Pada puncak inilah, semua akan mengerti bahwa demokrasi yang di dalamnya dilakukan pemilihan secara langsung merupakan demokrasi yang sangat mahal. Bukan hanya menghabiskan tidak sedikit materi atau dana, tetapi juga mengorbankan jiwa raga seluruh elemen bangsa yang ada di nusantara, terutama semakin mirisnya tingkat persaudaraan sesama bangsa. Negara ini rela mengorbankan persaudaraan sebangsa demi kekuasaan yang belum tentu mampu menolong masyarakat.
Meskipun demikian, kita wajib dan ikut serta menjaga mekanisme sistem demokrasi tersebut dengan sebaik-baiknya. Terlepas dari sisi buruk demokrasi seperti ini yang bisa menyebabkan masyarakat terbelah hanya karena berbeda pilihan. Pada intinya masyarakat harus memahami esensi dari demokrasi. Bahwa tidak mungkin semua menang, pasti hanya satu.
Semua pasangan dan juga para pendukung harus memiliki sikap ksatria dengan siap kalah dan siap menang. Lalu apa yang perlu dilakukan semua pihak, baik yang menang maupun yang kalah? Ya tidak lain harus mampu bersikap legowo, harus ikhlas menerima jika kalah dan tidak berbangga diri jika menang. Semua harus bersikap tenang menunggu pengumuman oleh KPU, dalam rangka menjaga keutuhan bangsa agar tidak terpecah-pecah.
Dalam alam demokrasi, perlu diketahui bahwa perbedaan merupakan fitrah yang tidak mungkin dapat dihindari. Sekalipun sama tujuan, hanya karena berbeda cara, bisa menyebabkan ketidakharmonisan antara satu sebangsa setanah air. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap elemen bangsa mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan baik. Sekalipun berbeda pilihan, jangan sampai menjelekkan antara satu dengan yang lain. Mereka harus berhusnudan, bahwa pemimpin yang terpilih ke depan akan membawa setiap daerah ke arah yang baik, dan perbaikannya dapat dirasakan seluruh bangsa. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H