Mohon tunggu...
Muhammad Ali Fuadi
Muhammad Ali Fuadi Mohon Tunggu... Freelancer - S3 IAT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Muhammad Ali Fuadi, lahir di Rembang, Jawa Tengah. Saat ini menempuh studi di Program Doktoral Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebelumnya S1 dan S2 di UIN Walisongo Semarang, mengambil jurusan yang sama, Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pendukung Butuh 'Ruqyah Politik'

30 Juni 2014   22:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:06 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sistem demokrasi, masyarakat pemilih sudah merupakan ‘Tuhan’ bagi calon pemimpin. Sebab, keberadaan mereka sangat dibutuhkan bagi calon pemimpin yang bersangkutan. Sehingga, tak jarang ketika pra-pemilu, para kandidat calon gencar bersaing dan ‘berdoa’ agar mendapatkan pahala berupa satu suara kepada setiap pemilih atau konstituten. Maka dari itu, perlu diketahui bahwa suara rakyat sangat menentukan dalam proses terbentuknya pemimpin. Sebaiknya, masyarakat pemilih harus pandai menentukan pilihan agar negara ini tidak dipimpin oleh seorang yang abal-abal.

Berpolitik dengan hanya mengandalkan popularitas, tidak cukup, apalagi kalau hanya sebagai politisi boneka yang mudah digerak-gerakkan pemainnya, tentu saja sangat merugikan negara. Namun, setiap politisi harus pula mempunyai bekal cukup. Mereka harus mampu berpikir ideologis, bertindak taktis, berwawasan politis, serta mampu melakukan hal yang bersifat teknis. Hal ini mutlak dimiliki seorang pemimpin. Sebab, pemimpin harus mampu menyejahterakan rakyat, menjadi pengayom bagi rakyat, serta menjadi teladan rakyat.

Melihat kondisi negara yang kian semerawut, maka dibutuhkan seorang pemimpin dengan kriteria sempurna. Karena itu, para pendukung yang mengalami kesetanan politik harus dibumihanguskan, karena justru akan semakin merusak tatanan demokrasi Indonesia. Dengan kata lain, penyakit kesetanan politik yang terlalu berlebihan pada diri mereka dalam mendukung politisi dambaannya harus segera dihilangkan, atau setidaknya dikurangi jumlahnya -karena saat ini sangat banyak-, agar pemilih atau konstituen yang lain dapat menggunakan hak pilihnya secara maksimal tanpa pengaruh buruk dari yang lain.

Oleh sebab itu, tentu ‘ruqyah politik’ harus segera disuarakan kepada publik dan harus gencar dilakukan guna mengurangi pendukung yang mengalami kesetanan politik. Sebab, Indonesia butuh pemimpin sejati yang dengan kualitas tidak rendah. Apabila banyak pendukung yang mengidap penyakit kesetanan politik, tentu akan menularkan virus tersebut kepada yang lan. Jadi, mau tidak mau rakyat harus pandai menentukan pilihan guna mewujudkan kepemimpinan yang baik di negeri ini.

Kita tahu bahwa negeri ini banyak dilanda masalah, mulai dari perekonomian, kekerasan, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak yang lainnya. Dengan begitu, mari kita gunakan satu suara kita untuk memilih pemimpin yang kita anggap ideal bagi bangsa ini. Dan yang terpenting, kita harus menjadi pemilih idealis. Jangan sampai kita termasuk dalam kategori pemilih yang menghalalkan money politics, karena hal itulah yang justru menjadikan negara semakin tidak bermartabat. Wallahu a’lam bi al-shawab. (*)

Oleh: Muhammad Ali Fuadi, Peneliti Muda di Monash Institute; Sekretaris Kajian Ilmu Kalam Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang

http://banjarmasin.tribunnews.com/2014/06/26/pendukung-butuh-ruqyah-politik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun