1.1Pendahuluan
   Penjajahan yang dilakukan bangsa Belanda mengundang perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai daerah.Salah satunya perlawanan yang di pimpin oleh Thomas Matulessy atau dikenal sebagai Kapitan Pattimura. Kapitan Pattimura adalah pahlawan nasional yang berasal dari Indonesia Timur yang berjuang melawan VOC di Maluku.Memiliki nama asli Thomas Matulessy,ia berasal dari keluarga Matulessy yang masih memiliki kedekatan saudara dengan raja Maluku.Perjalanan hidupnya sebagai seorang Pahawan Nasional Indonesia dimulai ketika Belanda datang ke tanah Maluku dan melakukan berbagai penyerangan bersama para pahlawan Maluku lainnya.
2.1 Pembahasan
2.1.1Asal-Usul Pattimura Dari Keluarga Bangsawan
    Kapitan Pattimura dikenal sebagai salah satu Pahlawan Nasional dari Maluku. Kapitan Pattimura mempunyai nama lahir Thomas Matulessy. Nama lahir tersebut diambil dari Alkitab, karena orangtua Thomas Matulessy merupakan seorang penganut Kristen Protestan yang taat. Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Haria, Saparua, Maluku, Hindia Belanda. pada 8 Juni 1783.Ayah dari Thomas Matulessy bernama Frans Matulessy, sedangkan ibunya adalah Fransisna Silahooi. Thomas Matulessy juga mempunyai seorang kakak bernema Yohanis Matulessy. Berbagai sumber menyebut, Thomas Matulessy merupakan seorang keturunan bangsawan.Dikutip dari beberapa sumber,Pattimura memilih untuk tidak menikah.
2.1.2 Perjalanan Hidup Pattimura,Pernah Bergabung Dengan  Militer Inggris
   Kisah perjuangan Kapitan Pattimura sebagai seorang pahlawan bermula saat dia bergabung dengan Militer Inggris. Semuanya bermula pada masa pengambil alihan kekuasaan Belanda oleh Inggris di tahun 1810. Pada masa itu Inggris terbilang lebih longgar dalam mengatur rakyat.Suatu ketika pemerintah Inggris mengumumkan akan menjadikan pemuda-pemuda Maluku menjadi bagian dari kesatuan militer. Tanpa pikir panjang, Thomas Matulessy dan beberapa temannya pun segera mendaftar. Pada saat itu, Thomas Matulessy berpikir dengan gabung ke militer, dia bisa ikut menjaga rakyat Maluku yang ada di wilayah kekuasaan Inggris dari Belanda. Pasalnya, para militer tersebut akan ditempatkan di Ambon.Thomas Matulessy menjadi satu dari sekian pemuda yang berhasil bergabung dalam militer Inggris. Sejak awal pelatihan, Thomas Matulessy mualai menunjukkan keterampilan, kecakapan, dan kemampuan di atas rata-rata. Karenanya, karier militernya terbilang melesat. Dengan cepat, Thomas Matulessy mendapat promosi sampai akhirnya dipercaya menjadi pemimpin bagi angkatannya.Total Thomas Matulessy setidaknya 7 tahun bergabung dengan militer Inggris selama tujuh tahun. Dalam sepanjang kariernya itu, dia telah mendapatkan pangkat Sersan Mayor.
 2.1.3 Aktif Melawan VOC Bersama Rakyat Maluku
  Selain menjadi bagian dari militer Inggris, Thomas Matulessy juga aktif melakukan perlawanan terhadap VOC bersama rakyat Maluku lainnya. Perlawanan terhadap Belanda (VOC) ini terjadi karena praktik penindasan kolonialisme yang dilakukan yang mereka lakukan seperti monopoli perdagangan, kerja paksa dan penindasan lainnya yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Maluku dari segi ekonomi, sosial, bahkan politik. Berkat perjuangannya, ia dikukuhkan sebagai "Kapitan Besar" pada 7 Mei 1817 untuk bersama dengan pejuang lainnya melakukan perlawanan terhadap Belanda yang semakin memaksakan kekuasaannya. Dengan bulatnya tekad untuk melawan penjajahan Belanda, pasukan yang dipimpin Kapitan Pattimura berhasil menduduki benteng Duurstede pada 15 Mei 1817. Hal ini lah yang membuat keputusan untuk mengadakan rapat raksasa yang dikenal dengan Proklamasi Portho Haria di Negeri Haria, berisi dari 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut membuat semangat proklamasi ini muncul hingga Maluku Utara.
2.1.4 Akhir Perjalanan Pattimura
   Setelah perjalanan panjang untuk melakukan penyerangan demi penyerangan, Belanda akhirnya mendatangkan pasukan kompeni dari Ambon untuk melawan perlawanan dari rakyat Pattimura. Karena kecerdikan dan strategi perang dari seorang Pattimura membuat Belanda hampir menyerah jika tidak ada bantuan dari Batavia. Karena kehilangan cara untuk menaklukkan pasukan Pattimura, Belanda sampai mengadakan sayembara akan memberikan hadiah 1.000 gulden untuk siapa saja yang berhasil menangkapnya. Hal ini ternyata membuat perjuangan Pattimura bersama rakyat Maluku berakhir. Pengkhiatanan yang berasal dari warganya sendiri, raja negeri Lilibooi, Pati Akoon dan Tuwanakotta. Hingga akhirnya Belanda berhasil menangkapnya di hutan Booi. Kabar penangkapan ini tersiar hingga ke seluruh pelosok negeri dan membuat para pemimpin perang lainnya menjadi target penangkapan selanjutnya. Setelah dibawa menuju Ambon, Pattimura dimasukkan ke dalam penjara untuk diinterogasi, menjalani sidang, hingga dijatuhkan vonis hukuman paling berat terhadapnya karena sebagai seorang pemimpin perang yaitu hukuman gantung. Eksekusi terhadap Pattimura dilaksanakan pada 16 Desember 1817 bertempat di Benteng Victoria, Ambon, Provinsi Maluku.
2.1.5 Â Mendapat Gelar Pahlawan Nasional
   Berkat perjuangan Pattimura bersama para pejuang lainnya, gelar Pahlawan Nasional Indonesia diberikan pada 1973 berdasarkan SK 087/TK/1973 dan tanggal SK 06 November 1973. Selain itu, namanya banyak diabadikan seperti menjadi nama Universitas Pattimura, Bandara Internasional Pattimura di Ambon, KRI Kapitan Pattimura hingga Gambar Mata Uang Republik Indonesia nominal Rp1000,-.
3.1 Kesimpulan
Akhirnya pada tahun 1821 perlawanan maluku dapat dikatakan berakhir. Perlawanan Maluku terjadi lagi pada tahun 1858, 1860, 1864, dan 1866 meskipun tidak seheroik pertempuran 1817. Meskipun Pattimura telah gugur, namun semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan yang dimilikinya masih melekat pada Rakyat Maluku. Semangat tersebut terus mereka bawa dan tidak akan pernah padam untuk menembus segala rintangan demi satu tujuan yang mulia yaitu merdeka. Tepat seperti kata - kata terakhir beliau yang mengatakan "Pattimura-Pattimura tua boleh mati tetapi Pattimura-Pattimura muda akan bangkit kembali dan melawan." Hingga akhirnya Seluruh perjuangan mereka terbayarkan dengan terusirnya penjajah dari tanah Indonesia pada tahun 1945.Namanya kini diabadikan untuk Universitas Pattimura dan Bandar Udara Pattimura di Ambon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H