Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lukisan Kerinduan Abadi dalam Puisi "Sebait Rindu"

5 Juli 2023   16:31 Diperbarui: 15 Juli 2023   20:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kerinduan yang mendalam dan abadi begitu terasa dan tergambar jelas dalam puisi "Sebait Rindu". Dalam puisi ini, penyair dengan indah melukiskan perasaan kerinduannya yang begitu dalam, serta keinginannya untuk "menyatu" kembali dengan sosok yang ia rindukan. Melalui pemilihan kata-kata yang indah dan gambaran yang kuat, puisi ini mengungkapkan keinginan yang tulus untuk merasakan kehadiran kekasihnya.


Puisi ini dibuka dengan penggambaran tentang keinginan yang ingin menapaki tangga langit dan bertanya pada Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa kerinduan yang dirasakan oleh penyair begitu mendalam. Ia ingin mencari jawaban dan pemenuhan atas kerinduannya, dan ia hendak melakukan pencarian bahkan sampai ke tempat yang paling tinggi dan suci. Puisi ini tidak hanya mengekspresikan kerinduan fisik, tetapi juga kerinduan yang menggugah hati dan jiwa.


Penggunaan perbandingan dan gambaran dalam puisi ini memberikan kesan yang kuat. Hatinya digambarkan selebar langit, menunjukkan betapa besar dan luasnya perasaan yang ia simpan untuk kekasihnya. Namun, seperti waktu yang tak terelakkan, sang kekasih berlalu dan meninggalkan jejak-jejak yang memudar dan terhapus oleh hujan. Ini mencerminkan kehilangan dan kesedihan yang dirasakan oleh penyair saat sosok yang ia rindukan semakin menjauh.


Selanjutnya, penyair menggambarkan dadanya selebar samudera. Ini menunjukkan intensitas dan kekuatan perasaan cintanya yang tak terbendung. Namun, kekasihnya digambarkan sebagai badai yang memicu kekacauan dan kerusakan, mengganggu kedamaian dan menyebabkan puing-puing kerinduannya berserakan di bibir pantai. Dalam gambaran ini, badai melambangkan emosi yang bergejolak dan kekuatan yang memisahkan mereka.

Meskipun penyair menyadari bahwa ia mengalami keterpurukan akibat kehilangan kekasihnya, ia tetap memendam kerinduan yang mendalam. Ia mengungkapkan keinginannya agar kekasihnya kembali, bukan hanya sebagai seorang musafir yang singgah sebentar, tetapi dengan kehadiran yang nyata dan dekat. Ia ingin dapat merasakan kehangatan sentuhan kekasihnya, berbagi waktu yang tersisa, dan mengisi ruang yang kering dan merekah di hatinya.


Melalui penutup puisi ini, penyair mengungkapkan betapa kuatnya kerinduannya. Ia merindukan kehadiran kekasihnya seindah seribu burung yang bernyanyi, yang mampu mengusir kesunyian dalam jiwanya. Ia menyamakan kehadiran kekasihnya dengan pagi yang menyambut hari baru dengan keceriaan. Ini menggambarkan betapa pentingnya kehadiran kekasihnya bagi penyair dan bagaimana kehadirannya dapat membawa kebahagiaan dan keceriaan yang baru.


Dalam keseluruhan puisi, tergambar kerinduan yang mendalam dan abadi yang menghadirkan perasaan kehilangan dan kesepian. Puisi ini juga mengungkapkan kerinduan yang tulus untuk menyatukan kembali dengan sosok yang dicintai. Pemilihan kata-kata yang indah, perbandingan yang kuat, dan gambaran yang hidup menggambarkan kekuatan dan intensitas perasaan dalam puisi ini.

Dalam "Sebait Rindu", penyair tidak hanya menyampaikan sebuah pesan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merasakan kerinduan yang sama. Puisi ini menghadirkan pengalaman emosional yang mendalam, dan melalui imaji dan gambaran yang digunakan, pembaca dapat terhubung dengan kerinduan yang universal dan melihat kekuatan perasaan manusia yang mampu melintasi batas-batas fisik dan waktu.

Dalam kesimpulannya, puisi "Sebait Rindu" merupakan ungkapan yang indah tentang kerinduan yang mendalam dan abadi. Melalui penggunaan bahasa yang puitis, puisi ini berhasil menggambarkan perasaan cinta yang dalam dan keinginan yang kuat untuk bersatu kembali dengan kekasih yang dicintai. 

Puisi ini juga memancarkan pesan bahwa kerinduan sejati tidak mengenal batas waktu atau jarak, dan dapat terus hidup dalam hati dan jiwa seseorang. [MI]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun