadi interaksi sosial antarmanusia, seperti bullying di tempat kerja, bullying di sekolah, bullying di lingkungan politik, bullying di lingkungan militer, bullying di Internet, dan bullying dalam perpeloncoan. Fakta memperlihatkan, bullying berdampak secara psikis, sosial, dan fisik terhadap korban. Bullying berdampak negatif terhadap pencapaian akademis selain memiliki konsekuensi fisik seperti sakit kepala dan hilangnya selera makan. Dampak yang mengarah ke akademik meliputi Mengganggu kemajuan akademik atau sering bolos kelas. Bullying memiliki dampak psikologi pada IQ. Bullying anak secara emosi membuat anak muda lebih mudah merasa khawatir, depresi, dan penarikan diri dari kelompok-kelompok sosial, yang dapat dilihat ketika kemampuan sosial seperti itu merosot kesanggupan atau motivasi seorang siswa yang ia gunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, antara lain lingkungan, keluarga, pendidikan, pertemanan, dan lain-lain. Perkembangan anak akan baik apabila faktor-faktor tersebut dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan anak. Namun, jika faktor-faktor tidak dapat menciptakan pengaruh yang menguntungkan, maka akan berakibat pada kegagalan anak dalam mengembangkan diri.

Salah satu permasalahan utama yang harus diatasi adalah bullying karena hal itu bisa berdampak negative atas IQ, Kesehatan mental, dan perkembangan anak. Sekolah sebagai salah satu faktor penentu perkembangan anak semestinya bisa memberikan peran untuk perkembangan siswanya dan semestinya bisa melindungi siswanya dari tindakan kekerasan dalam bentuk apapun. Untuk membantu sekolah mengakhiri budaya bullying ini, guru harus memainkan peran kunci dalam pendidikan dan bimbingan. Karena itu, fokus penelitian ini adalah pada dua isu utama: bullying, perkembangan anak, dan Remaja.

KAJIAN TEORI

Bullying

Bullying adalah istilah bahasa inggris yang sudah umum digunakan. Bullying berasal dari kata bully yang artinya pengancam, orang yang mengancam orang yang lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang umum digunakan masyarakat untuk memvisualkan fenomena bullying di antaranya adalah perpeloncoan, penindasan, pengucilan, pemalakan, atau intimidasi. (Janitra and Prasanti 2017)

Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan dengan sengaja dengan maksud untuk menyakiti seseorang. Ini juga melibatkan penciptaan ketakutan dengan ancaman kekerasan. Termasuk tindakan yang disengaja atau impulsif, asli atau hampir tidak terdeteksi, dilakukan oleh seorang remaja atau sekelompok anak, di depan mata atau tersembunyi di belakang persahabatan. (Nurhayaty and Mulyani 2020)

(Tirmidziani et al. 2018) mengembangkan gagasan bahwa "bullying" melibatkan keinginan untuk menyakiti. Keinginan ini memanifestasikan dirinya melalui penderitaan yang disebabkan oleh seseorang. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang, ini biasanya diulangi dan dilakukan dengan senang.

(Wardiati 2019) mengatakan bullying berdampak buruk bagi perkembangan siswa, baik bagi korban maupun pelaku bullying. Ini adalah beberapa dampak bullying bagi si korban: kesedihan/depresi, rendahnya kepercayaan diri, pemalu, penyendiri, turunnya prestasi akademik, merasa sendirian dalam pergaulan, dan terpikir atau bahkan mencoba bunuh diri.

Perkembangan Anak

            Menurut  (Pardede 2020) dalam Suharto dan Hartono (1957:38)  Perkembangan adalah dimana memiliki struktur yang terstuktur dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh sebab itu jika organisasi atau bentuk struktur diubah, akan mengakibatkan perubahan fungsi.

            Menurut (Carolus Borromeus Mulyatno) dalam Hartinah (2008:24) Penekanan makna perkembangan adalah pada penyempurnaan fungsi-fungsi psikis karena perkembangan merupakan perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah bukan hanya pada organ-organ jasmani. Karena proses perkembangan berlangsung sepanjang hidup seseorang, proses pertumbuhan seringkali berakhir ketika seseorang mencapai kematangan fisik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian dari perkembangan adalah peoses perubahan kualitatif yang berfungsi untuk memperoleh penyempurnaan fungsi-fungsi psikis dalam membuktikan cara peserta didik tersebut bertingkah laku dan bersosialisasi dengan lingkungan.

            Menurut (Makbul and Nurqadriani 2019) dalam Hurlock, konsep-konsep ini merupakan aspek penting dari pertumbuhan dan perkembangan. Pedoman ini adalah apa yang mungkin dihadapi seorang anak muda:

Perubahan adalah bagian dari perkembangan.

  • Tahap awal perkembangan lebih penting daripada tahap selanjutnya.
  • Perkembangan adalah hasil dari proses pematangan dan pembelajaran.
  • Pola perkembangan dapat diprediksi.
  • Ciri-ciri pola perkembangan dapat diprediksi.
  • Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan.
  • Fase pembentukan pola.
  • Harapan sosial ada di setiap tahap perkembangan.
  • Setiap sektor pertumbuhan memiliki potensi bahaya.
  • Kebahagiaan berbeda tergantung pada tahap perkembangan seseorang.

Remaja

Remaja adalah istilah yang diambil dari kata Latin adolescere, yang berarti tumbuh ke arah matang. Kematangan yang dimaksud tidak hanya mencakup perkembangan fisik tetapi juga pengembangan sosial dan psikologis.

 Masa remaja adalah masa transisi yang dicirikan oleh perubahan psikologis, emosi, dan fisik. Masa remaja, yang sering dikenal sebagai masa peralihan, adalah masa ketika sistem reproduksi seseorang berkembang. Masa transisi dari anak ke  disebut masa remaja.

Berdasarkan Berdasarkan perkembangan psikologis dan seksual mereka seraya mereka semakin mendekati kedewasaan, semua remaja melewati tahap berikut:

  • Remaja awal (early adolescene): antara usia 11 dan 13 tahun. Dengan ciri khas: ingin bebas, bergaul lebih baik dengan teman sebaya, mulai berpikir lebih abstrak, dan lebih memperhatikan keadaan tubuhnya.
  •  Pertengahan masa remaja (middle adolescence): antara usia 14 dan 16 tahun.  Ciri khasnya: kebutuhan akan jati diri, cinta akan kencan, berkhayal tentang seks, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
  • Akhir masa remaja (late adolescence): antara usia 17 dan 20 tahun. Ciri khasnya: kapasitas untuk berpikir abstrak, meningkatnya pemilihan teman, mempunyai citra jasmani dirinya, kesanggupan untuk menyatakan perasaan cinta, dan pengungkapan kebebasan diri. (Djama 2017)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian

            Metode penelitian kualitatif bersifat subjektif dari sudut pandang peserta secara deskriptif sampai-sampai hasilnya tidak dapat digeneralisasikan. Oleh karena itu, pendekatan penelitian ini lebih bersifat memberikan gambaran yang tepat dari masalah yang relevan bersama dengan data aktual. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan signifikansi (pemahaman) yang menginformasikan tindakan atau menghasilkan hasil penelitian yang dapat diukur. Para peneliti yang menggunakan metode kualitatif menyelidiki makna, interprestasi, simbol-simbol, proses, dan hubungan serta relasinya dengan fenomena atau kehidupan politik. Penelitian semacam ini mencakup koleksi data deskriptif (data nominal), yang kemudian dianalisis oleh sang peneliti melalui penggunaan teknik penulisan yang saksama, coding, dan sistematis serta teknik analisis tema. Fokus penelitian kualitatif adalah pada kehidupan politik, relasi politik sehari-hari, dan pengalaman orang-orang, untuk mengembangkan ide-ide baru dengan menggunakan metode induktif, yang terus-menerus dapat diuji dengan penelitian lebih lanjut. Atau penelitian itu dapat diterapkan untuk peneliti itu dapat untuk peneliti lain di tempat yang berbeda menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Nasir, M. (1988).

Waktu dan Tempat penelitian

            Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2023 sampai selesai, terhitung dari kapan judul dipilih dan pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan laporan penelitian menjadi hasil dari penelitian. Lokasi penelitian tentang "Dampak Bullying pada Masa Perkembangan Anak di Usia Remaja" ini dilakukan di SMP Negeri 31 Semarang.

Populasi dalam Penelitian

            Dalam penelitian ini kami mengambil sampel 6 orang dari SMP Negeri 31 Semarang. Berdasarkan data yang sudah dikatakan oleh 6 narasumber dirasa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dari penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

            Dalam penelitian kualitatif, beberapa pendekatan pendekatan pengumpulan data digunakan. Wawancara dan observasi adalah metoden yang digunakan.

  • Observasi
  • Menurut Sutrisno Hadi (1986), observasi adalah aktivitas yang rumit yang terdiri dari sejumlah proses biologi dan psikologis. Kemampuan untuk mengamati dan mengingat adalah dua dari yang paling signifikan. Teknik  pengumpulkan data untuk suatu penelitian digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, atau  kejadian alam, dan jika ukuran responden yang sedang diamati tidak terlalu besar.
  • Wawancara
  • Percakapan yang memiliki tujuan spesifik disebut wawancara. Percakapan itu diadakan oleh dua pihak., pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang menanggapi . Melalui wawancara yang mendalam mungkin untuk belajar lebih banyak mengenai apa yang terjadi dalam kepala dan hati orang, perspektif mereka mengenai berbagai masalah, arti dari perkataan mereka, dan informasi lain yang tidak dapat dipelajari melalui observasi sederhana.

Teknik Analisis Data

Penyajian data adalah metode untuk menganalisis penelitian, ketika aktivitas kumpulan data disusun, sehingga ada kesempatan untuk menarik kesimpulan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mayoritas responden yang menyatakan bahwa bullying adalah tindakan menghina, melecehkan, dan memukul dengan maksud untuk menyakiti orang lain. Tampaknya untuk mendukung pernyataan Rigby di Lestari (2016: 149) bahwa bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti orang lain.

Keyakinan mereka yang melihat bullying tidak memiliki efek negative, bullying telah dilakukan secara tidak sengaja oleh pelaku, yang tampaknya telah menerimanya sebagai praktik standar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harold J. Heriyanto (2014) bahwa persepsi adalah bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Apa yang seseorang mangeartikan atau memansang tentang sesuatu. (Hardi, Kharis, and Aini 2019)

            Perkembangan mempunyai arti perubahan secara kualitatif pada ranah rohani dan ranah jasmani manusia yang saling konstan menuju ke arah yang sempurna atau  ke arah yang lebih baik. Peningkatan kapasitas organ jasmaniah adalah apa yang dimaksud dengan "perubahan fisik" dalam perkembangan manusia, bukan "pertumbuhan jasmaniah" itu sendiri.

 Kemudian dari sini jelas bahwa perkembangan dan pertumbuhan adalah dua proses yang berbeda, meskipun terhubung. Perubahan dalam cara kerja organ-organ fisik, fungsi psikologis atau kepribadian, menyesuaikan diri dengan lingkungan, perkembangan bahasa, pemikiran perkembangan, dan pengembangan sosial adalah  contoh karakteristik perkembangan. (Simon et al. 2020: 17)

            Masa remaja sangat penting untuk menjadi dewasa. Proses memutuskan dan membangun diri. Masa-masa sering kali ternoda oleh pandangan yang semakin meremehkan kehidupan sehari-hari, keluarga, hasrat terhadap hal-hal tertentu, atau keberhasilan intelektual. Hasilnya, untuk menciptakan dan membangun sikap positif dalam fase pencarian diri. Instruktur sekolah yang baik, serta pentingnya dukungan pola asuh pengasuhan yang baik dari orang tua di lingkungan keluarga, mengingat prepresif bullying banyak terjadi di lingkungan sekolah..

Sikap positif remaja memiliki kuasa untuk menghentikan siklus tingkah laku yang buruk, membuat mereka lebih cerdas dan sukses dalam tingkat psikologis dan emosi. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa orang tua dan guru dapat menjadi teman dan pelindung yang dapat memberikan solusi dari hal-hal yang mereka hadapi di masa remaja.

            Remaja, yang seharusnya menjadi generasi berikutnya untuk menawarkan harapan bagi negara, pada kenyataannya. Bahkan mengambil jalan yang menyakitkan dari tindakan. Yasinta Indrianti, M. Psi, seorang psikolog, mendefinisikan masa remaja. Sudah waktunya untuk mencari jati diri.

            "Mereka akan mengembangkan perasaan kompetitif di sepanjang era pencarian jati diri ini, dan mereka ingin eksis di depan teman-teman mereka. Mereka ingin eksis di sana, namun kurangnya pengendalian diri mereka menyebabkan masalah bagi semua orang yang mencari solusi dalam permasalah yang sedang dihadapi"

            Sebagian besar remaja ini membutuhkan sebuah pengakuan. Mereka ingin diterima dan diakui di dalam kelompok atau masyarakat. Sayangnya, para remaja yang sulit mengendalikan emosi tidak sanggup mengikuti pendekatan ini.

            Menurut Yasinta, nge-ngang adalah ciri khas anak remaja.  Kita sebagai orang tua tidak bisa untuk tidak mengakuinya. Tingkah laku seorang remaja akan bervariasi selama periode perubahan emosi dan sosial ini bagi mereka. Karena itu, mereka ingin menjadi yang terdepan dan tidak ingin disaingi.

Mengingat bahwa semua remaja harus melalui tahap transisi itu, menurut Yasinta, sifat alamiah ini sulit  untuk diubah. Orang tua memiliki peranan penting dalam menerapkan pola asuh yang tepat, yang membantu mengembangkan dan menumbuhkan sikap baik seorang remaja. Kami percaya bahwa, melalui pola asuh yang baik, bullying di kalangan anak muda akan segera berakhir.

Jika si pelaku tidak memiliki motivasi untuk membully, bullying tidak akan terjadi. Tanpa dorongan atau motif yang mendorongnya untuk melakukannya, keinginan ini tidak akan ada. Seseorang mungkin menemukan motivasi ini dalam dirinya atau di luar dirinya. Hal ini selaras dengan pernyataan Santrock di Danar (2012:15) bahwa motivasi dari dalam diri datang dari keinginan seseorang untuk menjadi kompeten dan berkontribusi demi usaha itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pelaku bullying usaha mereka membully karena mereka mencari perhatian, mereka ingin diakui sebagai superrior dan mereka ingin  membalas dendam.

Kemudian, dorongan dari luar seperti nasihat atau pujian dari orang lain dapat digunakan untuk memperoleh inspirasi dari luar. Hal ini konsisten dengan pandangan yang dianut Thomas di Danar (2012: 15), yang menyatakan bahwa motivasi dari luar diri adalah motivasi pendorong atau penggerak dari luar yang diberikan dari ketidakmampuan individu sendiri. Dukungan dari luar terhadap bullying korban akan memberikan semangat bagi para korban untuk merasa yakin akan kesanggupan mereka untuk membela diri dan mencegah bullying di kemudian hari.

Menurut hasil wawancara dari responden, beberapa orang menyebutkan bahwa tindakan bullying dilakukan karena mereka menyaksikan temannya membully dan kemudian melakukan hal yang sama. Mereka sering membentuk kelompok-kelompok di antara teman-teman mereka, yang secara langsung atau tidak langsung mendorong teman-temannya untuk terlibat dalam membully. Para remaja yang mengalami problem emosi sering kali tidak stabil dan lebih suka menuruti permintaan teman-teman mereka. Mau atau tidak, mereka diwajibkan untuk patuh karena ikatan persahabatan. Hal ini konsisten dengan temuan-temuan penelitian di Lestari (2010: 156) yang menyebutkan bahwa para  remaja seharusnya menggunakan sebagian waktu luang mereka untuk melakukan interaksi positif di sekolah atau di rumah. Dorongan untuk menekan atau terlibat dalam bullying atau menghasut perilaku teman-temannya dimungkinkan oleh intensitas komunikasi di antara teman-teman sebaya. Bullying adalah sesuatu yang dilakukan beberapa anak bahkan sewaktu mereka merasa tidak nyaman melakukannya untuk membuktikan kepada teman-teman mereka bahwa mereka termasuk dalam kelompok itu. Menurut Bee in Gunarsa (2006), beberapa remaja menderita apa yang disebut sebagai conduct disorder, yang dicirikan oleh pola perilaku agresi, argumentatif, menindas secara fisik orang yang lebih lemah (bullying), tidak taat, tidak sabar, dan perilaku yang sangat mengancam. (Yudha et al. 2022)

Aspek kebudayaan juga dapat memotivasi seseorang untuk berperilaku bullying. Tentu saja, kita membahas kebiasaan ketika berbicara tentang kebudayaan. Anak-anak yang membully (mengolok-olok) orang lain memiliki kebiasaan buruk karena mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan adalah biasa saja, dan sang korban selalu menanggapi dengan cara yang sama. Korban juga menerima sering perkataan yang dibuat oleh para pelaku.

            Selain itu, bullying memiliki dampak terhadap perilaku bullying ialah sebagian besar subjek yang diwawancarai menyebutkan bahwa mereka merasa bersalah dan menyesal setelah membully teman-teman mereka. Hal ini didapatkan karena sikap si korban bullying yang lebih suka menekan perasaan mereka dan menahan diri agar tidak tersinggung. Si korban juga tidak berupaya lari dari si pelaku, dan ada beberapa yang berbuat baik kepada para pelaku.  Hal ini selaras dengan pandangan yang diajukan oleh Notoatmodjo dalam diri petrus dan Lubis (2010: 34), yang menyatakan bahwa sikap adalah reaksi atau tanggapan seseorang terhadap stimulus atau barang yang masih ditutup. Hasilnya, tindakan yang akan dilakukan manusia bergantung pada persoalan itu dan didasarkan pada pandangan atau kepercayaan pribadi.

Dengan demikian, respon yang membuktikan sikap tidak terlalu mengacuhkan perlakuan yang di terima bagi korban bullying akan berdampak pada perilaku yang nantinya akan dilaksanakan bagi pelaku bullying.

SIMPULAN

            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bullying berpengaruh terhadap perilaku siswa yang dibully, bahwa beberapa korban menjadi takut dan menarik diri dari pergaulan sosial, dan kebanyakan memilih untuk tetap diam karena bullying yang mereka alami dianggap lumrah dan tidak dianggap terlalu serius, sementara yang lain menggunakan bullying sebagai faktor motivasi untuk mejadikan lebih baik lagi kedepannya, dan untuk menunjukkan kepada pelaku bullying bahwa mereka tidak seharusnya dibully. Beberapa korban menentang dengan membully balik teman yang sudah membullynya.

            Dengan memberikan nasihat dan inspirasi kepada para pelaku dan korbannya, siswa memerangi dampak negatif bullying yang terjadi di sekolah. Korbannya termotivasi untuk menolak bullying yang diarahkan kepadanya oleh saran-saran yang diberikan kepada para bullying agar mereka berhenti melakukan perilaku membully. Selain itu, dengan memanggil para orang tua siswa dan siswi yang berkepentingan diminta untuk menandatangani surat perjanjian untuk tidak mengulangi dan penyediaan surat skors yang dikeluarkan dari sekolah adalah cara-cara memerangi dampak bullying di lingkungan sekolah. Meskipun demikian, seluruh subjek peneliti pada umumnya pernah terlibat dalam perilaku bullying. Perilaku bullying yang paling sering di antara ketiganya adalah caci maki. Keempat karakteristik perilaku bullying sengaja dilakukan dengan atau tanpa tujuan yang sudah ditentukan, ada unsur untuk menyakiti korban, Ketidakseimbangan kekuasaan dan atau kekuatan antara si pelaku dan si korban bullying, dan terjadi berulang kali yang terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Carolus Borromeus Mulyatno. 2022. "Jurnal Pendidikan Dan Konseling ." Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4: 1349--58.

Djama, Nuzliati Tahir. 2017. "Kesehatan Reproduksi Remaja." Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate 10 (1): 30. https://doi.org/10.32763/juke.v10i1.15.

Hardi, Mintasri, Abdul Kharis, and Nur' Aini. 2019. "Dampak Bullying Terhadap Perilaku Remaja (Studi Pada SMKN 5 Mataram)." JIAP (Jurnal Ilmu Administrasi Publik) 7 (1): 44. https://doi.org/10.31764/jiap.v7i1.775.

Janitra, Preciosa Alnashava, and Ditha Prasanti. 2017. "Komunikasi Keluarga Dalam Pencegahan Perilaku Bullying Bagi Anak." Jurnal Ilmu Sosial Mamangan 6 (1): 23--33. https://doi.org/10.22202/mamangan.v6i1.1878.

Makbul, M., and Nurqadriani. 2019. "Prinsip-Prinsip Umum Perkembangan & Fungsi Kematangan Dalam Perkembangan," 1--18. https://osf.io/eg7j6/download/?format=pdf.

Nurhayaty, Ety, and Ade Sri Mulyani. 2020. "Pengenalan Bulliying Dan Dampaknya Pada Pelaku Dan Korban." Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 3 (2): 173--79. https://doi.org/10.31294/jabdimas.v3i2.8013.

Pardede, Jek Amidos. 2020. "Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Sekolah." https://doi.org/10.31219/osf.io/p6vae.

Simon, Maya Irene, Nugraheni Warih Utami, Ella Flurentin, Ella Faridati Zen, Diniy Hidayatur Rahman, Riskiyana Prihatiningsih, Indriyana Rachmawati, Rizka Apriani, Devy Probowati, and Widya Multisari. 2020. Perkembangan Peserta Didik Perkembangan Peserta Didik Perkembangan Peserta Didik.

Tirmidziani, Astri, Nur Salma Farida, Resti Fauzi Lestari, Rima Trianita, Sopi Khoerunnisa, and Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny. 2018. "Upaya Menghindari Bullying Pada Anak Usia Dini Melalui Parenting." Early Childhood: Jurnal Pendidikan 2 (1): 59--65. https://doi.org/10.35568/earlychildhood.v2i1.239.

Wardiati, Eli. 2019. Pengaruh Bullying Terhadap Moralitas Siswa Pada SMP Negeri 1 Darul Hikmah Kabupaten Aceh Jaya. Journal of Chemical Information and Modeling. Vol. 53.

Yudha, Romadhona Kusuma, Elfahmi Lubis, Rusnita Hainun, and Syarkati Syarkati. 2022. "Sosialisasi Tentang Dampak Bullying Pada Remaja." Batara Wisnu: Indonesian Journal of Community Services 2 (2): 251--56. https://doi.org/10.53363/bw.v2i2.94.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun