Malam saat tirai itu ku buka.
Mataku melotot berdosa.
Doa-doa ku hampa begitu saja.
Di hadapan pelipis mata ada mereka yang tertawa bebas sahaja.
Cintaku tak lagi guna..
Cintaku tak lagi membabi buta.
Cintaku telah mati di  ujung belati, tajam kota jakarta.
Biarkan, ku kubur segumpal kata cinta yang membara.
Keheningan kini berjalan mengelilingi telinga,
Ku di arungi jalan-jalan tak berbatuan, pohon-pohon tanpa dentingan, mereka terlihat licin yang membuatku terjatuh dalam rayuan dan tipuan syaitan.
Apakah mereka adalah iblis yang bermata percis? Mungkin saja tuan! mereka adalah sukma-sukma yang menusuk mu di belantara surga dosa.
Kau beri mereka rasa suci yang membarah.
Kau  telah beri cinta yang begitu berdarah merah.
Namun cinta itu semua hanyalah imajinasi dunia atas tipuan wanita.
Ranjang yang dosa adalah kelahiran mereka dari surga hingga dunia. Jangan sekali kau risau tentang cinta para lelaki birahi. Yakin saja, Pasti kau akan bertemu segumpalan senja di ufuk cinta, kasur, dan tirai jendela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H