Mohon tunggu...
Muhammad Sakti Garwan
Muhammad Sakti Garwan Mohon Tunggu... Tutor - Pengajar

Saya adalah pegiat sosial media dan pengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Epos Kuno Utnapishtim dan Naratif Banjir dalam Kisah Nuh

18 April 2023   13:16 Diperbarui: 18 April 2023   13:23 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://shorturl.at/jpAJ3

Legenda Utnapishtim dalam mitologi Mesopotamia kuno adalah cerita tentang banjir besar yang menghancurkan dunia dan hanya Utnapishtim dan keluarganya yang selamat dari bencana tersebut. Dalam legenda ini, Utnapishtim dianggap sebagai sosok yang bijaksana dan terpilih oleh dewa untuk menjadi sisa-sisa manusia yang dijaga kesuciannya setelah bencana banjir. 

Cerita ini mengandung pesan tentang keberanian, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam menghadapi bencana dan tantangan hidup, serta pentingnya mematuhi perintah para dewa. Legenda Utnapishtim juga memiliki kesamaan dengan kisah banjir dalam beberapa ajaran agama, termasuk dalam Islam. Berikut adalah gambaran lebih lanjut tentang legenda Utnapishtim dalam mitologi Mesopotamia kuno dan koneksi kesamaannya dengan ajaran agama, termasuk Islam.

Menurut legenda, para dewa di surga tidak senang dengan tingkah laku manusia di bumi yang semakin jahat dan korup. Mereka memutuskan untuk mengirimkan banjir besar yang akan menghancurkan dunia dan memulai kembali kehidupan manusia dari awal. Namun, salah satu dewa, Ea, merasa kasihan kepada Utnapishtim dan memberitahunya tentang rencana para dewa tersebut.

Ea memerintahkan Utnapishtim untuk membangun sebuah bahtera yang cukup besar untuk menampung dirinya, keluarganya, dan representasi dari setiap makhluk hidup di bumi. Bahtera tersebut juga harus dilengkapi dengan persediaan makanan dan air yang cukup untuk bertahan selama bencana banjir.

Utnapishtim mengikuti perintah Ea dan berhasil membangun bahtera tersebut. Saat banjir datang, bahtera Utnapishtim dinaiki oleh keluarganya serta semua jenis hewan dan burung yang ada di bumi. Bahtera tersebut mengapung di atas air selama berhari-hari, sementara banjir merendam seluruh daratan dan menghancurkan semua yang ada di atasnya.

Setelah bencana banjir berlalu, bahtera Utnapishtim mendarat di sebuah gunung yang tinggi, dan Utnapishtim dan keluarganya beserta semua hewan dan burung yang mereka bawa selamat dari bencana tersebut. Utnapishtim dan keluarganya menjadi sisa-sisa manusia yang selamat dari banjir besar, dan mereka memulai kembali kehidupan baru di atas gunung tersebut.

Dalam legenda ini, Utnapishtim dianggap sebagai sosok yang bijaksana dan beruntung karena berhasil selamat dari bencana banjir besar. Dia juga dianggap sebagai sosok yang terpilih atau terpilih oleh dewa untuk menjadi sisa-sisa manusia yang dijaga kesuciannya setelah bencana banjir. Legenda Utnapishtim dalam mitologi Mesopotamia kuno mengandung pesan tentang keberanian, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam menghadapi bencana dan tantangan hidup, serta pentingnya mematuhi perintah para dewa.

Legenda tentang Utnapishtim dan Banjir dalam mitologi Mesopotamia kuno sering dianggap sebagai asal-usul dari kisah Nuh dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam ketiga agama tersebut, Nuh adalah seorang nabi yang diberi perintah oleh Allah (atau Tuhan) untuk membangun sebuah bahtera yang dapat menampung dirinya, keluarganya, dan hewan-hewan selama banjir besar yang akan datang.

Kisah tentang Nuh dalam agama Islam disebutkan dalam Al-Quran, di mana Nuh disebut sebagai salah satu nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan ajaran tauhid (keesaan Tuhan) kepada umat manusia. Menurut Al-Quran, Nuh memperingatkan umat manusia tentang banjir besar yang akan datang dan memerintahkan mereka untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah. Namun, umat manusia pada masa itu tidak mendengarkan peringatannya dan terus melakukan kesalahan. Akhirnya, banjir besar datang dan hanya Nuh dan pengikutnya yang selamat dengan naik ke bahtera yang telah dibangunnya.

Kisah Nuh dalam agama Islam mengajarkan nilai-nilai seperti kesetiaan kepada Allah, ketabahan, dan kepercayaan. Selain itu, kisah ini juga mengandung pesan bahwa manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya dan harus mengikuti ajaran-ajaran agama yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun