Mohon tunggu...
Muhammad Nurul Fahmi
Muhammad Nurul Fahmi Mohon Tunggu... -

Ambillah aku, latihlah aku, tegaslah terhadapku, maka aku akan meletakkan dunia di kakimu. Kendorlah terhadapku, maka aku akan menghancurkanmu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Amelia: Kisah Penutup Serial Anal-anak Mamak

21 Desember 2013   00:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:41 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

vi + 392 hal. ; 13.5 x 20.5 cm

ISBN

:

978-602-8997-73-7

Genre

:

Keluarga

Harga

:

Rp. 60.000

Akhirnya setelah hampir satu tahun saya nungguin, buku ini nongol juga. Seperti biasa, gak perlu waktu lama buat mengkhatamkan novel Bang Darwis. Cukup waktu 12 belas jam, novel ini tuntas dibaca.

Buku ini merupakan buku terakhir dari novel serial anak-anak Mamak. Sebelum novel Amelia ini sudah muncul lebih dulu tiga buku lainnya yaitu Burlian, Pukat, dan Eliana. Layaknya buku-buku sebelumnya, judul buku ini juga diambil dari nama tokoh utama dari novel tersebut.

Di dalam novel ini Tere Liye berkisah tentang kehidupan si anak bungsu, Amelia. Di dalam novel ini ada tiga kisah besar yang disuguhkan penulis. Pertama, kisah Amelia yang tak suka menjadi anak bungsu. Baginya menjadi anak bungsu sangatlah menyebalkan. Baginya menjadi anak bungsu berarti menjadi anak yang siap untuk disuruh-suruh dan dimarahi. Ia iri terhadap kakaknya, terutama Eliana yang setiap hari selalu menyuruhnya, membentaknya, bahkan tak segan-segan menjewernya. Selain itu, dia juga membenci tradisi kampungnya yang “menakdirkan” dia untuk menjadi penunggu rumah. Sebuah tradisi dimana seorang anak bungsu tidak boleh meninggalkan kampung halamannya ketika sudah beranjak dewasa nanti. Dia harus bertugas menjaga orang tuanya (Bab 1-7).

Kisah kedua adalah kisah Amelia yang berurusan dengan temannya si biang keributan, Chuck Norris. Chuck Norris adalah seorang anak yang yang sangat nakal di sekolah. Tanpa mengenal hari dia selalu saja membuat masalah dan keributan di sekolah. Entah itu masalah dengan temannya atau masalah dengan Pak Bin, guru sekolah mereka. Semua orang menjauhi dia. Namun Amelia justru mendapatkan misi rahasia dari Pak Bin untuk mengubah perilaku temannya itu. Berhasilkah Amelia? (Bab 8-16) Baca saja bukunya hehehe

Lalu kisah terakhir di buku ini adalah kisah kepahlawanan Amelia dan ketiga temannya,  Maya, Norris, dan Tambusai, dalam mengubah kebiasaan penduduk kampung. Penduduk kampung banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu tanaman yang dibudidayakan adalah kopi. Namun, proses budidaya yang mereka lakukan hanya sebatas ilmu turunan dari nenek moyang mereka. Kopi yang mereka tanam bukan berasal dari bibit terbaik, tapi hanya dari biji kopi yang tanggal dari pohon induknya lalu biji itu diambil dan ditanam di sembarang tempat. Hanya itu modal ilmu berladang kopi yang mereka kuasai. Maka tak heran jika hasil yang mereka dapat tak sebanyak hasil yang diperoleh oleh perusahaan kopi raksasa.

Melihat kondisi seperti itu, Amelia yang masih kecil namun punya pemahaman yang baik berkeinginan mengubah nasib petani kopi di kampungnya. Namun, usahanya tak semudah yang dibayangkan. Ia dan ketiga temannya harus meyakinkan masyarakat kampung untuk mengubah kebiasaan leluhur mereka. Apakah mereka akan berhasil? (Bab 17-33) Lagi-lagi harus baca novelnya sendiri hehehe

Secara umum, dalam segi bahasa novel ini enak untuk dibaca. Bahasanya mudah dicerna, mengalir, dan sederhana. Kekuatan dari novel ini adalah kehebatan penulis menggambarkan tingkah, pemikiran, dan percakapan anak-anak. Selain itu, seperti dalam buku-buku sebelumnya penulis selalu bisa memberikan pemahaman baru, tentunya dengan bahasa yang sederhana, tentang nilai-nilai kehidupan.

Semenjak pertama kali melihat buku ini, ada satu hal yang mengganjal pikiran saya. Cover buku kali ini sangat berbeda dengan cover buku-buku sebelumnya. Pada buku Pukat, cover bergambar seorang anak dengan gambar bus dan kambing di sampingnya. Bus merupakan simbol dari kepintaran Pukat yang selalu bisa membuat teknologi baru di kampungnya (Baca kembali buku Pukat).

1387558803889387051
1387558803889387051

Cover buku Pukat

Itu merupakan simbol teknologi. Selain itu, pada cover buku Pukat juga ada gambar seekor naga yang tengah “mengaum” dalam bentuk asap. Gambar naga merupakan simbol dari superioritas. Mirip dengan karakter Pukat dalam novelnya.

Pada buku Burlian, cover buku bergambar seorang anak yang sedang berdiri di padang rumput yang luas dengan tambahan gambar kapal laut dalam bentuk asap. Kapal laut merupakan simbol dari petualangan. Simbol tersebut cocok dengan karakter Burlian yang memang berjiwa petualang. Penulis menggambarkan bagaiman akhir kisah Burlian di bukunya (Baca kembali buku Burlian).

1387558991427408112
1387558991427408112

Cover buku Burlian

Pada buku Eliana, cover buku bergambar perkampungan yang terlanda musibah banjir. Ini seperti yang digambarkan oleh penulis dalam bukunya dimana perkampungan mereka dilanda banjir akibat ulah usaha pertambangan liar. Beberapa gambar seperti pepohonan, bunga bangkai, dan ikan kembung menjelaskan watak Eliana yang ingin sekali melindungi sumber daya alam di kampungnya (Baca kembali buku Eliana).

13875591182140405257
13875591182140405257

Cover buku Eliana

Dari ketiga buku tersebut cover terlihat diisi dengan simbol-simbol yang mewakili watak tokoh utama dalam masing-masing buku.

Sedangkan pada buku Amelia, justru yang nampak di cover buku hanya gambar seorang gadis cilik yang sedang berusaha memetik buah kopi. Gambar dari cover buku tersebut jelas sangat berbeda dengan ketiga buku sebelumnya. Cover buku terakhir ini terihat sangat lebih sederhana. Bahkan kesan saya ketika pertama kali melihat sampulnya, buku ini seperti buku mata pelajaran bahasa Indonesia di bangku sekolah dasar. Gambar perkampungan dan anak kecil. Sederhana. Saya gak tahu persis kenapa cover buku terakhir ini dibuat seperti itu. Apakah memang untuk menampilkan kesan sederhana, polos. Atau justru ingin membuat buku ini nampak berbeda dari buku lainnya. Saya gak tau. Hanya Tuhan dan pihak bersangkutan yang tau :) . Satu lagi hal yang sedikit mengganggu saya dalam masalah cover. Ukuran nama penulis terlalu besar. Bahkan ukurannya sama dengan ukuran judul. Tak biasanya Tere-Liye menulis namanya besar-besar.

Well, diluar bagus tidaknya cover buku, penulis memang selalu bisa menggambarkan kehidupan anak-anak dengan sangat baik. Kepolosan, keluguan, kenakalan anak-anak mampu digambarkan begitu nyata.

Selain itu, dari ketiga buku sebelumnya novel ini memiliki beberap perbedaan dalam hal plotting. Dalam buku Pukat, Burlian, dan Eliana plot cerita selalu diawali dengan pertengkaran tokoh utama dengan Mamak, pertengkaran dengan teman dekat lalu kehilangan teman dekatnya itu. Di buku terakhir ini tidak ditemukan plot seperti itu. Menurut saya plot-plot seperti itulah yang akan mampu menambah kesan memainkan perasaan para pembaca. Hasilnya, bagi saya novel Amelia hampr terlalu flat. Kurang greget buat mengakhiri serial novel ini. So, dari keempat buku serial anak-anak mamak  saya gak terlalu suka buku terakhir ini. Saya lebih menyukai buku Burlian.

Dalam buku ini banyak nilai-nilai kehidupan “baru” yang disampaikan oleh penulis dengan sangat apik. Salah satuyang saya suka ada pada bagian akhir kisah dalam novel ini. Kita sebagai manusia memang diberi kebebasan untuk mengembara mencari ilmu, rezeki, dan kehidupan yang lebih baik. Tapi kemanapun kita pergi kita tak boleh melupakan tanah kelahiran kita. Ilmu yang kita peroleh dari pengembaraan kita gunakan untuk memajukan kampung halaman kita. Selamat membaca :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun