Mohon tunggu...
Muhammad Fajar
Muhammad Fajar Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa FEUI yang tergila-gila akan ekonomi syariah dan ingin memperjuangkannya mati-matian.. Allah menciptakan segala sesuatu dengan alasan, dan semoga tujuan hidup saya yang spesifik adalah untuk memperjuangkan hal ini..

Selanjutnya

Tutup

Money

Memang Kenapa Kalau Saya Tidak Menyukai Bank Syari'ah?

13 Juni 2010   19:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Subhanallah.. Betapa banyak saya melihat kritikan-kritikan yang pedas saat membaca komentar di blog-blog iB blogging competition. bukan pada kapasitas saya untuk menyangkal kritikan-kritikan itu, karena toh, saya belum menceburkan diri langsung ke lapangan perbankan syari'ah. masih sekedar mahasiswa yang mengkaji aturan-aturan Allah dalam bermu'amalah, dan hanya mengetahui sedikit cerita dari senior dan dosen tentang bagaimana realita vs. idealita perbankan syri'ah saat ini.

tapi dari segenap kritikan pedas yang saya baca, saya lihat ada sebuah ketidaktahuan orang-orang akan hakikat harta itu sendiri. ketahuilah saudara-saudara sekalian, bahwasanya harta yang kita habiskan sehari-hari dan yang kita gunakan untuk berivestasi semata-mata hanya milik Allah. dan dengan ridho-Nya, kita sebagai manusia dititipkan harta-harta tersebut untuk survival dan juga untuk menunaikan tugas kita sebagai khalifah di muka bumi, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30. menjadi khalifah berarti mendayagunakan segala sumber daya yang Allah titipkan kepada kita (termasuk harta yang saat ini kita bahas) seperti yang Allah mau. Maka kita harus menaati syari'ah2 yang Allah tetapkan untuk kita, baik dalam hubungan antar manusia maupun dalam hubungan dengan Allah. ini adalah suatu hal yang logis karena toh, harta dan sumber daya yang dititipkan kepada kita pada hakikatnya adalah milik Allah semata.

"bagaimana bisa kau bilang kalau harta ini bukan milikku, sedangkan untuk mendapatkannya aku yang membanting tulang dan aku yang memeras keringatku sendiri??" adakah dari saudara sekalian yang bertanya seperti itu?

tidak apa-apa apabila ada yang dalam hati kecilnya menanyakan hal itu. tapi mari berpikir sejenak, wahai saudaraku. bukankah pekerjaan yang kita miliki saat ini menjadi pekerjaan kita karena Tuhan memberikan kesempatan bagi kita untuk memiliki pekerjaan dan harta ini? bukankah dua buah mata yang kita miliki yang memungkinkan kita untuk membaca buku-buku ekonomi, melihat grafik, membaca koran-koran ekonomi adalah pemberian dari Allah? maka bukankah Allah memberi kesempatan bagi kita untuk belajar dengan memberi kita mata? pernahkah Anda melihat orang yang tidak memiliki dua mata? apakah mereka memiliki kesempatan yang sama dengan kita untuk belajar dan memiliki pekerjaan kita? bukankah Allah juga memfasilitasi kita dengan dua tangan dengan sepuluh jarinya, dua kaki, sebuah lidah yang dapat mengucap, dua telinga dengan pendengaran yang baik, mental yang sehat, dan indera lain yang memungkinkan kita untuk melakukan rutinitas dan pekerjaan kita sehari-hari? dari mana semua itu datang? apakah Anda membuatnya sendiri?

dalam bermu'amalah, Allah telah menentukan batasan-batasan. Dalam melakukan kegiatan ekonomi, Allah telah melarang manusia untuk melakukan aksi-aksi riba (tambahan dengan cara yang bathil), maysir (judi dan spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan dalam transaksi). Maka marilah kita bergerak dalam koridor yang telah Allah tentukan. karena sesungguhnya kita bukanlah pemilik yang sebenarnya, melainkan Allah-lah yang memilikinya.

bicara sedikit tentang return yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan apabila kita menempatkan uang kita di bank konvensional, apakah dengan margin yang lebih besar itu membuat Anda lebih bahagia? ya, harta Anda memang bertambah lebih banyak, tapi pertanyaan saya adalah apakah itu membuat Anda lebih bahagia? karena terkadang bertambahnya harta tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan. bisa saja Anda semakin kaya, tapi Anda semakin jauh dari istri, atau anak2 Anda semakin tidak bisa diatur dan sembrono. atau pada ekstremenya bisa saja Anda sangat kaya raya tapi rumah tangga Anda berantakan, anak Anda memakai narkoba, atau semakin lama Anda semakin berpikir untuk bunuh diri karena depresi. tentu saja kita semua tidak menginginkan hal itu. na'udzubillahi mindzalik.. semoga kita semua, yang membaca artikel ini maupun yang tidak, bisa terhindar dari kejadian-kejadian seperti itu. dan ternyata ada cara yang bisa menjauhkan kita dari hal-hal yang mengerikan itu. ada satu hal yang membuat pertambahan harta berbanding lurus dengan kebahagiaan. satu kata. berkah. yaitu dengan mencari rizki seperti yang Allah mau, dengan menabung, bekerja, beramal dan berinvestasi sesuai dengan syari'ah-Nya. dengan begitu insyaAllah Allah akan ridho kepada kita karena kita ridho dengan-Nya. what could be better than that?

maka mari berlomba-lomba dalam mengalokasikan harta kita dengan cara-cara yang Allah ridhoi, yaitu dengan mematuhi aturan-aturan yang Allah buat dalam agama Islam. karena sesungguhnya Islam berarti berserah diri kepada Allah dan hanya kepada-Nya saja.

wallah a'laam bisshowwaab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun