Kebiasaan – kebiasaan berpengaruh besar dalam diri seorang individu. Ini menentukan seperti apa gambaran subjek kedirian (karakter pribadi), dan mengarahkan seseorang bertindak dalam rangka merealisasikan apa yang direncanakannya – personal project.
”Manusia adalah anak kandung dari kebiasaannya," tulis Ibnu Khaldun dalam bukunya Mukadimah. Rumusan yang diberikan ilmuwan muslim ini tentunya hendak menerangkan pada kita betapa eratnya kaitan setiap kebiasaan yang dilakukan hingga mampu mengkarakterisasikan diri seseorang..
Ciri watak seseorang ditentukan oleh kebiasaannya. Bahkan di dalam kehidupan sehari-harinya dimana seseorang harus menanggapi situasi dan kondisi nyata, sikap dan tindakan responsif yang telah dipilihnya juga berdasarkan kebiasaan.
”Setiap kebiasaan terbentuk dari perwujudan sesuatu yang dipikirkan, selanjutnya dilakukan secara terus-menerus, berulang-ulang sehingga menjadi prilaku yang otomatis.”
Pukul berapa kita bangun pagi, mandi, dan bersiap untuk melakukan aktifitas, hingga pulang kembali ke rumah semuanya diatur oleh kebiasaan-kebiasaan yang sebelumnya telah kita program menjadi ”rutinitas otomatis”.
Kita tentu bertanya-tanya apabila sebuah kebiasaan adalah hasil dari prilaku yang terprogram, bagaimana ini bisa terjadi secara ilmiah?
Para ahli saraf telah menyelidiki bahwa ada bagian otak yang terlibat secara fungsional dalam hal kontrol gerakan, mulai dari belajar gerakan dan melaksanakan urutan gerakan sehingga menjadi menjadi rutinitas tanpa disadari. Bagian otak ini adalah basal ganglia. Jika kita melakukan sesuatu terus-menerus, alam bawah sadar kita merekam aktifitas ini. Selanjutnya, basal ganglia membuatnya menjadi otomatis dengan mengambil alih sebagai gambaran ingatan motorik yang rutin. Oleh karenanya, berbagai jenis kebiasaan yang kompleks bisa kita lakukan bahkan sama sekali tanpa disadari bahwa itu semua telah dilaksanakan selama bertahun-tahun dalam kehidupan kita.
Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Kebiasaan Baru
Biasanya orang lebih menghargai dirinya ketika ia mampu bangkit dari keterpurukan/kegagalan. Ada sikap reflektif rasional dan kritis yang dilakukan manakala mencari apa saja, lebih tepatnya kebiasaan-kebiasaan pribadinya yang mana saja menjadi penyebab kegagalan tersebut. Dengan amat romantis sekaligus filosofis, hal ini diungkapkan penyair Emily Dickinson dalam bait pertama puisinya Success Is Counted Sweetest.
Success is counted sweetest
By those who ne'er succeed.
To comprehend a nectar
Requires sorest need.
“Kesuksesan itu dianggap hal (yang terasa) paling manis bagi mereka yang tidak pernah berhasil. Untuk memahami (cita rasanya) madu, hal yang paling getir (pun pastilah) dibutuhkan.”