Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... profesional -

Saya Mencintai Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Wawancara dengan Bom

14 Januari 2016   14:06 Diperbarui: 14 Januari 2016   14:52 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bom meledak. Seketika kota ramai
dengan ledakan penduduk. Pengamat
di televisi bicara meledak-ledak. Seluruh
kita haru dan sedih dalam ledakan tangis.

Di saat kota sedang gawat, saya nyelinap
menemui bom yang tak sempat meledak.

Saya:
Berapa jumlah temanmu yang meledak?

Bom:
13 buah. Mereka yang bersalah, bukan
saya. Ketika meledak, seketika itu pula
mereka mati bersama orang-orang yang
mati. Saya masih hidup karena saya tak
meledak.

Saya:
Apa motif ledakan teman-temanmu?

Bom:
Kami hanya benda yang tak punya
motif apa-apa. Setiap motif dikendalikan
oleh jiwa, sedangkan kami tak punya
jiwa. Kami hanya benda yang dirancang
oleh manusia untuk memusnahkan.
Seandainya kami diberi jiwa, tentulah
kami tak meledak sembarangan.

Saya:
Siapa orang-orang yang merancangmu?

Bom:
Beberapa alumni sekolah tinggi. Ada juga
yang lulusan sekolah menengah. Saya dengar
mereka pun dirancang oleh orang lain. Orang
lain itu pun dirancang oleh orang yang lainnya.
Begitu seterusnya.

Saya:
Apakah kalian dirancang dalam sebuah pabrik?

Bom:
Kami ini illegal, meledak pun secara illegal.
Tentulah kami pun dirancang secara illegal.
Kami ini produk rumahan. Jika produk
pabrik, pasti ledakan kami ada izinnya.
Karena pabrik bom pasti didirikan sesuai
dengan aturan Negara. Anggapan sebagian
besar orang, pastilah kami ini diproduksi
dengan kebencian. Ledakan kami pun
pasti dianggap berdasar kebencian. Tapi
tahukah kalian, bahwa yang merancang
kami adalah orang-orang yang rajin berdoa.
Itulah yang membedakan kami dengan bom
yang dirancang di pabrik. Bom produksi
pabrik sebagian besar dirancang untuk
perang dan meraih keuntungan.

Tiba-tiba aparat Negara memergoki saya yang sedang
bercakap dengan bom. Saya ditarik ke ruang interogasi.
Saya seperti bom yang sedang di interogasi. Saya dan
bom di interogasi di ruang berbeda. Bom tidak mau
bicara dengan mereka. Saya dipaksa untuk menjadi
juru bicara bom. Bom meledak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun