Si Anak terhenti memandang jam
Berpikir sungguh dengan diam,
Sejenak terganggu arti dalam
Dari pukulan jam di hari malam.
Tapi si Anak tak hendak bertanya,
Sibuk kembali bermain-main
Lupa sudah ia kepingin,
Tahu hal jam serta tafsirnya.
Si Bapak terlentang lesu,
Serat suara serta waktu,
Kenangan yang diburu,
Apa yang ia tak tahu.
Diksi yang mengejutkan: Puisi ini menggunakan diksi yang sederhana dan lugas, tidak terlalu mengandalkan diksi yang mengejutkan secara langsung. Namun, perlu dicatat bahwa kata-kata seperti "terhenti", "pukulan", "hendak", "bermain-main", dan "lupa" memberikan sentuhan emosi dan mengarah pada pengalaman yang kontradiktif antara si Anak dan si Bapak.
Urutan kata-kata tertentu: Puisi ini menggunakan urutan kata-kata yang sederhana dan sejajar. Namun, terdapat penggunaan repetisi dengan "Si Anak" dan "Si Bapak" yang memberikan fokus pada karakter-karakter dalam puisi ini. Selain itu, penggunaan urutan kata-kata "Anak terhenti memandang jam" dan "Berpikir sungguh dengan diam" menggambarkan adegan dan tindakan si Anak secara terperinci.
Kombinasi dan pola bunyi (rima dan ritma): Puisi ini tidak menggunakan pola bunyi yang khas seperti rima atau ritma yang jelas. Namun, terdapat repetisi bunyi dengan "jam", "malam", "jam serta tafsirnya" yang memberikan kesan kesatuan dan kohesi bunyi dalam puisi.
Kita mulai dapat menemukan makna apa yang terkandung dalam "Anak dan Waktu". Ada beberapa hal penting yang digambarkan dalam puisi ini: si Anak dan si Bapak, dan hubungan mereka dengan waktu. Penyair melalui puisi ini menyoroti perbedaan persepsi dan sikap tokoh-tokoh (Aku-Lirik dalam puisi ini menggunakan sudut pandang orang ketiga -- si Anak dan si Bapak) terhadap waktu. Si Anak terlihat tidak terlalu memedulikan arti dan pentingnya waktu, lebih tertarik pada permainan dan lupa akan keinginannya sebelumnya. Sementara itu, si Bapak digambarkan sebagai sosok yang terbebani oleh waktu dan memiliki kenangan yang diburu (baca: selaksa pengalaman hidupnya yang mengesankan), yang menunjukkan kecemasan dan refleksinya terhadap masa lalu, sekaligus kekhawatirannya terhadap masa depan anaknya.
Akhirnya, kita mengetahui bahwa penggunaan diksi yang sederhana, repetisi bunyi, dan urutan kata-kata yang terperinci, makna puisi "Anak dan Waktu" secara terang menggambarkan kontras antara sikap anak yang tidak menghiraukan waktu dan sikap bapak yang terbebani olehnya sebagai makna yang paling dominan.
** Puisi "Anak dan Waktu" merupakan salah satu puisi yang termuat dalam buku Kumpulan Puisi Sitor Situmorang, WAJAH TAK BERNAMA, PT. Dunia Pustaka Jaya (Cetakan Kedua, 1982)