Mohon tunggu...
M. Hasybi Rabbani
M. Hasybi Rabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulusan S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Merupakan seorang lulusan Prodi S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam. Selain tertarik terhadap hal yang berhubungan dengan sejarah maupun kebudayaan, saya juga terkadang menyukai hal tentang lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Dulu"... Aceh Itu Hebat

31 Mei 2023   20:53 Diperbarui: 3 Juni 2023   18:56 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aceh memiliki hukum Islam dalam bentuk Qanun Aceh, dan hukum ditegakkan oleh kepolisian syari'at Aceh yang kita kenal dengan Wilayatul Hisbah (WH). Namun bagaimana hukum itu berjalan? Bukan rahasia umum bahwa Qanun hanya "garang" di Kota Banda Aceh. Razia dan patroli WH sering dilakukan disekitaran Kota Banda Aceh, namun sangat jarang dan lemah di kabupaten lainnya. Apakah mereka tidak memiliki Dinas Syari'at Islam? Keterbatasan anggaran menjadi jawaban terhadap lemahnya penegakkan Qanun di Aceh. Dari urusan pemerintahan kemudian kita akan turun ke sektor masyarakat Aceh, bagaimana kondisi sosial-agama masyarakat Aceh sekarang? Masih dari Banda Aceh, dimana konser musik dan hiburan jauh lebih digandrungi oleh kaum pemuda daripada kajian keagamaan. Bukan saatnya lagi kita membanggakan sejarah, ayo jadikan sejarah sebagai media untuk membangkitkan kembali Islam dan nilai-nilai Islam di Aceh.

Apa yang bisa kita lakukan? Sejarah Aceh tenggelam! Ya, sejarah Aceh tenggelam. Yang selalu kita ceritakan adalah masa-masa kejayaan peradaban Islam kerajaan Aceh. Namun masa-masa itu memiliki masa kemunduran, yang membuat bukti dari kisah-kisah itu terputus dan tenggelam, hingga tak sampai pada masa sekarang. Seperti, dimana sekarang kapal Cakra Donya yang megah yang selalu kita banggakan itu? Atau dimana Istana Dalam Darud Donya yang bisa menampung 2000 ekor gajah itu? Atau dimana dan bagaimana kondisi kuburan para tokoh yang selalu kita banggakan itu? Kita telah banyak kehilangan bukti sejarah, baik itu secara sengaja dihilangkan atau memang hilang ditelan zaman.

Disinilah para pemuda dapat mengambil peran dalam merekonstruksi sejarah. Para pemuda, akademisi dan peneliti dapat mengambil peran dalam mengembalikan sejarah dan nilai-nilai yang ada didalamnya. Dengan peradaban besarnya yang terdengar hingga ke penjuru negeri, tentu tinggalan dan bukti sejarah di Aceh tidaklah kecil dan sedikit. Untuk setingkat nisan kuno, kita memiliki 3 tipe yang diakui beserta dengan puluhan sub-tipe yang menyertainya. Namun dimana kini nisan-nisan itu berada? Dalam lautan lepas pantai Ujong Pancu, dalam timbunan sampah Gampong Jawa, dalam kandang ternak warga, bahkan mirisnya menjadi batu asah milik warga. Minimnya pengetahuan warga tentang hal tersebutlah yang menjadikan ketidaktahuan mereka terhadap sejarah yang ada disekitar.

Dalam hal arsitektur, Islam di Aceh sangat berasimilasi dengan kebudyaan Hindu yang sebelumnya telah ada, dan kebudayaan masyarakat Austronesia yang memang menjadi darah bagi masyarakat di Asia Tenggara. Konstruksi bangunan masjid-masjid di Aceh menjadi acuan bentuk masjid lainnya di Nusantara. Kita sering beranggapan mengapa Masjid Tuha Indrapuri memiliki bentuk yang serupa dengan masjid-masjid yang ada di Jawa? Namun jika sejarah kembali diteliti, bahwa masjid yang ada di Jawa lah yang mengikuti konstruksi masjid yang ada di Aceh. Konstruksi masjid dengan atap piramida ini telah digunakan oleh masjid-masjid kuno di Aceh selama ratusan tahun, bahkan Masjid Raya Baiturrahman pada awalnya memiliki konstruksi serupa, sebelum akhirnya dibakar dan digantikan dengan arsitektur khas India oleh Belanda. Pada masa sekarang, peranan pemuda dapat kembali mengangkat gaya arsitektur masjid khas Aceh dengan sentuhan kontemporer, yang pada masa kini masjid di Aceh kebanyakan mengikuti gaya arsitektur India dan Timur Tengah.

Terdapat beberapa organisasi masyarakat maupun LSM-LSM di Aceh yang bergerak pada bidang kepedulian terhadap sejarah, seperti Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA), Pelajar Peduli Sejarah Aceh (PELISA), Center for Information of Sumatra-Pasai Heritage (CISAH) dan lain-lain. Mereka merupakan praktisi dalam melindungi, mempelajari, merekonstruksi serta memperkenalkan sejarah kepada khalayak ramai. Mereka membuktikan bahwa kehebatan peradaban Islam di Aceh bukan hanya sebatas cerita dongeng pengantar tidur belaka, mereka memperlihatkan bukti-bukti dari kebenaran cerita tersebut. Tentang bagaimana kehebatan nenek moyang kita membangun sebuah peradaban Islam di Asia Tenggara. Satu persatu bukti kejayaan nenek moyang kita yang hilang telah kembali ditemukan. Pecahan-pecahan agung sejarah bangsa Aceh telah kembali dirangkai hingga akan membentuk kembali kejayaan dari cerita-cerita yang selalu kita perdengarkan itu.

Masih banyak daerah-daerah di Aceh yang sejarah mereka belum terjamah dan dikenal oleh banyak orang. Bangsa ini pernah besar pada masanya, nama Aceh dibesarkan oleh nenek moyang kita. Namun anak cucu nya gagal menjaga nama besar itu, bahkan warisan agung mereka hilang ditelan masa dan ketidakpedulian kita. Dengan segala keintelektualannya, tentunya kita sebagai pemuda bukan suatu hal yang sulit untuk mengkaji dan membangkitkan kembali sejarah. Warisan-warisan artefak yang ditinggalkan para leluhur kita marilah kita cari kembali, tegakkan nisan yang tumbang itu. Baca kembali kitab-kitab usang itu. Rawat kembali bangunan masjid tua itu. Berikan mereka sentuhan ilmu pengetahuan kita, kenalkan bukti-bukti itu kepada dunia. Katakan pada mereka "Inilah bukti bahwa kami, bangsa Aceh adalah bangsa yang besar, dari dulu hingga sekarang".

Masa lalu Aceh adalah milik para endatu kita, dan masa depan Aceh adalah milik kita, milik para pemuda.

(Essay ini meraih Juara 1  Menulis Essay Kategori Mahasiswa dalam kegiatan Dakwah Expo IV 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun