Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf
Muhammad Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru yang penuh semangat, saya menemukan kegembiraan dalam menjelajahi dunia ilmu pengetahuan melalui hobi membaca buku. Hobi membaca ini tidak hanya menjadi aktivitas pengisi waktu luang, tetapi juga menjadi jendela pengetahuan yang membentuk pandangan hidup saya. Dalam dunia literasi, saya menaruh minat khusus pada artikel-artikel yang mengeksplorasi dimensi spiritual. Keyakinan bahwa pemahaman yang mendalam terhadap aspek spiritual dapat memberikan makna mendalam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam lingkup pendidikan, memotivasi saya untuk terus mengeksplorasi dan memahami konsep-konsep spiritual yang relevan. Selain itu, ketertarikan saya pada perkembangan teknologi membawa saya ke dunia yang terus berkembang pesat. Saya percaya bahwa guru modern perlu memahami dan mengintegrasikan teknologi dengan bijak dalam pembelajaran untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis dan relevan. Hobi membaca artikel-artikel tentang teknologi membantu saya tetap terkini dengan perkembangan terbaru di bidang ini. Selain spiritual dan teknologi, ketertarikan saya terhadap kepribadian membentuk landasan penting dalam peran saya sebagai pendidik. Saya yakin bahwa pengembangan kepribadian bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang karakter dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam setiap interaksi dengan siswa. Artikel-artikel kepribadian memberikan wawasan berharga tentang bagaimana membentuk pemimpin masa depan dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Sebagai guru yang berkomitmen, saya terus menggali pengetahuan dari berbagai sumber untuk memberikan dampak positif dalam ruang kelas. Hobi membaca buku dan artikel dalam bidang spiritual, teknologi, dan kepribadian tidak hanya menjadi kegiatan rutin, tetapi juga merupakan sarana untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai pendidik yang lebih baik. Saya percaya bahwa melalui pembelajaran yang berkelanjutan, kita dapat membentuk generasi yang memiliki keseimbangan antara kebijaksanaan spiritual, pemahaman teknologi, dan integritas kepribadian.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Keprofesionalan: Teori Mudah, Praktik Sulit, dan Ketekunan yang Menguap

2 Januari 2024   07:31 Diperbarui: 2 Januari 2024   07:32 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar milik Pribadi

Keprofesionalan, sebuah konsep yang terdengar begitu sederhana dan mudah diucapkan, seolah hanya perlu dicerna sekali lalu langsung bisa diaplikasikan. Teorinya mudah, katanya. Tapi tentu saja, praktiknya yang menjadi tantangan sejati. Berada di dunia profesional ibaratnya seperti menari di atas tali tipis di atas jurang. Satu kesalahan kecil, dan kamu bisa terjun bebas ke dalam jurang pekerjaan yang lebih sulit ditemui daripada laci yang tertutup rapat.

Sebagian besar manusia, mungkin kamu juga, telah mendengar ungkapan bahwa "teori itu mudah, praktiknya yang sulit." Bagi kebanyakan orang, teori tentang keprofesionalan mungkin sudah seperti makanan sehari-hari---kamu tahu bahwa kamu harus melakukannya dengan baik, tapi ketika sampai pada praktiknya, seakan-akan dunia punya konspirasi raksasa untuk membuatmu gagal.

Pertama-tama, mari telaah teori keprofesionalan. Sebagai seorang profesional yang baik, kamu diharapkan untuk memiliki pengetahuan mendalam di bidangmu, keterampilan yang memukau, dan sikap yang selalu positif, sekalipun kamu baru saja kehilangan rapat penting atau printer kembali memutuskan untuk mogok. Teori ini seperti membaca buku resep; semua bahan tercantum di sana, dan kamu yakin bisa membuat hidangan istimewa. Tapi tahukah kamu betapa sulitnya mencari bahan-bahan tersebut di supermarket kehidupan nyata?

Nah, itulah masalahnya. Praktik keprofesionalan bisa terasa seperti berusaha mengejar ayam yang berlari di kebun. Semuanya terlihat mudah saat dilihat dari kejauhan, tapi ketika kamu mulai bergerak, ayam itu tahu-tahu sudah berlari ke arah yang berlawanan. Begitu pula dengan praktik keprofesionalan, di mana setiap langkahmu harus diambil dengan hati-hati agar tidak terperosok dalam jurang ketidakprofesionalan.

Dan sekarang, kita berbicara tentang ketekunan. Ini adalah kunci rahasia yang seakan-akan tertanam dalam tubuh superhero yang tak pernah lelah. Ketekunan adalah sumber daya tak terlihat yang harus kamu temukan, aktifkan, dan pertahankan setiap saat. Sayangnya, kebanyakan orang kehilangan sumber daya ini di sekitar meja kerja mereka, di antara tumpukan pekerjaan yang menumpuk seperti gunung Everest mini.

Bagi sebagian orang, ketekunan adalah seperti es krim di hari panas; ketika kamu mulai menikmatinya, sebelum kamu sadar, es krim itu sudah meleleh dan meninggalkanmu dengan piring kosong. Ketekunan dalam keprofesionalan juga bisa menguap begitu saja jika kamu tidak memperhatikannya dengan cermat. Cobalah mencari ketekunan yang hilang di bawah stapler atau di antara tumpukan laporan keuangan yang tak pernah habis.

Jadi, teman-teman, di dunia keprofesionalan ini, jangan biarkan diri kita terlena oleh teori yang seolah-olah begitu mudah. Praktiknya memang sulit, dan ketekunan adalah kuncinya---meskipun kadang-kadang ketekunan itu seperti uang receh yang selalu hilang di saku celana. Tetaplah berusaha, dan siapa tahu, suatu hari kita bisa menemukan kunci keprofesionalan yang hilang di antara tumpukan pekerjaan yang menumpuk. Jangan lupa untuk tetap tersenyum meskipun printer mogok dan ayam berlari ke arah yang berlawanan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun