Mohon tunggu...
muhammad Azni, S.Pd
muhammad Azni, S.Pd Mohon Tunggu... APARATUR NEGARA NON PNS -

Saya Seorang Sarjana Muda yang dalam memperbaiki karir dan masa depan yang lebih layak. sekarang mencoba mengabdikan diri kepada Bangsa dan Negara Ku tercinta, hanya itu yang dapat menjadikan saya sebagai anak bangsa yang peduli terhadap tanah airnya. sebagai ajakan, mari kita bergandeng tangan untuk membagun Indonesia Dari Desa Di Ujung Kalimantan Utara. Salam Damai Indonesiaku..... MA

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Secangkir Teh Panas

29 Oktober 2015   17:53 Diperbarui: 29 Oktober 2015   17:57 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

“ Ya Allah, jika bisa ditukar hati ini dengan

batu. Ku ingin punya hati batu agar aku tidak

merasakan sakit yang teramat perih...”

Kata yang terakhir kuucapkan kala senyum tak lagi hadir dalam setiap langkah dan nafas yang selalu menyembunyikan sedih dan amarah pada pria yang sangat aku cintai dan ku sayangi. Tapi, itu mungkin dulu sebelum hati dan pikiran ini menjadi kalut dan bisu karena penghianatan yang dia lakukan padaku.

Sudah sebulan aku berpisah dengannya. Namun, aku belum bisa melupakan semua apa yang dia berikan padaku. Ya, sesuatu yang tak akan pernah aku lupakan sampai akhir hayat ini. Sebelum aku dapat melihat bintang kejora yang dulu perna ayah dan ibuku ceritakan, seperti pelangi yang selalu hadir kala hujan menyelimuti awan. Tapi sayang, kini patah hati yang aku rasakan semua tertuang pada secangkir teh panas yang baru saja kau seduh di atas cawan putih nan indah. Cawan yang selalu kita pakai berdua kala menikmati dinginnya pagi ditepi jalan selatan dengan suara burung nuri yang selalau bernyanyi dibalik sangkar besinya.

Pagi itu, aku dan kawan-kawanku sedang bersepeda mengelilingi seluk beluk kota nan mungil, kota dimana aku dibesar dan dimanja dengan kedua jari orang tuaku. Kota ini pula aku mengenal semua benda yang aku lihat, baik dari kendaraan, benda mati, rumah dan semua yang pernah melintas dihadapan mataku. Sesekali aku biasanya duduk di taman tengah kota yang selalu ramai di kunjungi oleh penduduk luar pulau. Terkadang aku ditemani oleh ayah dan ibu. Kadang kala hanya kau dan sepeda buntutku yang menemani aku di pinggir trotoar taman itu.

Aku kadang muak dengan tempat itu, karena banyak kenangan manis dan pahit yang pernah aku alami di taman ini. Setahun yang lalu aku bertemu dengan seorang pria, yang kata orang dia pria yang baik. Sampai-sampai teman-teman di kampus pun selalu menceritakan dia. Pada waktu itu aku tak sengaja bertemu dengannya. Setiap hari aku selalu melihatnya ditaman itu. Entah apa yang dia lakukan. Awalnya aku tak mau tahu apa yang dia pikirkan dan mau lakukan di taman itu, soalnya hampir semua anak mudah selalu nongkrong ditepi trotoar taman mungil ini.

Pada suatu ketika, aku sedang duduk sendiri, dia menghampiriku, tersenyum padaku. Awalnya aku hanya menganggap itu senyum biasa. Namun, beberapa hari kemudian dia mengirimkan aku sekuntum bunga dan sebuah amplop putih lewat seorang penjaga taman yang selalu membersihkan sampah dan bekas makanan para pengunjung. Ya, pasti dong aku kenal dengan bapak itu, soalnya aku hampir setiap hari di taman itu.

“nak, ini surat dari temanmu di pojok sana”. Sambil orang tua itu menunjuk kearahnya. Aku hanya melihat sepintas lalu. Bunga itu aku ambil dan pergi. Aku tak membuka suratnya ditaman. Aku bergegas pulang, dengan sepedaku. Selama perjalanan aku memegang erat surat yang diberikan pak tua itu. Aku sangat penasaran dengan isinya. Kira-kira apa ya yang dia ingin sampaikan. Kenapa harus pakai surat. Bukankah dia tahu aku dan bukankah dia selalu bertemu denganku di taman itu. Tapi, kenapa dia harus menitipkan kepada penjaga taman.

Setiba aku di rumah, ku lempar tasku ke atas tempat tidur. Lalu ku buka amplop yang dari tadi ku pengang. Kalimat demi kalimat aku baca dengan teliti. Aku terperanjat kaget kala membaca pertengahan surat itu.

“ hai, mungkin suratku ini terlalu cepat dan kurang sopan, karena aku tak mengatakannya langsung padamu. Namun apa daya dan kekuatanku. Aku tak punya cukup nyali untuk mengatakan secara langsung denganmu. Jujur kala surya mulai merekah pada daun dan embun pagi, aku selalu mengintai dibalik pepohonan, apakah kamu sudah ada ditaman itu tau masih tidur di rumah. Namun setiap aku melihatmu, aku selalu tersenyum. Sebab kau ada di taman itu. sudah hampir seminggu ini, aku memperhatikan dirimu, aku tak tahu apa yang membuat aku begitu tertarik dengan pemandangan itu. Namun, aku sadar setiap aku menyebut namamu, tubuhku selalu gemetar dan jantungku berdebar begitu kencang. Aku tak tahu apa semua ini nyata atau hanya mimpi di pagi buta. Tapi, setelah aku mencoba melupakanmu, aku semakin ingat akan wajah dan senyummu kalau kita berpapasan. Aku kalut dalamnya tatapan matamu yang indah”.

Aku, berhenti sejak dan tak bisa berkata apa-apa. Aku binggung, apa yang sebenarnya terjadi. Apa benar dia menyukai aku atau cuma bualan belaka dari seorang lelaki. Waktu itu tak begitu memperhatikan suratnya. Karena bagiku cinta hanya membuat aku akan semakin pusing. Tapi ternyata, kali ini aku sangat stres dibuatnya. Mungkin, ini semua juga karma bagiku, karena waktu itu seorang lelaki yang tulus kepadaku namun aku tak menghiraukannya. Sekarang aku dihianati. Sungguh kejam hidup ini, kala kita mencintai seseorang. Mala dia begitu mudah meninggalkan kita.

Kuharap apa yang terjadi ini, tak terulang lagi. Cukup cuma aku saja yang menderita seperti ini, jangan ada yang lain lagi. Karena aku tak mau ada gadis lain yang sedih karena cinta dan patah hati. Apa yang aku alami semoga saja semua menjadi pelajaran buatku. Kelak aku tak akan mencintai seseorang melebihi cintaku kepada sang pencipta semesta ini. Hidupku masih panjang, aku harus kuat melewati semua ini. Biarkan semua mengalir bagaikan secangkir teh yang mengarungi tenggorokanku yang gersang akan kedamaian cinta.

Oleh : Muhammad Azni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun