Mungkin akan sangat sulit dan diperlukan pembiasaan untuk membeda subtansi kepentingan yang ada, diperlukan analisis dan riset lebih dalam apakah benar perilaku dan tindakan aktor tersebut konsisten dilakukan dan memberikan keuntungan besar bagi masyarakat. Atau sebaliknya kepentingan kelompok dan dirinya saja.
Karena jangan sampai kita sebagai pengamat sosial yang kritis terjebak pada konten yang hanya menawarkan keuntungan beberapa masyarakat saja tetapi tidak menyelesaikan permasalahan yang paling subtansial.Â
Kita perlu melakukan analisa kritis seperti contoh melakukan analisa konten siapa target konten tersebut, bagaimana alokasi dana, apa yang didapatkan dari konten tersebut, apakah konsisten dilakukan, bagaimana target prioritas permasalahan masyarakat yang sudah dirumuskan untuk segera diselesaikan apakah sudah selesai atau justru terabaikan dikarenakan sibuk memproduksi konten untuk kepentingan politik citra atau peningkatkan survey populeritas, hal – hal yang demikian perlu di kritisi dan menjadi ruang – ruang kritis untuk ditemukan jawabannya. Sehingga demikian kita tidak akan terjebak oleh politik citra aktor yang hanya memanfaatkan media sosial untuk memuluskan kepentingan politik dan ekonominya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H