Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Manusia Tidak Memiliki Batasan Untuk Berkembang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena Kecanduan Internet (Internet Addiction), Bagaimana Solusinya?

1 Januari 2022   02:28 Diperbarui: 1 Januari 2022   23:48 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Internet Addiction Disorder. Sumber Ilurstrasi: Muhammad A'inul Yaqin

Fenomena Kecanduan Internet (Internet Addiction)

Berapa jam sehari yang Anda habiskan melihat layar gadget untuk akses internet? Dari data Global Overview Report tahun 2021, waktu harian rata-rata menggunakan internet oleh setiap pengguna internet sekitar 6 jam 54 menit. Internet itu sendiri merupakan protokol internet (TCP/IP) yang menghubungkan sistem jaringan komputer global yang saling terhubung guna menghubungkan perangkat pada computer di seluruh dunia. Sangat mudah mengakses informasi menggunakan internet. Semua informasi apapun sangat mudah diakses menggunakan internet (Hidayanto, 2015). Anak muda saat ini tidak pernah mengenal waktu tanpa gadget atau internet. BPS (Badan Pusat Statistik) mengungkapkan akses internet 2016 - 2020 pada orang Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya akses internet penggunanya di wilayah perkotaan ataupun pedesaan pada tahun 2016 sebesar 35,86 % dan meningkat menjadi 64,25 % pada tahun 2020. Sedangkan jumlah akses internet penggunanya di wilayah perdesaan pada tahun 2016 sebesar 14,23 % dan mengalami peningkatan sebesar 40,32 % pada tahun 2020. Dilihat dari adanya fasilitas yang mendukung, orang-orang menggunakan internet dari rumah dengan menggunakan jaringan telepon line dan telepon seluler atau akses dari luar rumah seperti kantor, sekolah, warnet, dan tempat lainnya.

Pada periode 2015—2020, rumah menjadi lokasi yang paling sering digunakan saat mengakses internet, dengan persentase 86,67 % pada 2015, dan meningkat menjadi 96,32 % pada tahun 2020. Media yang dipakai saat mengakses internet adalah komputer, laptop/notebook/tablet, handphone, atau media yang lainya. Handphone pada tahun 2019 – 2020 merupakan media yang paling sering dipakai dalam mengakses internet. Dalam mengakses internet handphone dominan menjadi pilihan orang-orang, dengan persentase 96,95 % pada 2019 mengalami peningkatan menjadi 98,31 % pada saat 2020. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwasannya peningkatan akses internet di Indonesia dari tahun ke tahun terdapat peningkatan. Ketersediaan fasilitas membuat masyarakat mampu mengakses internet dimanapun ia berada. Dari fenomena penggunaan internet di Indonesia dari tahun ke tahun dikhawatirkan mengakibatkan prilaku kecanduan internet (internet addiction).

Internet Addiction Disorder (IAD) 

Mahasiswa adalah pengguna berat teknologi khususnya gadget/smartphone (Roberts, Yaya, & Manolis, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh (Zees et al., 2021), didapatkan dari 100 mahasiswa 95% memakai gadget lebih sering untuk media hiburan seperti mengakses facebook, youtube, Tiktok, instagram, serta bermain Game Online. Sedangkan 5% sisanya hanya memakai gadget sebagai alat komunikasi seperti whatsapps serta menggunakan browser untuk membantu tugas kuliah. Teknologi ini telah menjadi gaya hidup pada saat ini dan bukan hanya untuk generasi Milenial. Penggunaan perangkat elektronik telah menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari saat ini seperti aktivitas bekerja, makan, atau bahkan bernapas. Kebanyakan orang lebih memilih keluar rumah tanpa celana dibandingkan tidak membawa gadget/smartphone. Facebook, Youtube, Whatsapp, dan Instagram merupakan platform sosial media yang paling digunakan di dunia menurut Global Overview Report tahun 2021. Smartphone telah banyak menggantikan komputer pribadi sebagai saluran utama untuk menghubungkan ke Internet bagi banyak anak muda saat ini, seperti halnya telepon seluler telah menggantikan saluran telepon rumah bagi banyak orang. Tentu saja, kita harus menunjukkan bahwa sangat sedikit waktu yang dihabiskan menggunakan smartphone sebenarnya melibatkan telepon, karena kebanyakan orang dewasa muda menggunakan smartphone kebanyakan untuk mengirim pesan teks, mengirim email, dan memeriksa situs web dan situs jejaring sosial.

Seperti penjelasan yang sebelumnya dapat dilihat internet sudah mandarah daging dalam kehidupan kita sehari-hari. Adakah titik di mana penggunaan Internet menjadi begitu berlebihan atau maladaptif sehingga melewati ambang kecanduan dan menimbulkan ancaman bagi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional? Untuk sejumlah orang yang mengkhawatirkan saat ini, penggunaan Internet yang berlebihan dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis (Müller et al., 2016). Istilah Internet Addiction Disorder (IAD) secara luas digunakan untuk menggambarkan bentuk kecanduan nonkimiawi yang ditandai dengan penggunaan Internet yang maladaptif (Young, 2015). IAD mungkin melibatkan penggunaan berlebihan atau maladaptif situs jejaring sosial, ruang obrolan Internet, game online, dan situs porno online. IAD juga mencakup berbagai cara di mana orang mengakses Internet, termasuk melalui laptop, komputer desktop, tablet, dan smartphone. Supaya nantinya kita bisa melakukan langkah pencegahan. Oleh karena itu kita harus memahami faktor penyebab kecanduan terhadap internet

Apa Saja Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kecanduan Terhadap Internet?

Berikut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kecanduan terhadap internet antara lain ; 

  1. Kenyamanan, kenyamanan diartikan dengan sebagai suatu kondisi dimana perasaan yang mengenakkan terdapat pada seorang individu saat memakai benda atau barang (dalam hal ini gadget/smartphone). Selaras dengan pandangan yang telah dinyatakan oleh Davis et al., (1989) bahwasannya kenyamanan adalah sejauhmana seorang individu menerima dampak setelah menggunakan teknologi agar menjadi menyenangkan dalam dirinya sendiri, terlepas dari konsekuensi kinerja yang dapat diantisipasi.
  2. Kebutuhan sosial merupakan faktor kedua yang mempengaruhi ketergantungan konsumen pada internet. Kebutuhan sosial ialah interaksi, komunikasi serta keinginan untuk tetap ingin terhubung dengan orang lain yang telah menjadi kebutuhan seseorang individu tersebut, (Tikkanen, 2009).
  3. Faktor berikutnya sesuatu yang telah menyebabkan kecanduan terhadap internet ialah Pengaruh sosial. Pengaruh sosial ialah strategi individu lain agar dapat memberikan influence keyakinan, perilaku (behavior), serta perasaan seseorang (Mason et al., 2007).

Bagaimana Intervensi Untuk Mengatasi Kecanduan Internet?

Penanganan mencakup berbagai intervensi dan campuran teori psikoterapi untuk mengobati perilaku dan mengatasi masalah psikososial mendasar yang sering muncul bersamaan dengan kecanduan ini (misalnya, fobia sosial, gangguan mood, gangguan tidur, ketidakpuasan perkawinan, atau kelelahan kerja). Untuk membantu klien menghindari aplikasi online yang bermasalah, intervensi pemulihan menerapkan teknik terstruktur, terukur, dan sistematis. Terapi yang paling sering dibahas adalah Wawancara Motivasi, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dan Perawatan Retret Atau Rawat Inap (Montag dan Reuter, 2017).

  1. Wawancara Motivasi, wawancara motivasi adalah gaya konseling yang diarahkan pada tujuan untuk memunculkan perubahan perilaku dengan membantu klien untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan ambivalensi. Wawancara motivasi melibatkan mengajukan pertanyaan terbuka, memberikan afirmasi, dan mendengarkan reflektif. Wawancara motivasi dimaksudkan untuk menghadapi klien secara konstruktif untuk membangkitkan perubahan, atau menggunakan kemungkinan eksternal seperti potensi kehilangan pekerjaan atau hubungan, untuk memobilisasi nilai-nilai dan tujuan klien untuk merangsang perubahan perilaku. Klien yang berurusan dengan kecanduan atau masalah penyalahgunaan zat sering merasa ambivalen untuk berhenti, bahkan setelah mereka mengakui bahwa mereka memiliki masalah. Mereka takut kehilangan Internet, mereka takut seperti apa hidup ini jika mereka tidak dapat mengobrol dengan teman online, terlibat dalam aktivitas online, dan menggunakan Internet sebagai bentuk pelarian psikologis. Wawancara motivasi membantu klien menghadapi ambivalensi mereka.
  2. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)  berfokus pada perubahan perilaku maladaptif klien dan pola pikir disfungsional daripada struktur kepribadian mereka. Mereka mungkin menggunakan teknik perilaku seperti pemodelan dan penguatan untuk membantu klien mengembangkan perilaku yang lebih adaptif. Misalnya, ketika klien diajari perilaku yang kemungkinan besar akan diperkuat oleh orang lain, perilaku baru dapat dipertahankan dengan baik.
  3. Perawatan Retret Atau Rawat Inap, di AS, ReStart adalah salah satu pusat retret yang berspesialisasi dalam penggunaan Internet, permainan video, dan penggunaan teknologi yang bermasalah. Mereka memiliki tim multidisiplin yang bekerja dengan klien dalam program perawatan residensial selama 45 hari melalui penilaian individual, pengobatan masalah kesehatan mental yang terjadi bersamaan, konseling kelompok dan psikoterapi, keterampilan hidup, pendampingan dan pelatihan kejuruan, pertemuan 12 langkah dan pemulihan spiritual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun