Mohon tunggu...
Rayyan Multazam
Rayyan Multazam Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Sabar Serba Subur. . . . Email: multazamrayyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ratusan Tahun Indonesia Dijajah Raga Badannya, Puluhan Tahun Kemudian Dijarah Pula Akal Sehatnya

31 Maret 2020   10:32 Diperbarui: 31 Maret 2020   10:59 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berlutut kau bodoh!!", maki pimpinan kompeni pada rakyat pribumi.

350 tahun kira-kira, bangsa garuda ini harus mau dipaksa bungkam oleh bedil-bedil senapan yang ditodongkan mengancam. Entah tanpa alasan, dengan beringas mereka melucuti bumiputra yang enggan patuh pada perintahnya. Peduli amat, ia besar atau kecil, tinggi-pendek, gondrong ataupun botak, bahkan balita dan lansia yang wajahnya semburat tanpa dosa sekalipun tetap akan bernasib sama. Ditindas ketidakadilan kemanusiaan.

Dengan politik adu domba, umat prapancasila termakan mentah-mentah bualan manis rencana Belanda. Dengan piciknya mereka membumihanguskan negara agraris ini dengan tangan penduduknya sendiri. Bergejolak keinginan mereka untuk menjamah samudra dunia walau dengan menumpahkan ribuan liter darah manusia yang tiada menahu apa-apa. Mungkin itu adalah hasrat insan yang membabi buta. Mengoarkan rasa angkuh di dalam jiwa. Sekali lagi mengebiri nalar kemanusiaan.

Hingga datang suatu waktu, saat-saat penuh euforia. Karena dengan segenap semangat bangsa dan perasaan yang tergesa, sampailah Indonesia pada momen kejayaan kemerdekaan. Ketika seluruh suku bersatu dalam satu tubuh yang satu tuju. Budak-budak jajahan yang lemau dan mulai lejar kini beralih berganti menjadi pahlawan perkasa yang derap langkahnya mampu menggetarkan kejahiliyahan penjajahan.

Tapi apakah kejayaan itu hadir untuk selamanya?
Atau hanya dalam waktu singkat yang bahkan hari ini, 'merdeka' telah asing maknanya?

Karena nahasnya di era globalisasi ini, kita kaum milenial justru menafikan segala perjuangan para pahlawan yang rela gugur demi masa depan kehidupan. Jangankan pengajaran, tetek bengek sejarahnya pun tak lagi dihiraukan. Sistem digitalisasi hanya difungsikan sebgai media bermain game, atau menjadi ajang pamer di media sosial, bahkan lebih buruk lagi, digunakan untuk menonton sebuah tayangan yang sengaja dibuat untuk memuaskan hasrat kebinatangan para penonotonnya.

Segala semangat dan kekreatifan khususnya pemuda kini mulai padam. Sedikit demi sedikit dari mereka bahkan lupa caranya menjadi manusia. Karena apa? Karena lagi-lagi dijejali doktrinisasi pembodohan yang sistemnya tak jauh beda dengan devide et impera. Mereka memutus jalur solidaritas sosial negara berkembang ini dengan menciptakan konten-konten yang memang menjadi trending topic dunia. Di mana masyarakat Indonesia yang konsumtif akan mudah terbawa arus zaman meskipun mengacu kepada keburukan.

Bukankah kita telah sama seperti ratusan tahun yang kemarin, ketika kolonialis menginvasi hak-hak kebebasan anak-anak negeri. Tapi kali ini tanpa ada pertumpahan darah. Tanpa harus ada kontak fisik. Karena sasaran utamanya bukan lagi jasad, tapi akal sehat.

Lantas mau sampai kapan
Menjadi nestapa di tanah yang orang bilang tanah surga
Menjadi nelangsa di tengah negara yang katanya kaya raya
Menjadi olok-olok dunia karena keterpurukan sumber daya yang tak sepadan antara alam dan manusia???

Maka tolong, gaungkanlah lagi semangat patriotisme yang dahulu pernah berhasil merebutkan kemerdekaan. Kobarkan kembali gelora armada yang kala itu mampu menerjang halang rintang menuju kegemilangan. Dan koarkan untuk yang kesekian kali ambisi laskar heroik yang tempo hari mampu memenangkan pertandingan bahkan hingga oleh sejarah dijadikannya kenangan.

So... Simpan dulu gadget-gadget kalian. Luangkan waktu sebentar untuk keluar. Menghirup udara segar. Bersama kawan diskusikan tentang hari yang panjang. Kita renggut kembali cita kemenangan.

Terima kasih
Salam kemerdekaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun