Mohon tunggu...
Muhammad Azis
Muhammad Azis Mohon Tunggu... -

Saya seorang guru yang baru belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenaikan BBM = Kenaikan Kesejahteraan

24 Februari 2012   03:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim hujan belum usai, semakin hari hujan semakin deras menyirami bumi nusantara. Hujan yang ditunggu-tunggu oleh semua makhluq Allah di musim kemarau kini sudah datang. Namun kedatangannya kurang bersahabat. Hujan datang membawa banjir di beberapa daerah, lahan persawahan yang siap panen sirna diterpa hujan yang menambah kesedihan para petani. Tanah longsor pun tidak mau ketinggalan dalam meramaikan semaraknya bencana di musim hujan, korban pun berjatuhan karenanya.

Penderitaan rakyat tidak berhenti di situ, bersamaan bencana yang datang silih berganti pemerintah berencana menaikkan harga BBM. Dengan alasan harga minyak dunia yang semakin tinggi dikarenakan krisis timur tengah, pemerintah bersikukuh tetap akan menaikkan harga BBM. Dengan alasan “terpaksa manaikkan” pemerintah pun meminta masyarakat mengerti dan bersabar.

Dengan kenaikkan BBM sudah pasti akan diikuti kenaikan harga barang dan jasa yang lain. Dan semua itu hanya akan menambah penderitaan bagi rakyat Indonesia. Apa lagi para petani yang gagal panen karena ditimpa banjir, korban longsor, korban PHK dan yang senasib hanya akan merasa sedih dan sedih.

Di masa penuh musibah ini, ada juga ulah para wakil rakyat yang katanya wakil rakyat yang mewakili aspirasi rakyat minta kenaikan gaji dan peningkatan anggaran untuk berapa kegiatan kedewanan dan renovasi banguna, dll.

Seharusnya kalau memang mereka itu wakil rakyat tentunya tidak hanya mewakili dalam hal-hal yang “menghasilkan” tetapi sudah waktunya wakil rakyat mewakili penderitaan rakyat dengan tindakan yang real tidak hanya ungkapan turut prihatin, turut sedih, dan sebaginya tetapi turut benar-benar merasakan penderitaan rakyat. Misal, mereka merelakan untuk dipotong gajinya dan kesederhanaan fasilitas untuk mensubsidi BBM bagi rakyat kecil bukan malah minta dinaikkan gajinya.

maspendidik.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun