Mohon tunggu...
muhammad sabily imam
muhammad sabily imam Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa jurusan sejarah peradaban islam uin sunan gunung djati bandung yang berasal dari kota bandar lampung

Selanjutnya

Tutup

Analisis

menyelami dunia perantauan : mahasiswa dan tantangan multikultural

24 Desember 2024   00:35 Diperbarui: 24 Desember 2024   00:35 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merantau bukan sekadar meninggalkan kampung halaman untuk mengejar ilmu. Bagi seorang mahasiswa, perjalanan ini adalah transformasi, sebuah proses mendewasakan diri melalui pengalaman yang tak ternilai. Namun, dunia perantauan tidak hanya menawarkan peluang, tetapi juga tantangan, terutama dalam menghadapi keberagaman budaya yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Tantangan Multikultural: Realitas yang Kompleks

Hidup di tengah masyarakat yang multikultural memaksa mahasiswa perantau untuk berhadapan dengan berbagai perbedaan ; bahasa, adat istiadat, hingga cara pandang terhadap kehidupan. Ketika seorang mahasiswa dari daerah Jawa, misalnya, berkuliah di Makassar, ia akan bertemu dengan budaya Bugis-Makassar yang kaya akan tradisi dan adat. Hal ini bisa menjadi pengalaman yang memperkaya, tetapi juga membingungkan jika tidak disertai dengan kesiapan untuk beradaptasi.

Salah satu tantangan terbesar adalah perbedaan cara komunikasi. Mahasiswa perantau sering kali harus belajar memahami bahasa lokal atau istilah-istilah khas yang digunakan dalam interaksi sehari-hari. Selain itu, perbedaan norma sosial, seperti cara berpakaian atau etika dalam berbicara, dapat menjadi sumber salah paham. Hal ini sering kali memicu perasaan terasing atau bahkan rasa cemas.

Kesempatan Belajar dari Keberagaman

Meski menghadirkan tantangan, keberagaman budaya juga menjadi peluang besar bagi mahasiswa perantau untuk belajar. Berinteraksi dengan budaya yang berbeda melatih kemampuan empati dan toleransi. Mahasiswa perantau dapat belajar untuk melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas, memahami bahwa setiap kebiasaan memiliki akar sejarah dan nilai-nilai yang patut dihormati.

Selain itu, keberagaman juga dapat menjadi inspirasi. Seorang mahasiswa yang terbuka terhadap budaya lain sering kali menemukan ide-ide baru untuk diterapkan dalam kehidupannya. Misalnya, memahami filosofi gotong royong dalam budaya Minangkabau dapat menginspirasi cara kerja sama yang lebih efektif di dalam kelompok akademik.

Merawat Identitas di Tengah Keberagaman

Namun, menghadapi keberagaman juga menuntut mahasiswa perantau untuk tetap merawat identitas budayanya sendiri. Proses adaptasi yang berlebihan, tanpa kesadaran akan jati diri, dapat membuat seseorang kehilangan rasa kepribadian dan akar budayanya. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa perantau untuk menjaga keseimbangan antara beradaptasi dengan lingkungan baru dan mempertahankan nilai-nilai yang telah membentuknya.

Identitas budaya yang kuat tidak hanya menjadi sumber kebanggaan, tetapi juga modal untuk berkontribusi dalam masyarakat multikultural. Dengan memperkenalkan budaya asal kepada teman-teman dari latar belakang berbeda, mahasiswa perantau turut memperkaya dialog budaya yang terjadi di lingkungan akademik.

maka dari itu  hidup sebagai mahasiswa perantau di tengah tantangan multikultural bukanlah hal yang mudah, tetapi justru di situlah letak nilai dari pengalaman tersebut. Perbedaan budaya mengajarkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman, melatih kemampuan beradaptasi, dan memperluas wawasan. Lebih dari itu, interaksi multikultural mendorong terciptanya individu yang lebih toleran, empatik, dan siap menghadapi kompleksitas dunia global.

Sebagai mahasiswa perantau, penting untuk memandang keberagaman sebagai ladang pembelajaran, bukan sebagai penghalang. Dengan sikap terbuka dan keinginan untuk terus belajar, tantangan multikultural dapat diubah menjadi batu loncatan menuju pertumbuhan pribadi yang lebih matang. Dunia perantauan adalah universitas kehidupan yang sesungguhnya, tempat di mana perbedaan menjadi jembatan, bukan jurang pemisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun