Mohon tunggu...
Muhammad abdul Rolobessy
Muhammad abdul Rolobessy Mohon Tunggu... Jurnalis - Editor

Bahasa mati rasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Sekeras Bambu

28 Mei 2024   12:53 Diperbarui: 29 Mei 2024   01:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat beta saat ada pinta dari seseorang perempuan yang paling beta sayang. Dan kini kembali kata itu sendiri beta ucapkan kepada diri. Entah tuhan bermain dengan liar pada takdir. Bapak sudah seng ada lai, jang inda pergi kasi tinggal beta lai. Beta kembali memangku semangat yang patah bagaikan gelombang yang tak menyatu pada ombak.

Tak ada nais bambu, kue bolu, dan nasi kelapa, pisang goreng yang tersedia di atas meja sebagai jamuan minum teh. Pinta indah yang paling tegas dalam bahasa Tial. Dade pamariki e ia, inda. Sekarang semua itu tak adalagi. Semua hanyalah rindu-rindu dan kenangan melintas seperti bayangan, fatamorgana di atas lautan. Indah mari harumkan nasi bambu dalam rumah ini lagi, kepadamu caca inda beta sayang caca. Caca tenang deng bapa di alam sana amin.

Sumber penulis: M. Abdul rolobessy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun