Bagi anak-anak sebagian besar yang ingin mencari Muka di kalangan birokrasi yang menjadikannya bapak agar di beri kemudahan dan nilai tinggi serta mendapatkan sebagian proyek yang di lakukan oleh sebagian dosen mungkin tidak akan banyak yang paham apa yang terjadi di kampus pabrik ini apalagi anak-anak yang kegiatannya hanya membuka instagram dan media sosial lainnya hanya untuk melihat bagaimana kehidupan orang lain dan tidak mau tahu agenda penindasan apa yang sedang dilakukan oleh para kapitalis, begitulah setidaknya keadaan di sekeliling saya saat ini.Â
Meminjam istilah Fernand Braudel yang mengatakan "manakala kapitalisme diusir lewat pintu, ia akan masuk kembali lewat jendela", artinya si kapital akan selalu berusaha untuk tetap menguasai apa yang seharusnya bisa mereka kuasai, rasa-rasanya kutipan tersebut cukup mampu menggambarkan apa yang terjadi saat ini termasuk dilingkungan institusi pendidikan.
saya baru sadar kampus memiliki suatu fungsi yang baru bahwa aturan Hak berpendapat hak berkumpul hak berekspresi serta kebebasan sebagai fitrah manusiawi itu dijadikan sampah oleh kebijakan kampus, itu hanya utopia belaka, sebab kampus tempat untuk menggali pengetahuan, penyadaran kritis, serta tempat netral atau oposisi, itu kemudian hadir sebagai kampus politisi dan kapitalis,  dan kampus tidak lagi melahirkan jiwa jiwa leader  tapi  menghadirkan nilai nilai dealer.Â
sebab kampus sekarang ingin mahasiswanya untuk mengikuti berbagai bentuk program kerja seminar, dan tidak ingin di libatkan dalam kegiatan organisasi terkhususnya program kerja LDKM atau pengkaderan tingkat dasar, entah apa dalihnya,Â
selamat datang di kampus pabrik yang menjadikan kritis itu haram.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H