Mohon tunggu...
Muhammad syarif
Muhammad syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - kata adalah senjata

banyak baca lalu tuangkan dengan menulis untuk menghasilkan sebuah karya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahasiswa Malang

10 Juni 2021   00:03 Diperbarui: 10 Juni 2021   00:23 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat malam minggu pertama, kami selalu ngumpul di kos saat setelah mata kuliah telah usai, tetapi sebelum itu, kami menuju ke penjual nasi kuning langganan kami di jalan pendidikan, dengan tidak diduganya, penjual nasi kuning itu berubah dengan paras yang sangat cantik, ya walaupun kemarin juga cantik, tetapi tak tahu mengapa mata saya tak jarang untuk meliriknya, apalagi teman saya yang satu itu disebut sebagi laki laki pleboy. Dengan menghilangkan rasa penasaran nya teman saya lalu berkenalan dengan penjual itu lalu kita balik ke kost. Dengan rasa bahagianya bisa berkenalan sama si penjual itu, teman saya lalu mentraktir sebungkus rokok sampoerna dan beberapa bungkus kopi untuk menemani malam kami

Sambil menikmati secangkir kopi dan seisap rokok yang memberikan kehangatan pada malam itu, kami selalu membincangkan tentang perjanjian pertemuan pertama, karena kenapa kami selalu di beri waktu keterlambatan. Tetapi sebagian dosen sendiri terkadang seenaknya saja, tidak masuk dan suka terlambat, lalu dengan memberikan tugas yang tidak sama sekali dijelaskan terlebih dahulu. Terkadang saya bingung mereka yang selama ini dikatakan sebagai pahlawan tanda jasa. 

Tetapi mereka serasa memberikan, dan mendidik untuk memakan gaji buta, saya tak tahu mereka mempunyai kesibukan yang lain, baik dari urusan rumah tangganya dan kesibukan kesibukan yang lain, tetapi bukan alasan untuk meninggalkan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
Setelah usainya pembelajaran itu, saya tidak ingin menilai pembelajaran itu tidak terlaksana tetapi dalam kenyataannya, kami ketinggalan sangat jauh. Walaupun kami setiap hari presentasi mandiri tetapi hal yang di dapat tak sesuai dengan mahalnya UKT yang di bayarkan. 

Nilai yang kemudian di dapatkan adalah bukan sesuai dengan kemampuan kognisi kita, tetapi dengan pendekatan pendekatan yang baik dengan dosen, serta siapa yang paling akrab.

Tapi terkadang kita sebenarnya mengetahui hal semacam itu, banyak hal hal kekuasaan yang dilakukan oleh dosen tetapi kita tak pernah mau sama sekali mempertanyakan dan membahas tentang perlakuan dosen. Kini mahasiswa datang di kantin serta gazebo bukannya berdiskusi mengenai masalah masalah pembelajaran yang dilakukan oleh dosen serta masalah yang terjadi dalam kampus, tetapi kini hanya menggosipi orang lain, dan sibuk dengan gadgetnya

Makassar, 05 juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun