Mohon tunggu...
Muh. Idris
Muh. Idris Mohon Tunggu... Insinyur - Belajar untuk mencurahkan ide, cerita dan gagasan dan menuliskannya

Hidup di Jakarta, tinggal di rumah mertua

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Sekelumit Cerita Kopaja dan Metro Mini

23 Oktober 2016   13:36 Diperbarui: 23 Oktober 2016   20:11 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metro Mini dan Kopaja. Okezone.com

Bayangkan saja, jika kita harus menunggu sampai sekitar seluruh bangku terisi? Inilah perusak hubungan terbesar anak Jakarta dengan pacarnya. Bisa jadi, Kopaja dan Metro Mini adalah salah satu alasan mengapa jomblo itu ada di Jakarta. Janji jam 1 bisa telat gara-gara nunggu bis ngetem. Dan ini adalah alasan yang paling sering digunakan ketika terlambat meski tak menggunakan bis. "Maaf sayang, bisnya ngetem lama" dan disambut dua kata, "kita putus!". Kelam. Begitulah. Ini Jakarta Bung!

Apa yang berbeda pada Kopaja atau Metro Mini dengan TransJakarta?? Penumpang dapat meminta berhenti di manapun kapanpun kepada sang supir atau kenek. Turun di mana saja bisa. Untuk hal ini bis TransJakarta apalagi kereta gak akan bisa. 

Berhenti semendadak apapun akan dilayani dengan baik oleh sang supir dipandu ketukan koin ke kaca oleh sang kenek. "Depan pir....kaki kiri dulu!" kata sang kenek. Nah, inilah yang menjadi musuh bagi kendaraan pribadi akibat tindakan bus ini.

Semata-mata bukan hanya kesalahan sang supir bus saja tetapi kolaborasi antara penumpang, kenek dan sopir. Dan yang paling harus disalahkan adalah pemerintah yang tak memberikan tempat pemberhentian bus secara layak dan proporsional. Pokoknya salah pemerintah!

Kenek suka mewanti-wanti penumpang tatkala turun. Cara turun dari Kopaja dan Metro Mini agak unik. Harus kaki kiri terlebih dahulu. Gak bisa ditawar. Ini sekelas fatwa. Dilanggar bisa celaka. Kenek yang peduli dan perhatian akan selalu berteriak kepada penumpang yang akan turun, "hati-hati, kaki kiri dulu!" 

Jangan coba-coba turun dengan kaki kanan dulu. Anda bisa koprol di aspal dan menciumnya. Supir Kopaja dan Metro Mini ini memang irit untuk menginjak pedal rem sampai berhenti. Penghematan kampas rem mungkin. Maklum, suku cadang kendaraan ini sudah mulai langka.

Goyang kanan kiri hal yang biasa bagi penumpangnya. Salah satu sensasi transportasi di Jakarta. Seperti naik wahana hiburan. Hiburan penuh ketegangan. Tidak jarang juga penumpang turun karena tidak tahan sikap ugal-ugalan, ada juga yang gampang pusing. Sebagian penumpang menikmati bak wahana dunia fantasi. Beberapa kisah bus tersebut berakhir sebagai wahana air alias tercebur sungai. Tragis.

Dalam memilih tempat duduk harus waspada. Jika bis dalam keadaan lenggang yang hanya diisi oleh 10 orang, hati-hati. Salah satunya adalah copet, 3 lainnya adalah teman-temannya dan 6 sisanya adalah komplotan lainnya.

Fenomena kenek sering tertinggal juga sering terjadi. Pernah saya mengalami kasus seperti itu. Para penumpang bertanya-tanya kepada supir. "Pir, keneknya mana?". Sambil liat kaca spion si supir menjawab, "Loh ketinggalan ya??". Para penumpang berseloroh, "dari tadi Pir....". 

Supir dan kenek adalah pasangan dunia akhirat bagi penumpang. Mereka mencari uang untuk kebutuhan dunia dan selalu mengingatkan para penumpang tentang dekatnya alam akhirat (kematian). Yang jelas transportasi ini membuat para penumpangnya selalu ingat Tuhan. Tak henti-hentinya penumpang berdoa untuk sampai tujuan dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun dan kehilangan suatu apapun.

Tarif yang murah meriah menjadi alasan para pengguna untuk tetap menggunakan transportasi ini. Saya sendiri merasakan perubahan harga dari ongkos Rp. 100 sampai Rp. 4000 dalam kurun waktu hampir 20 tahun. Tarif bus menganut prinsip jauh-dekat harganya sama tapi dasarnya penumpang kita gak mau rugi, kalo deket biasanya cuma bayar setengah harga sambil bilang ke keneknya, "deket, depan bang...". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun