Pagi ini kau terdiam
Tak biasa seperti ini
Tubuhku kaku lemas tak berdaya
Ada apa gerangan
Kucubit lesung pipitmu yang indah
Tapi tak kunjung merah seperti sedia kala
Mulutmupun terkunci rapat
Seakan hilang lukisan di atap rumah ini
Biasanya setiap aku terbangun kulihat rona mukamu yang berseri dan penuh senyuman
Kuhela nafas panjang…
Rupanya hanya lukisan fotomu yang selalu aku lihat
Kubuka rongga hidung ini lebar-lebar lalu kumuntahkan udara keluar pelan-pelan
Hingga dada ini terasa panas dan sempit
Sudah berapa hari entah perasaan ini selalu mengganggu jalan hidupku
Atap kamarku serasa tak rela untuk membuang lukisan senyummu yang indah
Hemm.
Sudah 10 tahun rupanya kita berpisah
Tak ada kabar tak ada pesan
Bertahun-tahun aku dirantau orang
Mencoba bertahan dengan segala tantangan
Tapi bayanganmu selalu hadir
Menemaniku dalam perjalanan hidup ini
Ya…Novi itu nama panggilanmu dulu
Masih ingatkah saat terakhir kita bertemu
Di ujung bukit itu
Diantara dua lembah
Di antara dua bahasa ..Sunda dan jawa
Dulu kau selalu menemaniku dalam setiap akhir pekan
Kita berjalan bersama
Menulusuri jalan-jalan desa sambil bercerita banyak hal
Wajah yang indah dan senyum berseri selalu menghiasi hari-harimu
Hingga saat itu datang
Aku berpamitan pergi ke Ibukota
Kaupun menangis tak kuasa melepas kepergianku
Aku bilang..
“ Aku hanya ingin pergi mencari jati diri,mengasah bakat dan ilmu untuk masa depan, pasti kembali tahun depan, percayalah”
Hingga waktu terus berselang
Satu tahun aku kembali ..
Tapi kamu kucari tak kunjung dapat
Aku terus mencari.
Hingga kini sepuluh tahun sudah..
Aku harap kau baik-baik saja disana
Walau aku tidak tahu dimana rimbanya sekarang..
Hanya ingin melihatmu dari dekat
Rasanya sepuluh tahun itu bisa terobati..
Salam dariku
Sahabat, Cinta dan kekasihmu terbaikmu dulu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H