Mohon tunggu...
Muhammad Alim
Muhammad Alim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sang Pendamba Surga. Memohon ridho Allah dalam setiap langkah dan tarikan napas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dinda dan Gerbong Kereta

17 April 2014   06:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Untuk Dinda

Di manapun berada

Suatu hari nanti

Kau dan suami terkasihmu

Mengetuk pintu ruang praktek dokter gineokologi

Kalian berdua berpegangan erat

Kemudian berpelukan

Telah tumbuh janin dalam rahim sucimu

Jabang bayi yang bakal menjadi peneduh jiwa Dinda

Calon malaikat kecil yang akan hadir

Menemani hari-harimu

Dengan senyum

Tangis

Tawa ceria

hari-hari di mana kau akan menjadi orang paling bahagia di dunia

Suatu saat malaikat kecil itu akan memanggilmu BUNDA

Dan memanggil suami terkasihmu AYAH

Panggilan biasa

Namun akan membuatmu hatimu membuncah

Ketika pertama kali ejaan B...U...N...D...A terucap sempurna

Dari mulutnya yang mungil

Tiga bulan pertama

Tiga bulan kedua

Tiga bulan ketiga

Dalam ruang praktek dokter gineokologi

Dinda , matamu menatap layar

Seolah olah melihat satu bingkai citra

Dari swargaloka

Jabang bayi itu semakin membesar

Dan semakin berupa

Terlihat tali pusarnya

Terhubung denganmu

Bukan hanya jalan asupan makanan

Tapi juga cinta

Kemudian saat itu telah tiba

Di malam buta

Suami terkasih ketuk pintu tetanggamu

Dan kendaraan melaju

Di antara lampu-lampu temaram

Kemudian di depan pintu itu

Suami terkasih mengetuk dengan penuh asa

Namun sayang

Dokter sedang keluar kota

Sang jabang bayi mendesak keluar

Waktu berkelebatan dalam benakmu

Antara nyeri dan perasaan putus asa

Kendaraan melaju kembali

Membelah malam

Entah kenapa

Dingin ini begitu menusuk tulang

01 : 35

Laju kendaraan berhenti

Di sebuah klinik bersalin kecil

01: 36

Seseorang menyambut dengan wajah menahan kantuk

Tanpa kata

Tanpa tanya

Senyap

Sepi

Membaringkan Dinda di atas kasur kecil

Memeriksa

01:38

Jabang bayi  sungsang

Air ketuban pecah

Memenuhi rongga rahim

Sebab itulah pindah posisi

Tindakan operasi

Menanti

Rumah sakit terdekat

30 kilometer

Terlalu jauh

Suami terkasih membisu

Diam

Senyap

Sepi

01:40

orang itu mengambil air wudhu

Shalat hajat 2 rakaat

01:45

Orang itu memegang perut Dinda

Dan engkau memegang erat tangan suami terkasih

Dalam samar-samar orang itu tersenyum

Berucap beberapa kata dengan seseorang lainnya

01: 46

Dingin

Keringat

Samar-samar

Dan nyeri

Dan sedikit luka

01:50

Dalam hening

Lamat-lamat

Sebuah tangisan asing

Terasa dekat

Dan semakin dekat

Akhirnya menghangat di dada

Inisiasi

Perkenalan pertamamu

Dengan sang buah hati

01:55

Dinda, Engkau mulai pulih

Menoleh sedikit ke kanan

”Terima kasih bu”

Sesorang itu tersenyum

Wajah yang tak begitu asing

Bagi Dinda

Seraut rupa yang engkau ingat

Di Kereta

”Maaf dik, minta tempat duduknya”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun