Teringat beta saat ada pinta dari seseorang perempuan yang paling beta sayang. Dan kini kembali kata itu sendiri beta ucapkan kepada diri. Entah tuhan bermain dengan liar pada takdir. Bapak sudah seng ada lai, jang inda pergi kasi tinggal beta lai. Beta kembali memangku semangat yang patah bagaikan gelombang yang tak menyatu pada ombak.
Tak ada nais bambu, kue bolu, dan nasi kelapa, pisang goreng yang tersedia di atas meja sebagai jamuan minum teh. Pinta indah yang paling tegas dalam bahasa Tial. Dade pamariki e ia, inda. Sekarang semua itu tak adalagi. Semua hanyalah rindu-rindu dan kenangan melintas seperti bayangan, fatamorgana di atas lautan. Indah mari harumkan nasi bambu dalam rumah ini lagi, kepadamu caca inda beta sayang caca. Caca tenang deng bapa di alam sana amin.
Sumber penulis: M. Abdul rolobessy