Mohon tunggu...
Muhammad abdul Rolobessy
Muhammad abdul Rolobessy Mohon Tunggu... Jurnalis - Editor

Bahasa mati rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antara Kasur, dan Tirai Jendela

1 November 2024   22:34 Diperbarui: 1 November 2024   22:36 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam saat tirai itu ku buka.
Mataku melotot berdosa.
Doa-doa ku hampa begitu saja.
Di hadapan pelipis mata ada mereka yang tertawa bebas sahaja.

Cintaku tak lagi guna..
Cintaku tak lagi membabi buta.
Cintaku telah mati di  ujung belati, tajam kota jakarta.
Biarkan, ku kubur segumpal kata cinta yang membara.

Keheningan kini berjalan mengelilingi telinga,
Ku di arungi jalan-jalan tak berbatuan, pohon-pohon tanpa dentingan, mereka terlihat licin yang membuatku terjatuh dalam rayuan dan tipuan syaitan.

Apakah mereka adalah iblis yang bermata percis? Mungkin saja tuan! mereka adalah sukma-sukma yang menusuk mu di belantara surga dosa.

Kau beri mereka rasa suci yang membarah.
Kau  telah beri cinta yang begitu berdarah merah.
Namun cinta itu semua hanyalah imajinasi dunia atas tipuan wanita.

Ranjang yang dosa adalah kelahiran mereka dari surga hingga dunia. Jangan sekali kau risau tentang cinta para lelaki birahi. Yakin saja, Pasti kau akan bertemu segumpalan senja di ufuk cinta, kasur, dan tirai jendela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun