Untuk Dinda
Di manapun berada
Suatu hari nanti
Kau dan suami terkasihmu
Mengetuk pintu ruang praktek dokter gineokologi
Kalian berdua berpegangan erat
Kemudian berpelukan
Telah tumbuh janin dalam rahim sucimu
Jabang bayi yang bakal menjadi peneduh jiwa Dinda
Calon malaikat kecil yang akan hadir
Menemani hari-harimu
Dengan senyum
Tangis
Tawa ceria
hari-hari di mana kau akan menjadi orang paling bahagia di dunia
Suatu saat malaikat kecil itu akan memanggilmu BUNDA
Dan memanggil suami terkasihmu AYAH
Panggilan biasa
Namun akan membuatmu hatimu membuncah
Ketika pertama kali ejaan B...U...N...D...A terucap sempurna
Dari mulutnya yang mungil
Tiga bulan pertama
Tiga bulan kedua
Tiga bulan ketiga
Dalam ruang praktek dokter gineokologi
Dinda , matamu menatap layar
Seolah olah melihat satu bingkai citra
Dari swargaloka
Jabang bayi itu semakin membesar
Dan semakin berupa
Terlihat tali pusarnya
Terhubung denganmu
Bukan hanya jalan asupan makanan
Tapi juga cinta
Kemudian saat itu telah tiba
Di malam buta
Suami terkasih ketuk pintu tetanggamu
Dan kendaraan melaju
Di antara lampu-lampu temaram
Kemudian di depan pintu itu
Suami terkasih mengetuk dengan penuh asa
Namun sayang
Dokter sedang keluar kota
Sang jabang bayi mendesak keluar
Waktu berkelebatan dalam benakmu
Antara nyeri dan perasaan putus asa
Kendaraan melaju kembali
Membelah malam
Entah kenapa
Dingin ini begitu menusuk tulang
01 : 35
Laju kendaraan berhenti
Di sebuah klinik bersalin kecil
01: 36
Seseorang menyambut dengan wajah menahan kantuk
Tanpa kata
Tanpa tanya
Senyap
Sepi
Membaringkan Dinda di atas kasur kecil
Memeriksa
01:38
Jabang bayi sungsang
Air ketuban pecah
Memenuhi rongga rahim
Sebab itulah pindah posisi
Tindakan operasi
Menanti
Rumah sakit terdekat
30 kilometer
Terlalu jauh
Suami terkasih membisu
Diam
Senyap
Sepi
01:40
orang itu mengambil air wudhu
Shalat hajat 2 rakaat
01:45
Orang itu memegang perut Dinda
Dan engkau memegang erat tangan suami terkasih
Dalam samar-samar orang itu tersenyum
Berucap beberapa kata dengan seseorang lainnya
01: 46
Dingin
Keringat
Samar-samar
Dan nyeri
Dan sedikit luka
01:50
Dalam hening
Lamat-lamat
Sebuah tangisan asing
Terasa dekat
Dan semakin dekat
Akhirnya menghangat di dada
Inisiasi
Perkenalan pertamamu
Dengan sang buah hati
01:55
Dinda, Engkau mulai pulih
Menoleh sedikit ke kanan
”Terima kasih bu”
Sesorang itu tersenyum
Wajah yang tak begitu asing
Bagi Dinda
Seraut rupa yang engkau ingat
Di Kereta
”Maaf dik, minta tempat duduknya”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H