Mohon tunggu...
Muhammad Adittya
Muhammad Adittya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Antara Humor dan Hinaan: Refleksi Sosial dari Kontroversi Gus Miftah

18 Desember 2024   10:40 Diperbarui: 18 Desember 2024   10:36 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus terbaru yang melibatkan Gus Miftah, seorang pendakwah terkenal di Indonesia, kembali memantik diskusi hangat di media sosial. Dalam sebuah pengajian di Magelang, video yang menunjukkan Gus Miftah mengolok-olok seorang pedagang es teh viral dan menuai berbagai tanggapan, baik dari masyarakat umum maupun tokoh publik. Kasus ini menyentuh aspek penting tentang batas antara humor dan penghinaan, terutama dalam konteks publik.

Humor dalam Ruang Publik

Humor sering kali menjadi bagian integral dari komunikasi, termasuk dalam ceramah agama. Tidak jarang, para pendakwah menggunakan humor untuk mencairkan suasana atau menyampaikan pesan secara lebih ringan dan menarik. Namun, ketika humor menyasar individu tertentu, terutama dengan cara yang dianggap merendahkan, hal ini dapat menimbulkan polemik. Dalam kasus Gus Miftah, candaan yang ditujukan kepada seorang pedagang es teh dianggap melewati batas oleh sebagian masyarakat, sehingga berubah menjadi kritik sosial yang tajam.

Reaksi Publik dan Media Sosial

Viralnya video tersebut memperlihatkan bagaimana masyarakat Indonesia semakin peka terhadap isu-isu yang menyangkut penghinaan atau ketimpangan sosial. Media sosial menjadi arena utama bagi publik untuk menyuarakan pendapat, baik dalam bentuk kritik maupun dukungan. Dalam kasus ini, banyak warganet yang mengecam tindakan Gus Miftah sebagai bentuk penghinaan terhadap orang kecil. Namun, tidak sedikit pula yang membela dengan alasan bahwa niatnya hanya untuk bercanda.

Permintaan Maaf dan Respons Tokoh Terkait

Menanggapi kontroversi yang berkembang, Gus Miftah segera menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Ia bahkan mengunjungi rumah pedagang tersebut untuk meminta maaf secara langsung. Langkah ini diapresiasi banyak pihak, termasuk pedagang es teh yang bersangkutan, Sunhaji, yang menerima permintaan maaf tersebut dengan lapang dada. Namun, bagi sebagian publik, permintaan maaf ini tidak cukup untuk menghapus dampak dari tindakan tersebut.

Refleksi Sosial: Etika dan Empati dalam Komunikasi

Kasus ini mengajarkan pentingnya menjaga etika dalam berkomunikasi, terutama bagi tokoh publik. Sebagai pendakwah yang memiliki pengaruh besar, setiap ucapan Gus Miftah memiliki dampak yang luas, baik positif maupun negatif. Humor, meskipun efektif untuk mendekatkan diri dengan audiens, harus digunakan dengan penuh kehati-hatian agar tidak melukai perasaan orang lain, terutama mereka yang berada dalam posisi sosial yang rentan.

Selain itu, reaksi masyarakat terhadap kasus ini menunjukkan semakin kuatnya kontrol sosial di era digital. Netizen kini berperan sebagai pengawas moral yang aktif, mengingatkan tokoh publik untuk lebih berhati-hati dalam bersikap. Namun, kontrol sosial ini juga perlu diimbangi dengan sikap bijak agar tidak berujung pada budaya cancel culture yang merugikan semua pihak.

Kontroversi Gus Miftah ini adalah pengingat penting bagi kita semua untuk selalu menjaga empati dalam berinteraksi, baik secara langsung maupun di ruang publik. Humor tidak salah, tetapi harus ditempatkan pada konteks yang tepat dan dengan niat yang tulus. Bagi tokoh publik, menjaga keseimbangan antara keterbukaan dan kehati-hatian menjadi kunci untuk tetap diterima di tengah masyarakat yang semakin kritis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun