Di siang hari yang panas terlihat dari kejauhan ada seorang kakek yang memakai rompi oranye dan topi hitam sedang berdiri di pinggir pos jaga pelintasan kereta api.Â
Beliau bernama Eman, seorang pria tua yang berumur 70 tahun dan hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat sekolah dasar (SD). Â Walaupun begitu, tak terlihat kelemahan baik dari segi postur tubuh maupun pemikiran yang biasanya tersemat pada seseorang yang sudah berusia lanjut. Ia masih berdiri dengan cukup tegak dan gagah meskipun dirinya sudah berumur tapi semangatnya seakan tidak pernah luntur.
Sukanya sebagai penjaga palang kereta api kalau ada orang yang lewat walaupun tidak memberikan imbalan tapi cukup dengan manggut dan tersenyum itulah kebanggaannya. Tapi kalau orang yang lewat ugal-ugalan dan tidak menghargai yang jaga itulah dukanyaÂ
Pada awalnya pos palang pelintasan kereta api ini bukan dari Perumka (PT. KAI - pen) namun hasil dari inisiatif masyarakat termasuk saya sebagai tokoh sesepuh karang taruna, karena dulunya di sini merupakan pelintasan liar dan tidak pernah ada bantuan dari PT. KAI semenjak tahun 1998 ketika saya mulai bekerja menjadi sukarelawan penjaga palang pelintasan kereta api di sini. Tapi Alhamdulillah sejak bulan Desember tahun 2022 saya bernaung di bawah Dinas Perhubungan (Dishub) jadi ada honor berupa uang yang rutin diberikan per bulan meskipun jumlahnya tidak setara dengan upah minimum regional (UMR)," ujarnya.
Pak Eman bercerita bahwa biasanya ia berjaga  di posnya selama 12 jam dalam sehari sebelum akhirnya sekarang sudah di bantu oleh 3 orang temannya, sehingga waktunya berkurang menjadi hanya 8 jam per hari dengan sistem shift di mana sekarang beliau bekerja dari jam 08.00 WIB sampai jam 16.00 WIB selama 3 hari berturut-turut dan 1 hari istirahat (libur - pen).Â
Beliau selalu berjaga sendiri di posnya dengan membawa bekal seadanya dan pulang pergi dengan menggunakan kendaraan sepeda motor. Kondisi posnya tampak sederhana dengan atap asbes, rangka dan kursi kayu serta beralaskan tanah dan rerumputan liar. Selain itu, letak posnya yang bersebelahan dengan sawah juga berpotensi akan adanya gangguan dari binatang- binatang berbahaya seperti ular maupun kelabang dan lain sebagainya.
"Saya sebenarnya kalau di sini hanya untuk menjaga saja bukan mencari uangnya tapi menyelamatkan nyawa orang, walaupun begitu Alhamdulillah dari orang-orang (pengguna jalan - pen) ada timbal baliknya dan sekarang setelah adanya bantuan dari Dinas Perhubungan (Dishub) mudah-mudahan bisa lebih memperhatikan karena di pelintasan ini terkadang ada preman yang berbuat macam-macam, tapi semoga Insya Allah Dishub dan saya bisa saling membantu karena saya di sini bekerja untuk menolong orang dari potensi tersambar kereta api", ujarnya.
Menjadi sukarelawan penjaga palang pelintasan kereta api adalah suatu tugas yang mulia, karena dewasa ini tidak banyak orang yang bersedia untuk melakukannya apalagi tanpa adanya kepastian gaji.Â
Selain itu, dengan kehadirannya membantu para pengguna jalan agar tetap aman dari kencangnya laju kereta api yang mungkin saja dapat menyambar seketika dan kemudian menimbulkan korban jiwa, terutama pada malam hari ketika kondisinya sudah gelap gulita sehingga kecelakaan pun rawan terjadi.
Nama: Muhammad Rizky Pratama
Kelas: B