Mohon tunggu...
Muhammad Ferdian Syah
Muhammad Ferdian Syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Sosio-Emosional Anak Usia Dini

4 Desember 2022   00:44 Diperbarui: 4 Desember 2022   11:17 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: naghashia.com

Perkembangan Fisik Anak Usia Dini

Mulai usia 2 bulan, anak mampu mengangkat kepala dan mulai belajardan mulai belajar mendorong badan ke posisi berbaring, dapat melakukan gerakan yang lebih lembut dengan tangan dan kaki.

Pada usia 4 bulan, anak mampu mengangkat dan memegang kepala tanpa bantuan, menekan kaki ke bawah saat berdiri di permukaan yang keras, bisa berguling dari posisi berbaring ke belakang, dapat memegang, menggoyangkan, dan mengayunkan mainan yang menggantung, dapat memasukkan tangan ke mulut, dan ketika tengkurap, anak bisa mendorong badan sampai siku.Pada usia 6 bulan, anak mampu berguling ke 2 arah (tengkurap ke telentang/telentang ke tengkurap), mulai bisa duduk tanpa bantuan, saat diposisikan berdiri, anak mulai belajar menopang berat badannya dengan kaki, dapat berayun maju-mundur, terkadang merangkak mundur sebelum bergerak maju.

Pada usia 9 bulan, anak mampu berdiri dan berpegangan, anak mampu bangun dan mengambil posisi duduk, dapat duduk tanpa bantuan, mendorong berdiri, dan merangkak.

Pada usia 12 bulan, anak mampu menjelajahi objek dengan berbagai cara, seperti menggoyang, memukul, atau melempar. Anak dapat menemukan benda tersembunyi dengan mudah. Anak dapat melihat barang atau gambar yang tepat saat disebutkan. 

Anak meniru gerakan, mulai menggunakan benda dengan benar, seperti minum dari cangkir, meyisir rambut. Anak dapat menabrakkan dau benda bersamaan. Anak mampu mengemas dan membongkar barang-barang di dalam kotak. Anak mampu menusuk sesuatu dengan jari telunjuk, dan dapat mengikuti instruksi sederhana seperti "ambilkan mainan".

Pada usia 18 bulan, anak mampu jalan sendiri, bisa berjalan naik dan mulai berlari. Anak mampu menarik mainan sambil berjalan. Anak bisa menanggalkan pakaiannya sendiri. Anak dapat  minum dari gelas, dan makan dengan sendok.

Pada usia 24 bulan, anak bisa jinjit, menendang bola, dan berlari. Anak dapat manjat naik turun tanpa bantuan, dan anak dapat naik turun tangga sambil berpegangan.

 

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Tiga tahun pertama bayi adalah masa penuh rasa ingin tahu. Perkembangan penting selama periode ini berfokus pada eksplorasi dasar indra dan pembelajaran tentang tubuh dan lingkungan. Selama periode ini, bayi mulai dapat melihat objek sekitar 13 inci dengan lebih jelas, bayi akan fokus pada objek yang bergerak, termasuk wajah pengasuh utama. Bayi dapat merasakan perbedaan nada dan volume. Bayi dapat melihat semua warna dalam spektrum visual. Bayi dapat menanggapi lingkungan dengan ekspresi wajah, dan bayi mulai memahami bahwa tubuh mereka bisa digerakkan.

Bayi di usia dini, keterampilan kognitifnya masih berkembang. Dari usia 3-6 bulan, penglihatan bayi berkembang pesat. Pada tahap ini biasanya bayi mulai dapat mengenali wajah-wajah yang dikenal, dapat Menanggapi ekspresi wajah orang lain, dapat mengenali dan bereaksi terhadap suara yang familiar, dan mulai meniru ekspresi wajah.

Pada usia 6-9 bulan, biasanya bayi mulai paham perbedaan benda hidup dengan benda mati. Bayi dapat menatap lama dengan hal “yang dianggap tidak mungkin", seperti benda yang melayang di udara. Bayi mulai mengenali sesuatu dengan sentuhan panas, dingin, keras atau lembut. Dan bayi mampu menunjukkan kekuatan dengan mencoba meraih benda yang diinginkan.

Pada masa 9-12 bulan, bayi dapat mencari benda tersembunyi yang ditutupi selimut, pakaian atau ketika tangan menyembunyikan benda di pakaian. Bayi mempunyai persepsi objek permanen, yaitu kesadaran bahwa objek tetap di tempatnya meskipun tidak lagi terlihat. Bayi dapat meniru gerakan dan beberapa perilaku dasar seperti tepuk tangan, melambai saat diminta, dll. Bayi mulai menanggapi dengan gerakan tubuh dan suara, mulai mengerti "ya" atau "tidak".

Bayi mempunyai kemampuan untuk memanipulasi objek, misal membalikkannya, menempatkan satu objek ke objek lain, dll. Bayi mulai paham bahwa misalnya kucing yang ada dalam buku, mainan kucing dan hewan peliharaan kucing adalah kucing, meski berbeda. Bayi mulai mempelajari tentang sebab dan akibat, misalnya memukul benda akan menimbulkan suara. Dan bayi Mulai mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

Pada masa 12-18 bulan bayi mulai memahami dan menanggapi kata-kata, mampu mengenali objek yang terlihat sama, belajar melalui eksplorasi, dan mampu meniru secara wajar dan memahami tujuan yang dilakukan model. Misalnya, suatu ketika seorang anak melihat ibunya menuangkan kismis ke dalam mangkuk, tetapi dia malah menyebarkannya di atas meja.

Kemudian, seorang anak laki-laki berusia 18 bulan itu memanjat, mengambil kismis dan mulai menuangkannya ke dalam mangkuk. Hal ini menunjukkan bahwa anak mampu menyimpulkan maksud ibunya dan menggunakannya untuk memandu perilaku yang ditirunya.

Selama periode 18 bulan sampai 2 tahun, anak mulai meniru suara, mengidentifikasi objek berdasarkan nama, dan memahami serta mengikuti instruksi dua atau tiga langkah. Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka sudah mengerti bahwa hal itu ditunjukkan tidak hanya secara lisan, tetapi mereka dapat meminta dengan gerak tubuh, menunjuk dan juga dengan kata-kata. 

Saat-saat ini biasanya bisa membuat frustasi bagi anak dan orang tua. Anak menunjukkan keinginan untuk mandiri dan mengembangkan keterampilan menolong diri sendiri. Kemampuannya untuk berkonsentrasi meningkat. Mereka bisa mendengar penjelasan tentang objek yang menarik minat mereka atau mereka bisa mendengarkan cerita pendek. Anak mulai memahami "aku" dan "kamu". Dan anak dapat meniru perilaku dengan berpura-pura.

Perkembangan Sosioemosional Masa Anak Usia Dini

0-3 bulan

  • Merasa nyaman bersama orang dewasa yang familiar bagi mereka
  • Berespon positif saat disentuh misalnya tersenyum
  • Umumnya akan terdiam saat diangkat
  • Mampu mendengarkan bunyi-bunyi
  • Tersenyum & bahagia saat distimulasi secara sosial, contohnya diajak mengobrol
  • Dapat ditenangkan dengan ayunan (diayunkan orang dewasa)

3-6 bulan

  • Berespon saat namanya disebut
  • Mampu tersenyum & tertawa keras
  • Menangis ketika murka, & mencari ketenangan (misalnya mencari ketenangan pada gendongan bunda)
  • Suka melihat & berada pada dekat orang-orang yg familiar bagi mereka
  • Mampu memperhatikan perbedaan antara 2 orang dari penampilan, bunyi atau rasa yg dirasakan bayi
  • Tersenyum dengan dirinya sendiri pada cermin
  • Senang melihat bayi-bayi lainnya

6-9 bulan

Di periode ini bayi mulai melihatkan preferensi terhadap orang-orang yang familiar bagi mereka. Di periode ini mereka:

  • Mulai bisa membedakan antara orang yang dikenal & orang asing, mereka akan merasa nyaman bersama orang yang dikenal & merasa cemas bersama orang asing
  • Mengekspresikan beberapa emosi misalnya bahagia, sedih, takut & murka
  • Mulai paham perbedaan emosi yg ditampilkan orang lain (contohnya bayi Bunda menampilkan paras cemberut saat bunda berbicara menggunakan nada bunyi murka)
  • Memperlihatkan rasa frustasi saat mainannya diambil
  • Berespon terhadap istilah-istilah & gerak tubuh
  • Mungkin menghibur diri/merasa tenang saat mengisap jempol, memegang mainan spesifik atau selimut. (masih batas wajar apabila terjadi pada usia dua-lima tahun)
  • Dapat murka saat dipisahkan/berpisah dengan orang atau orang-orang yg familiar bagi mereka
  • Merespon atau menyentuh cermin saat melihat muka mereka

9-12 bulan

  • Bahagia saat melihat wajah orangtua, mainan, atau cermin
  • Memberikan perhatian buat perintah sederhana misalnya "No", atau "Kasih ke Bunda".
  • Memahami istilah tidak tetapi tidak akan selalu mematuhinya
  • Menoleh ke asal bunyi saat dipanggil namanya
  • Meniru gerakan (misal melambaikan tangan saat pergi, berpura-pura menelpon)
  • Mencoba buat meniru bunyi atau gerakan muka
  • Berkata menggunakan suku kata pengulangan misalnya mama, dada
  • Berteriak buat menerima perhatian
  • Mengoceh -Tersenyum & menangis buat mengekspresikan perasaan mereka
  • Menunjukkan afeksi buat orang-orang spesifik & penting pada kehidupan mereka
  • Memiliki keyakinan bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (misal apabila menangis akan membuat mereka diangkat atau memperoleh makanan)
  • Mengekspresikan kecemasan saat berpisah dari orangtua atau pengasuh utama

1-2 tahun

  • Mengenali dirinya sendiri pada cermin atau foto & tersenyum karenanya
  • Mulai mengatakan "no" saat disuruh tidur atau permintaan lainnya
  • Meniru tindakan & istilah-istilah orang dewasa
  • Memahami istilah-istilah & perintah, & menanggapinya
  • Memeluk & mencium orangtua, orang-orang yg akrab dan hewan peliharaan
  • Mulai menampakkan perilaku ingin membantu tugas rumah
  • Mulai merasa cemburu saat dirinya tidak jadi pusat perhatian
  • Menampilkan rasa frustasi secara mudah
  • Mulai bermain bersama atau di samping anak-anak lain, tetapi tidak akan benar-benar bertukar atau bermain bersama hingga usia 3-4 tahun (maka berdasarkan hal itu pada usia inilah masa peka bagi anak buat diajarkan sharing)
  • Bisa bermain sendiri selama beberapa menit
  • Bereaksi terhadap perubahan pada rutinitas sehari-hari (merasa tidak nyaman pada tempat baru, dll)
  • Bisa berbagi sepotong makanan
  • Mengembangkan aneka macam emosi & rasa frustasi (mulai tantrum, menampakkan serangan seperti menggigit, memukul, dsb)
  • Mulai menampakan kemandirian dengan lebih melakukan sesuatu "sendiri" tanpa bantuan.

 

Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Berbagai Teori dan Aliran

1. Teori Pembelajaran Kognitif

Kaum Kognitivis mempunyai pendapat bahwa perilaku manusia lebih tergantung pada pemahaman konteks situasi. Jadi, dalam pembelajaran, teori kognitif lebih menekankan pada kemampuan kognitif anak. Karakteristik pembelajaran kognitif menurut Fadlillah (2012: 102) adalah: (a) Dalam pembelajaran, pemahaman lebih diinginkan daripada hafalan, dengan hukuman dan hadiah, dan (b) Pembelajaran lebih banyak menggunakan pemahaman untuk memecahkan masalah.

2. Teori Belajar Experiental Learning

Belajar sebagai suatu proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan adalah hasil kombinasi antara pemahaman dan pengalaman transformatif.

3. Teori Belajar Multiple Intelligences

Menurut teori kecerdasan majemuk, anak-anak belajar dengan cara yang berbeda.  Anak-anak dapat belajar melalui kata-kata, angka, gambar dan warna, nada suara, interaksi dengan orang lain, sendiri, melalui alam dan melalui meditasi tentang sifat benda. Namun, anak-anak biasanya belajar dalam kombinasi cara yang berbeda.

4. Metode pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan dirumuskan sedemikian rupa agar peserta didik memiliki kemampuan tertentu, sehingga metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode tersebut bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan metode yang mendukung belajar mengajar sehingga dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berikut beberapa metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slamet Suyanto (2005: 39).

a) Circle Time. Pada kegiatan ini, anak-anak duduk melingkar dan guru duduk di tengah lingkaran. Berbagai kegiatan seperti membaca puisi, bermain peran atau mendongeng bisa dilakukan.

b) Sistem kalender. Pembelajaran berbasis kalender dan terikat waktu. Dalam kalender tersebut, guru menandai tanggal-tanggal yang berkaitan dengan berbagai kegiatan, seperti Hari Kartini, Hari Kemerdekaan, Hari Pendidikan Nasional, dan Hari Pahlawan. Bisa juga dengan kegiatan keagamaan seperti Ramadhan, Idul Fitri, Natal, Nyepi, Waisak dll. Selain itu, guru merencanakan tugas belajar harian dengan topik dasar.

c) Show and tell. Metode ini baik untuk mengungkapkan kemampuan, perasaan dan keinginan anak. Setiap hari guru dapat memberi tahu dua atau tiga anak terkait apa yang ingin mereka katakan. Saat anak terlihat sedang bercerita, guru dapat melakukan penilaian untuk mengetahui perkembangan anak. Guru dapat melanjutkan topik yang dibicarakan anak untuk pembelajaran.

d) Small project. Metode ini melatih anak untuk bertanggung jawab atas pekerjaan proyeknya. Proyek ini merupakan kegiatan investigasi dan menemukan masalah penting bagi anak-anak. Penelitian ini biasanya dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang atau secara individu. Metode ini melatih anak dalam kerjasama, tanggung jawab dan pengembangan keterampilan sosial.

e) Big team (Kelompok besar). Metode ini menggunakan kelompok besar yaitu seluruh kelas untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya, ketika mendirikan tenda besar di kelas, semua anak memiliki peran, guru bertanggung jawab atas instruksinya. Anak-anak biasanya sangat puas ketika sesuatu dicapai bersama.

f) Kunjungan. Kegiatan tersebut memberikan gambaran kepada anak tentang dunia kerja, dunia orang dewasa, dengan tujuan mengembangkan cita-cita anak. Metode kunjungan memungkinkan guru menyampaikan materi dengan mengajak siswa langsung ke objek di luar kelas atau kehidupan nyata untuk diamati atau dialami langsung oleh anak.

g) Permainan. Anak-anak pada umumnya menyukai permainan yang menarik dengan sedikit aturan. Guru dapat menggunakan permainan untuk mengajar anak-anak. Guru dapat menambahkan konten pembelajaran ke game yang diimplementasikan.

h) Bercerita. Bercerita adalah salah satu cara membesarkan anak. Berbagai nilai moral, pengetahuan dan sejarah dapat disampaikan melalui cerita.

Selain 8 cara yang diungkapkan Slamet Suyanto di atas, Fadlllah (2012: 160) menambahkan 2 metode lagi, yaitu metode lagu dan metode adat.

a) Metode lagu. Metode lagu adalah metode pembelajaran yang menggunakan syair-syair yang dinyanyikan. Biasanya, puisi disesuaikan dengan subjek. Menyanyi dapat menciptakan suasana belajar menyenangkan dan bergairah, sehingga perkembangan anak dapat terdorong secara optimal (Muhammad Fadlllah, 2012: 175).

b) Metode pembiasaan. Fadlillah (2012: 166) menunjukkan bahwa metode ini adalah metode pembelajaran yang mengenalkan kegiatan dengan anak. Kebiasaan berarti melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Dalam hal ini, anak dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan positif sehingga tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa metode pembelajaran di atas, hendaknya guru memilih metode yang menurutnya cocok dengan kegiatan pembelajarannya, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun