Kompor di rumah saya bermasalah. Saya pun menghubungi tukang servis yang direkomendasikan adek saya. Beberapa kali janjian, belum bisa bertemu, karena beliau bisanya pagi, sedangkan saya mulai Senin-Ahad mengabdi di Pondok. Hingga Ahad siang pekan lalu, beliau bisa datang ke rumah saya.
Selesai nyervis, kami pun ngobrol. Beliau adalah teman SD Bu Lek saya. Beliau tanya saya ini dan itu. Kapan rumah ini dipakai? Berapa anaknya? Dll.
Beliau pun bercerita dan sharing, tentang keluarganya. Saya antusias, dan tercengang dengan cerita beliau. Gayanya bersahaja, tapi ternyata bisa dibilang 'sukses'
dalam mendidik anak.
"Saya dan istri selalu mendoktrin anak saya untuk selalu bersedekah. Nggak papa sedikit. Utamanya kepada orangtua, terlebih pada Ibu. Nggak akan habis hartamu, kalau kamu habiskan untuk keluarga, " katanya mengawali pembicaraan kalau pengin sukses dan dimudahkan hidup.
"Alhamdulillah semua itu dilakukan oleh anak saya. Anak saya sekarang jadi dosen di Poltek Jember. Semua itu karena baktinya kepada orangtua. Suatu ketika dia pengin NMAX, lalu dia mengeluarkan semua uang yang ada di ATM untuk diberikan ibunya. Waktu itu dua juta. Dia bilang gini, 'Bu ini untuk Ibu, saya minta doanya ya Bu. Saya pengin NMAX. Semoga segera ada rezeki ya Bu. Saya maunya cash saja, nggak mau ngutang, nggak mau riba.' Istri saya ya mendoakan dia. Nggak nyampe seminggu, ternyata pekerjaan dia dengan mertuanya sukses untung besar. Lha, dia malah dibelikan NMAX oleh mertuanya. 'Nih, katanya pengin NMAX,' kata mertuanya."
Aneh memang.
Banyak orang yang nggak percaya.
"Sulit mau yakin nih biasanya, karena memang nggak masuk akal kan," katanya.
"Setiap ada teman anak saya yang main ke rumah, setiap ada anak-anak muda yang main ke rumah, selalu saya bilang gini. 'Kalau pengin hidup bahagia, jangan lupakan orangtuamu, ibumu. Apa kerjamu? Nah, setiap gajian kalau ada uang. Langsung sisihkan untuk orangtuamu. Jangan ngeluh uangmu nggak ada, nggak cukup. Makanya, sejak awal sisihkan. Kalau kamu nunggu ada sisa, ya nggak ada. Betul kan? Beri orangtuamu dulu. Walau cuma untuk belikan orangtua nasi bungkus. Insya Allah kamu akan bahagia. Jalankan coba dua bulan ini.'"
Ketika anak muda itu datang lagi ke rumah beliau, lalu beliau tanya gimana?
"Alhamdulillah Pak sudah saya jalankan dua bulan ini. Rezeki saya bertambah aja rasanya. Terima kasih Pak," anak muda itu senang.
"Kedua, jangan berdoa sendiri Mas. Misal nanti sampeyan dan istri pengin hidupnya baik, kalau cuma sampeyan yang shalat-doa ya sama saja. Jadi, harus sama-sama baik, sama-sama shalat. Apalagi istri, doa istri dan ibu itu kuat. Makanya anak saya minta doa ibunya dulu baru saya," terang beliau.
Saya menggukkan kepala terus mendengar cerita beliau.
Kita bisa mengambil hikmah dari siapapun.
Saya jadi teringat cerita seorang teman sekaligus guru saya. Dia dan istrinya sepakat, ketika dia gajian langsung memotong berapa persen untuk melunasi amanah ibunya.
Alhamdulillah, setelah itu dia pun mendapatkan kemajuan pada karir dan hidupnya.
Cerita lain yang langsung teringat adalah kisah istri guru saya. Istri beliau meminta untuk keluarganya kalau bepergian, sekolah dll, jangan beli air. Bawa botol air isi ulang saja, diisi dengan air yang beliau masak saja. Selain menghemat, ternyata beliau selalu mendoakan-menyolawati air yang beliau masak untuk diminum keluarganya tersebut.
Tak heran, keluarganya, anak-anaknya menjadi orang sukses dan shalih semua.
***
Jadi, selalulah para anak untuk memuliakan orangtuanya-ibunya. Selalulah suami memuliakan dan meminta doa pada istrinya.
Selalulah istri menjadi mulia, dengan mendekat pada Rabb-Nya dan memuliakan suaminya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H