Mohon tunggu...
Muhammad SyavickAbdurrahman
Muhammad SyavickAbdurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - pribadi

mahasiswa yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Membangkitkan UMKM Melalui Pendidikan Berbasis Media Sosial

24 Maret 2022   18:05 Diperbarui: 24 Maret 2022   18:07 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ditulis oleh: Muhammad Syavick A Mahasiswa pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Wabah covid 19 merupakan sebuah momok yang mengerikan jika diingat kembali bagi banyak lapisan di masyarakat tidak hanya bagi masyarakat lapisan bawah. Masyarakat lapisan atas dan tengah juga sangat merasakan dahsyatnya wabah ini. Terutama untuk mereka yang pelaku utama usaha mikro kecil menengah.

Banyak dari pelaku usaha yang tidak kuat bertahan dari gempuran covid 19 dimana saat awal pandemi penurunan sangat derastis di bidang ekonomi yang disebabkan oleh anjuran untuk tinggal dirumah sementara waktu. Hal itu menyebabkan kekosongan pemasukan bagi para pelaku umkm. 

Banyak perusahaan yang sekelas mikro dan kecil gulung tikar karena tidak adanya transaksi yang masuk. Pengusaha menengah juga kewalahan karena produksi tetap harus berjalan tapi permintaan berkurang. Hal ini memicu pengetatan pengeluaran termasuk dengan pemecatan massal yang terjadi.

Dengan banyaknya pengusaha yang gulung tikar serta mereka yang korban pemecatan. Menjadi masalah di masyarakat karena ketidakpastian pemasukan untuk keluarga maupun individu sendiri dalam masyarakat. 

Mereka menjadi melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan ataupun hanya sekadar untuk makan. Selain secara ekonomi hal ini menimbulkan pressure masyarakat kepada individu yang tidak dapat menghasilkan penghasilan.

Pengusaha menengah mengalami juga ketidakpastian pemasukan tersebut. Sebagai perusahaan kelas menengah yang mempunyai pelanggan mereka harus tetap mengeluarkan cost untuk melakukan produksi dengan bayang-bayang kerugian menggelayuti.

Larangan tidak boleh diadakannya acara adalah hal yang paling mengancam bagi pelaku kelas menengah. Karena mereka hanya bisa dapat penghasilan dari adanya acara tersebut. 

Problem ini timbul karena terputusnya  pembeli dan penjual. Tidak adanya acara tidak ada pemasukan. Setiap hari melakukan produksi tetapi keuntungan tidak sebanding, hasilnya pengusaha menjadi merugi.

Pilihan pun muncul antara tetap berjualan atau berhenti sementara. Jika pengusaha memilih tetap berjualan mereka akan di hantui kerugian selalu. Sementara jika berhenti sementara para pelanggan akan mencari penyedia lain. 

Permasalahan ini membebankan para pelaku usaha karena minimnya modal untuk melakukan operasi usahanya. Bantuan pemerintah memang ada tapi hanya sebatas sembako bagi para keluarga, bantuan tersebut juga tidak akan bertahan lama bagi anggota keluarga yang memiliki anggota yang banyak, apalagi rata-rata di indonesia biasanya satu keluarga seminimalnya bisa sampai empat anggota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun