Mohon tunggu...
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Rasyid Ridho Mohon Tunggu... Guru - Mengabdi di Pondok Pesantren Al-Ishlah. Suka membaca dan menulis. Suka mengajak orang baca buku dan menulis. Suka jualan buku. Menulis banyak tulisan di media massa cetak ataupun online. Telah menulis belasan buku antologi dan satu buku solo kumpulan puisi "Kita Adalah Cinta."

Lahir di Bondowoso. Tepatnya 3 Januari 1991. Saat ini banyak menulis resensi buku, dan menerima permintaan menulis resensi/ review buku dari penerbit atau penulis. Email: penulispembelajar@gmail.com Blog Buku: ridhodanbukunya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Inspirasi Dari Perjuangan Remaja Menjadi Penulis

18 Maret 2015   16:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:28 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul                            : My Story

Penulis                          : Sucia Ramadhani

Editor                           : Andika dan Dian Hartati

Penerbit                       : Dar Mizan!-Mizan

Tahun Terbit                : Pertama, April 2014

Jumlah Halaman          : 156 halaman

ISBN                           :  978-602-242-514-4

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pustakawan-Pendiri Klub Pecinta  Buku Booklicious.

Novel remaja ini bercerita tentang Keluarga Intan. Dia memiliki Ayah dan Ibu lengkap, dua adik kandung- Sahsa dan Razi dan kakak angkat bernama Izki. Mereka hidup bahagia, saling mencintai satu sama lain. Namun kebahagian mereka direnggut oleh musibah yang tidak diinginkan.

Musibah itu adalah gempa. Ketika itu Intan dan Izki setelah mengaji di Masjid Al-Qariah. Dia dan Izki, membeli es langganan mereka yang bernama “Es Ketagihan”. Sesuai namanya, es ini memang membuat ketagihan. Intan sudah merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia tidak mau makan es di dalam warung es.

Sebelum sampai rumah terjadilah gempa. Gelap malam hari semakin membuat bencana semakin mencekam dan menakutkan. Semua orang berlarian, menghindar dari dahsyatnya gempa yang membuat banyak bangunan hancur berantakan dan rata dengan tanah. Izki dan Intan juga lari tak tentu arah, tetapi mereka berdua jatuh karena terkena robohnya bangunan. Izki terkena tubuhnya, Intan kakinya yang dijatuhi reruntuhan bangunan.

Setelah gempa selesai dan masa evakuasi telah berlangsung.  Kedua orang tua Intang meninggal. Kedua adik Intan selamat dan membuat tenda penginapan. Izki dan Intan dibawa ke rumah sakit yang berbeda. Intan dibawa ke rumah sakit Mahta. Meski sedih karena tidak satu rumah sakit dengan kakaknya, Intan memiliki keberuntungan lain.

Dia bertemu Lizka, Lizkalah yang selalu memotivasi Intan bahwa Intan bisa sembuh dari patah kakinya. Hingga akhirnya kaki Intan sembuh dan bisa berjalan seperti sedia kala. Lizka tangannya patah. Intan juga mencoba memotivasi Lizka, tapi Lizka tahu bahwa tangannya terluka parah dan tidak bisa sembuh. Akhirnya, Lizka tawakkal saja.

Setelah sembuh Intan mencari adik-adiknya, setelah menemukan mereka Intan dan kedua adiknya mencari kakaknya di rumah sakit lain. Setelah bertemu, mereka berziarah ke makam Abi-nya dan Umi-nya. Meski terasa pedih, sakit dan sedih, tapi mereka tetap berusaha tabah. Mereka terus menjalani kehidupan dengan optimis.

Contohnya, Intan terus merawat impiannya menjadi seorang penulis. Setelah diary-nya rusak karena gempa dia mendapat diary baru dari teman kakaknya saat bertemu di kereta api. Melalui diary tersebut dia meneruskan kegiatan belajar menulisnya melalui menulis kisah kehidupannya. Ketika Lizka meminjam dan membaca diary Intan, Lizka tidak mau mengembalikan cepat-cepat diary tersebut.  Dia ingin memberi surprise pada Intan.

Novel remaja ini ditulis oleh seorang yang telah menginjak usia remaja yang dulunya adalah penulis KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya). Beranjak remaja penulis yang akrab dipanggil Sucia ini tetap eksis dalam dunia tulis menulis. Melalui buku remaja yang ditulisnya ini, dia memberi pesan pada pembaca. Pertama, tentang cinta universal yang harus diketahui oleh remaja bukan cinta pada lawan jenis, tetapi kepada keluarga. Seperti saling mencintainya keluarga Intan. Kedua, pesan yang bisa diambil oleh pembaca dari novel ini adalah meski dalam kekurangan impian tetap harus diusahakan. Tidak boleh putus asa, karena insya Allah akan ada jalan yang akan membantu mencapainya. Mengutip status facebook Asma Nadia yang sama dengan pesan novel ini, “Mimpi-mimpi tak terwujud hanya karena diinginkan. Mimpi-mimpi harus diperjuangkan.

Meski kadang ada pemilihan kata yang kurang pas, novel  ini cocok dibaca oleh remaja di mana pun berada. Karena amanah dan pesan di dalamnya yang bagus dan membangun semangat remaja untuk menjadi lebih baik dan semangat meraih cita-cita. Semoga dan  Selamat membaca!

*dimuat di wisata-buku.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun