Mohon tunggu...
Muhammad Naufal Aslam
Muhammad Naufal Aslam Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN SUKA Ilmu Komunikasi (21107030034)

Be Humble

Selanjutnya

Tutup

Money

Dulu Masker dan Oksigen, Sekarang Minyak Goreng, Ada Apa dengan Indonesia?

17 Februari 2022   06:15 Diperbarui: 17 Februari 2022   06:17 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelangkaan minyak di Indonesia pada gelombang ke-3 Covid-19 yang membuat resah seluruh warga Indonesia khususnya para UMKM ini bukan kali pertama terjadi di Negara kita. Gelombang pertama kita dihadapkan dengan kelangkaan masker, disenfektan, handsanitizer, dan melunjaknya harga barang barang pokok. Gelombang kedua terjadi kelangkaan tabung oksigen bagi para penderita Covid-19, dan sekarang gelombang ketiga, mau tidak mau kita harus berurusan dengan yang namanya kelangkaan, yaitu kelangkaan minyak. Hal yang tidak wajar pastinya, kenapa di negara yang sangat kaya akan alamnya kekurangan dengan yang namanya minyak, hasil minyak kita kemana?, pastinya kalian juga banyak yang bertanya tanya tentang permasalahan tersebut.

Penyebab kelangkaan minyak menurut Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Toga Sitanggang adalah perubahan kebijakan pemerintah yang cepat, sehingga para pelaku industri kewalahan mengakibatkan penyebaran minyak terhambat. Kebijakan pemerintah tersebut yaitu menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak sawit melalui Kementrian Perdagangan. Aturan yang tercantum dalam Permendag nomer 6 tahun 2022 adalah menetapkan harga minyak goreng curah Rp 15.000 per liter, minyak goreng kemasan Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.

Walaupun harga sudah ditetapkan, kelangkaan minyak tidak dapat teratasi, justru sekarang dimana mana para warga kehabisan minyak. Peraturan pemerintah yang membatasi warganya hanya boleh membeli 2 liter per orang juga membuat masyarakat resah,banyak yang mengeluh atas peraturan ini. Alasan kelangkaan minyak ini juga bisa berasal dari para oknum masyarakat  yang menimbun minyak untuk keperluan jangka panjang, diharapkan para satgas atau siapapun yang mengurusi masalah ini bisa mengatasi hal hal tersebut agar tidak terjadi. Adapun oknum yang membuat harga minyak melambung dan langka yaitu oknum yang mengalihkan penjualan minyak goreng dari ritel modern ke pasar tradisional yang membuat masyarakat susah mendapatkan minyak goreng di ritel modern, singkatnya, jika minyak dijual di pasar modern harus di jual Rp.14.000, kemudian jika dijual di toko toko maupun pasar tradisional dengan harga Rp 16.000 ,hal ini yang menjadikan para oknum mengambil kesempatan untuk mengambil selisih keuntungan dari kondisi tersebut. Kondisi psikologis masyarakat juga berpengaruh terhadap keadaan seperti ini, salah satunya adalah praktik panic buying, yaitu pembelian secara berlebihan atau penimbunan suatu barang karena didasari rasa panik dan takut berlebih. Keadaan tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangkaan dan melunjaknya harga minyak goreng di Indonesia.

Kelangkaan seperti sekarang di negeri kita sudah sering terjadi di masa pandemi yang tak kunjung usai ini. Kita lihat di tahun pertama atau gelombang pertama virus Covid-19 yang terjadi di awal 2020 terjadi kelangkaan masker, handsanitizer, dan membengkaknya harga bahan pokok. Saat itu keadaan di negeri kita sedang sangat kacau, panik dimana mana, kasus Covid meningkat drastis, dilarang keluar rumah, dan yang lebih parahnya masyarakat di takut takuti dengan berita tentang seakan akan virus ini mematikan, yang membuat kondisi psikologis masyarakat Indonesia tidak baik baik saja.  Keadaan tersebut yang membuat masyarakat terpontang panting dengan kenyataan saat itu, tapi ada saja manusia yang memanfaatkannya dengan memperoleh keuntungan sebanyak banyaknya, seperti para penimbun masker dan bahan bahan pokok yang memang banyak dicari pada saat itu karena kebutuhan masker sangat sangat riskan dan keadaan tidak memperbolehkan kita keluar rumah, jadinya banyak oknum individualis yang mementingkan dirinya sendiri dengan cara menimbun dan menjualnya dengan harga yang tidak masuk akal.

Keadaan serupa juga terjadi di gelombang ke-2 Covid-19 atau yang biasa disebut varian delta. Saat itu terjadi kelangkaan tabung oksigen di mana mana, menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) disebutkan bahwa penyebab langkanya tabung oksigen adalah karena banyaknya permintaan, pendistribusian ke rumah sakit yang membutuhkan waktu dan kurangnya kebutuhan tabung di Indonesia. Kebutuhan tabung gas yang melonjak juga disebabkan kasus Covid-19 yang meningkat drastis, banyak masyarakat yang terkena Covid dan di isolasi di rumah sakit, pada saat itu saking banyaknya pasien Covid  yang terpapar, sempat terjadi kekurangan tempat isolasi untuk pasien yang teridentifikasi Covid. Gelombang 2 ini menjadi puncak puncaknya kasus positif dan kasus meninggal dunia akibat pandemi Covid-19.

Kasus kelangkaan kembali terjadi saat ini di gelombang ke-3 Covid-19 varian omicron, yang menjadi barang atau objeknya adalah minyak goreng. Pihak yang paling terdampak dengan langkanya minyak goreng adalah golongan UMKM misalnya penjual jajanan pasar dan penjual kuliner. Dengan keuntungan yang tidak seberapa ditambah kelangkaan ataupun melonjaknya harga minyak tentu sangat terasa untuk para penjual kuliner atau UMKM lainnya. Pasalnya di supermarket ataupun swalayan membatasi pembelian minyak goreng hanya sebatas 2 liter per orang ,padahal kebutuhan para penjual kuliner ataupun jajanan pasar akan minyak goreng sangat besar, apalagi terkadang stok di supermarket tertentu habis, dan belom tentu ada barangnya. Stok minyak yang terbatas itu terjadi karena minimnya pasokan dari produsen, alasan produsen melakukan itu adalah untuk pemerataan penjualan minyak agar tidak terjadi penimbunan akan barang yang sedang susah dicari. Namun para produsen sedang mengusahakan untuk mengoptimalkan ketersediaan minyak bagi masyarakat, mereka sedang mencari cara untuk mendistribusikan atau memasok minyak curah untuk pasar tradisional untuk menghindari tekanan terhadap ritel modern sebelum Ramadhan dan lebaran. Semoga kasus ini segera selesai dan harga minyak kembali normal sehingga masyarakat bisa hidup tenang dan damai, dan semoga kita selalu diberi kesehatan dan dihindarkan dari apa yang tidak kita inginkan khususnya virus Covid-19 ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun