Mataram 3 Juli 2024-Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan dua elemen penting dalam pendidikan di Indonesia saat ini. IKM memberikan ruang bagi sekolah untuk merdeka dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan konteks masing-masing, sedangkan P5 berfokus pada pengembangan karakter dan kompetensi siswa yang sejalan dengan profil pelajar Pancasila.
Dalam P5, akan ada puncak dari rangkaian tahapan (pengenalan, kontekstualisasi, aksi, refleksi, dan tindak lanjut) dalam setiap projek yaitu Gelar Karya P5. Gelar Karya P5 merupakan sebuah pameran hasil karya projek yang dilakukan oleh siswa-siswi di akhir semester. Gelar Karya P5 tidak hanya bertujuan untuk menunjukkan hasil karya siswa, tetapi juga untuk meningkatkan potensi dan semangat kolaborasi antarsiswa, guru, dan orang tua.
Gelar Karya P5 memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bakat dan kemampuan siswa dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bentuk produk, tetapi dapat berupa unjuk potensi sesuai bakat dan minat siswa masing-masing. Selain itu, Gelar Karya P5 memberikan ruang bagi siswa untuk menunjukkan kreativitas dan inovasinya dalam menyelesaikan projek. Siswa juga belajar untuk bertanggung jawab atas projek dan bekerja secara mandiri untuk menyelesaikannya.
SD Negeri 6 Ampenan, bekerjasama dengan tim Kampus Mengajar 7, menyelenggarakan acara gelar Karya P5 pada tanggal 15 Juni 2024 dengan tujuan utama untuk menggali dan mengapresiasi kearifan lokal Sasak, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya di Lombok. Seluruh siswa telah dibimbing oleh para guru dan juga pendamping dari Kampus Mengajar 7 untuk meneliti, merancang, dan menciptakan karya-karya yang menggambarkan kearifan lokal mereka.
Tema kearifan lokal Sasak dipilih dengan sungguh-sungguh, karena ingin mengajarkan siswa bahwa keberagaman budaya adalah kekayaan yang perlu dilestarikan dan dijunjung tinggi. Dengan berbekal pengetahuan dari berbagai sumber, mulai dari narasumber lokal hingga literatur sejarah, siswa-siswa dengan antusias memulai perjalanan kreatif mereka.
Adapun Acara Gelar Karya P5 yang ditampilkan oleh para siswa adalah:
1. Tari Tradisional Inaq tegining amaq teganang
Tarian ini dipersembahkan oleh siswi kelas 4 untuk mengapresiasi dongeng sasak yang dijadikan sebuah lagu yaitu lagu inaq tegining amaq teganang yang menceritakan tentang sepasang suami istri yang hidup sederhana tetapi mengalami masalah hidup dan tegar dalam menghadapinya.
2. Tari Tradisional Beriuk Tinjal
Tarian ini dipersembahkan oleh siswa kelas 5. Tarian ini merupakan tarian dalam bentuk rasa syukur Masyarakat sasak atas hasil panen yang melimpah yaitu padi. Tari ini berisi bagaimana tatanan cara Masyarakat sasak dalam bertani padi.
3. Peresean
Peresean merupakan permaian tradisonal khas suku Sasak, Pulau Lombok dalam mengadu ketangkasan sekaligus olah kanuragan yang mengandalkan kemampuan teknis memukul menggunakan alat penjalin (rotan) dan menangkis menggunakan ende (tameng).
Pemain Peresean dikenal dengan nama pepadu sedangkan wasit atau yang mengadu dalam arena pertarungan disebut dengan pekembar. Konon, Peresean dahulunya digunakan sebagai tarung adat atau media penguji untuk seorang laki-laki sasak yang beranjak dewasa.
4. Jajanan Tradisional Sasak
Para siswa membuat jajanan tradisional sasak dan memamerkannya sebelum di santap bersama.
5. Dulang Penamat
Acara dulang penamat biasanya diadakan sebagai penanda berakhirnya acara adat dalam suku sasak. Isinya berupa jajanan tradisional sasak yang disusun menggunung di atas nampan.
Gelar Karya Proyek P5 bukan hanya sekadar acara pameran karya seni, tetapi juga proses pendidikan yang mendalam. Setiap siswa belajar tentang riset, perencanaan, kerjasama tim, serta pentingnya memahami dan menghargai budaya setempat. Mereka tidak hanya mengasah keterampilan artistik, tetapi juga keterampilan hidup seperti keberanian berbicara di depan umum dan kerja sama tim.
Kehadiran Kampus Mengajar 7 sebagai pendamping dan fasilitator juga memberikan nilai tambah yang besar. Mereka tidak hanya membimbing siswa dalam mengeksplorasi kearifan lokal, tetapi juga mengajarkan pentingnya memiliki kesadaran sosial dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
“Kami sangat senang dan antusias dalam membantu pelaksanaan acara gelar karya P5 SD Negeri 6 Ampenan ini karena seluruh siswa di setiap kelas kami latih untuk menampilkan pertujukan budaya sasak.” Ujar ketua tim Kampus Mengajar 7 SD Negeri 6 Ampenan LL. Gede Damar Wulan.
Dengan demikian, Gelar Karya Proyek P5 SD Negeri 6 Ampenan dan Kampus Mengajar 7 bukan hanya menghasilkan karya-karya yang memukau, tetapi juga menciptakan pengalaman berharga bagi setiap siswa dan komunitas sekolah. Mereka belajar bahwa kearifan lokal bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga merupakan pondasi yang kuat untuk membangun masa depan yang lebih baik dan lebih beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H