Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stigmatisasi dan Citra Diri

16 Februari 2014   04:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melebih-lebihkan hal negatif yang ada pada diri sendiri karena kesalahan yang lampau sangat tidak perlu, misalnya dengan menciptakan suara dari dalam begini:

”Saya telah membuat kesalahan itu. Akibatnya sekarang saya jadi seperti ini. Saya tak akan pernah bisa memperbaiki diri sendiri. Diri saya adalah masa lalu saya yang hitam.”

Jangan melakukan pembesaran kadar kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya. Manusia sungguh tak pernah bisa lepas dari kekhilafan. Namun, sungguh ketidak-sempurnaan diri yang menyebabkan berbuat salah adalah wajar saja. Tentunya tak perlu didramatisir setiap saat.

Hentikan Pikiran Negatif Sejak Awal

Baik sekali menghentikan berpikir negatif dari sejak semula pikiran itu muncul. Umpamanya hal ini seperti membentak seseorang ketika akan memberikan penghinaan. Katakan pada suara internal yang mengajak untuk berpikir negatif itu dengan gertakan begini:

”Hentikan!” Tak bisakah mengatakan hal yang baik-baik saja?”

Suara dari dalam yang bernada negatif itu sungguh mampu menstimulir berpikir negatif jika tidak dicegah dari awal. Selanjutnya, perbuatan salah di masa lalu akan lebih mudah dihayati dengan kegetiran yang melekat sepanjang hayat dikandung badan.

Jangan Mengintimidasi Diri Sendiri

Ada ungkapan yang mengatakan: ”Orang yang berniat bunuh diri selalu menemukan cara menuju tiang gantungan.”

Kesalahan masa lalu yang belum bisa dilupakan terus membayangi diri seorang individu. Seperti si-A yang tak henti-hentinya mengintimidasi diri, suara dari dalam diri terdengar seperti bentuk sesal berkepanjangan :

”Kalau dulu saya tidak melakukannya, pasti saat ini saya akan ...” atau ”Dulu saya seharusnya tidak begitu. Inilah akibatnya!”

Bentuk kritik destruktif kepada diri sendiri yang menyesal berkepanjangan sungguh menyita energi positif untuk memulai perubahan diri. Meskipun melihat kesalahan masa lalu juga penting untuk bahan introspeksi, tapi melakukan intimidasi pada diri sendiri dalam sebentuk perasaan bersalah yang menekan adalah benar-benar tak wajar. Hindari sikap menyesal yang tak perlu itu. Terima keadaan diri yang ada, dan tetap berupaya membuat perbaikan dengan dorongan pikiran positif. Sebab, mengintimidasi diri dalam bentuk sesal berkelanjutan sesungguhnya bentuk lain dari menghukum diri setelah fakta menyakitkan diterima. Ada baiknya si-A melihat masa lalunya dengan selera humor yang cukup menyegarkan sebagai pengalihan, misalnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun